Wangsit Megawati dan Jokowi lewat Mimpi Ahok untuk Memilih PDIP

21 Februari 2020 15:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Basuki Thahja Purnama alias Ahok tiba di Kementerian BUMN Jakarta, Senin (25/11). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Basuki Thahja Purnama alias Ahok tiba di Kementerian BUMN Jakarta, Senin (25/11). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
ADVERTISEMENT
Mendekam di jeruji Mako Brimob bukan berarti Basuki Tjahaja Purnama tak bisa bertemu dengan sahabatnya, Joko Widodo. Pria yang tak ingin lagi dipanggil Ahok itu mengingat detail pertemuan dan apa yang dibicarakan dengan orang nomor satu di Indonesia itu, meski lewat mimpi di tengah tidurnya.
ADVERTISEMENT
Bagi Ahok, ketika ia memimpikan seseorang, itu berarti ia sedang dibicarakan oleh orang tersebut. Begitu pula ketika Jokowi datang ke mimpinya, yang datang bersama Megawati Soekarnoputri.
"Semalam bisa bermimpi jelas bertemu dengan Ibu Mega dan Pak Jokowi. Begitu jelas. Baik itu peristiwanya, acaranya, dan apa yang diobrolkan seperti biasanya," kenang Ahok dalam bukunya, 'Panggil Saya BTP, Perjalanan Psikologi Ahok Selama di Mako Brimob'.
Ahok dan Mega menunggu jenazah Kiai Hasyim. Foto: Anggi Dwiky Darmawan/kumparan
Dalam catatannya pada Senin, 19 November 2018 itu, Ahok berkontemplasi. Belajar menafsirkan pesan dan berbagai petunjuk apa yang harus dia lakukan setelah bebas murni.
Dari mimpinya itu, Ahok sedikit demi sedikit memberikan perhatian kepada partai besutan Megawati. Menurut Ahok, jika ia nantinya memilih PDIP, toh, selama ini Ahok mengaku Megawati memang tokoh yang kerap membelanya.
ADVERTISEMENT
Lewat mimpi itu pula, Ahok merasa sepertinya harus membantu anggota bahkan pengurus PDIP di daerah-daerah yang hidupnya masih pas-pasan --tinggal di rumah reot-- atau para nasionalis pengagum Bung Karno yang masih memajang foto Bung Karno di rumahnya.
Ahok dan Megawati di Peresmian Kalijodo Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
"Ada yang menceritakan kepada Beliau-beliau (Jokowi dan Megawati) bahwa aku sedang berpikir cara terbaik untuk mendukung Pak Jokowi dan sekaligus membesarkan Partai PDI Perjuangan," tutur Ahok.
"Di antara semua tokoh politik dan Ketum Partai Politik yang dengan tulus membela memilih dan mendukungku adalah Ibu Megawati Soekarnoputri. Aku belajar untuk memihak dan ambil bagian di PDI Perjuangan untuk NKRI," jelasnya.
Dukungan Band Teman Penjara
Keputusan untuk berpolitik yang dilakukan Ahok didukung oleh 'geng'-nya di Mako Brimob. Geng itu bernama Band Teman Penjara alias BTP.
ADVERTISEMENT
"Teman-teman di BTP memintaku agar jangan meninggalkan dunia politik. Mereka menaruh harapan agar aku mampu memperbaiki nasib bangsa ini, mewujudkan keadilan sosial dan menjadikan hukum sebagai panglima dan membereskan kesejahteraan aparat-aparat." kata Ahok dalam catatannya, Senin, 5 November 2018.
Ahok mengakui banyak orang-orang yang hanya ingin memanfaatkannya ketika ia kembali terjun berpolitik. Di penjara, ia sudah tahu betul dan belajar mengenal mana kawan dan lawan dalam politik yang berideologi nasionalis, dan yang membelanya dengan tulus.
Ahok tiba di Rutan Cipinang pada 9 Mei 2017. Foto: Antara/Ubaidillah
Meski, Ahok juga memahami, ketika pilihannya berlabuh ke Jokowi dalam Pilpres 2019, itu merugikan eks Gubernur DKI itu karena Jokowi-Ma'ruf Amin hanya akan dicap sebagai bagian dari 'penista agama'. Ahok juga menyebut, ia tak boleh masuk parpol bahkan menikah harus pasca-pemilu.
ADVERTISEMENT
"Jika yang dibutuhkan (aku diam) untuk kepentingan yang lebih besar, maka aku belajar menjadi sahabat Presiden Jokowi," kata Ahok.
Hingga akhirnya, tepat 26 Januari 2019, perkataan Ahok itu ia tepati. Orang-orang yang mengira Ahok akan berhenti berpolitik atau tak memihak siapapun, tidak tepat. Ahok memilih PDIP.
Ketika muncul pertama kali ke publik di kantor DPD PDIP Bali pada 8 Februari 2019 usai bebas murni 24 Januari 2019, Ahok terlihat mengenakan jas berwarna merah, warna kebesaran partai berlambang banteng moncong putih.
Mantan Gubernur DKI Jakarta yang juga kader PDIP Basuki Tjahaja Purnama (kedua kanan) menyapa peserta lainnya pada pembukaan Kongres V PDIP di Sanur, Bali. Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana
Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama menunjukkan kartu keanggotaan PDIP seusai berkunjung ke kantor DPD PDIP Provinsi Bali, Denpasar (8/2/2019). Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
"Memang sesuai garis ideologi perjuangan saya," ujar Ahok.
ADVERTISEMENT
Ahok juga mengaku sudah lama menjadi simpatisan PDIP. "Supaya bisa membagikan ilmu saya yang didapat, mungkin bisa bermanfaat," tutur dia.
PDIP merupakan partai ketiga Ahok dalam kendaraan politiknya. Sebelum dipenjara, ia sempat bergabung dengan Gerindra dan Golkar. Saat ia maju sebagai calon wakil gubernur DKI Jakarta bersama Jokowi pada 2012, ia juga diusung oleh Gerindra dan PDIP.
"Soal masuk ke partai politik untuk memperjuangkan keadilan sosial, seolah BTP yang selama ini bebas, karena masuk partai politik jadi terikat oleh partai dan segala garis kebijakan partai. Justru dengan adanya partai, aku bisa memperjuangkan dengan bebas dan benar untuk kesejahteraan rakyat tanpa akan dikejar untuk 'dihabisi' sendiri," imbuh Komisaris Utama PT Pertamina itu.
ADVERTISEMENT