Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Wapres di Pengukuhan Guru Besar UIN Jakarta: RI Butuh Ahli Ijtihad yang Dinamis
22 Februari 2023 16:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Wapres Ma'ruf Amin menghadiri pengukuhan guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam sambutannya, Ma'ruf menyinggung perkembangan dinamika sosial yang terus terjadi saat ini menimbulkan beragam tantangan dan permasalahan baru di tengah masyarakat.
ADVERTISEMENT
Hukum Islam (fikih) yang sebelumnya ditetapkan, kata Ma'ruf, terkadang juga sudah tidak relevan untuk menjadi sandaran bagi umat Muslim dalam praktik kehidupan sehari-hari. Untuk itu, Ma'ruf menekankan pentingnya peran para cendekiawan untuk melahirkan hukum-hukum syariat dari Al-Quran dan hadis melalui pemikiran dan penelitian mendalam (ijtihad).
"Banyak masalah fikih yang harus direspons, masalah syariah harus direspons, baik masalah baru ataupun malah lama yang mengalami pembaharuan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tangerang Selatan, Rabu (22/2).
Terlebih berbagai masalah yang menyangkut politik, ekonomi, sosial budaya, baik yang sifatnya domestik maupun global, sangat dinamis dan membutuhkan hukum syariat yang relevan namun tetap berpegang pada hukum Islam.
“Nash (Al-Quran dan hadis) itu tidak akan bertambah, sedangkan permasalahan tidak terbatas, oleh karena itu harus di-ijtihadi dan disikapi, sehingga memerlukan ahli fikih yang pandai ber-ijtihad," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Merespon kebutuhan tersebut, Ma'ruf berharap lembaga pendidikan tinggi agama Islam terus mencetak pemikir-pemikir andal yang mampu merumuskan solusi dari berbagai permasalahan yang ada.
"Itulah memerlukan banyak ahli ijtihad khususnya profesor dari UIN Jakarta dan universitas Islam lain. Inilah suatu kebutuhan SDM unggul di bidang ilmu fikih,” ungkapnya.
Ma'ruf menilai, hal ini penting karena baik pemerintah maupun masyarakat membutuhkan pandangan dan panduan para ulama agar tidak menyimpang dalam berperilaku sehari-hari.
"Penting terus dibangun, masalah yang kita hadapi di nasional saja harus direspons, baik diminta pemerintah karena memerlukan pandangan ulama, maupun diminta umat sehingga masyarakat ada panduan dalam menjalankan syariatnya sesuai agama," jelasnya.
Lebih lanjut, Ma'ruf mengatakan sosok Asrorun Ni'am merupakan sosok tokoh pemuda yang memiliki kualitas unggul dalam berbagai bidang.
ADVERTISEMENT
"Beliau dikenal sebagai cendekiawan muda inspiratif karena memiliki pribadi yang cerdas, gerak cepat, ulet serta mempunyai spirit yang tinggi untuk mendorong lahirnya karya dan inovasi generasi muda," tutur Ma'ruf.
Menutup sambutannya, Ma'ruf mengucapkan selamat dan bergembira atas capaian akademik tertinggi yang diperoleh Asrorun Ni'am. Ia berharap dengan gelar tersebut, Ni'am dapat mengambil peran lebih untuk kepentingan bangsa.
"Semoga capaian Guru Besar ini kian mengokohkan keilmuan yang didapat, menjadi penyemangat untuk terus berkontribusi kepada negeri, serta menebar kebaikan dan keberkahan kepada umat," tutupnya.
Orasi Ilmiah Asrorun Ni'am
Dalam orasi ilmiahnya, Ni’am menyampaikan untuk mengoptimalkan peran fatwa dalam mewujudkan kemaslahatan publik, menghidupkan fatwa dalam kesadaran kolektif, serta mengefektifkan transformasi fatwa dalam perilaku dan kebijakan publik, ia merumuskan konsep "LIVING" dalam penetapan fatwa.
ADVERTISEMENT
"Fatwa harus kontekstual, karena ia merupakan jawaban atas permasalahan konkret yang muncul di masyarakat dalam perspektif hukul Islam. Pendekatan LIVING, yaitu Luwes, Implementatif, Visioner, Ilmiah, Nalar-Kritis, dan Gerak-Dinamis," kata Ni'am.
Dalam buah pikirnya yang berjudul "Living Fatwa: Transformasi Fatwa dalam Perilaku dan Kebijakan Publik Milenial", Ni'am menekankan relasi agama dan negara hendaknya bersifat saling mendukung (paradigma simbiotik).
"Pendekatan simbiotik meniscayakan harmoni antara fatwa keagamaan dengan kebijakan negara. Substansi agama menjadi ranah agama dan negara mengadministrasinya agar berjalan baik dan terwujudnya kemaslahatan," pungkasnya.
Dalam acara pengukuhan itu, hadir Menpora Zainudin Amali, MenPANRB Abdullah Azwar Anas, Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa'adi, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Amany Lubis, hingga civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah.
ADVERTISEMENT