Wapres Ingin Teknologi Jembatan Antapani Diterapkan di Tempat Lain

24 Januari 2017 13:34 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
JK menuju lokasi peresmian jembatan Antapani (Foto: dok Kementerian PU)
zoom-in-whitePerbesar
JK menuju lokasi peresmian jembatan Antapani (Foto: dok Kementerian PU)
Jembatan Layang Pelangi di Antapani, Kota Bandung, adalah contoh jembatan layang masa depan: ongkosnya murah dan pembangunannya singkat. Tak ayal Wapres JK ingin jembatan seperti itu dibangun di daerah-daerah lain di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Kemarin dilaporkan jalan layang sudah selesai di Bandung, di tengah kota lagi, hanya Rp 30 miliar. Makanya saya ingin melihat langsung, kalau ini berhasil artinya harus dibuat di tempat lain," kata Wapres saat meresmikan jembatan yang menghubungkan Jalan Antapani dan Jalan Terusan Jakarta di Kota Bandung, Selasa (24/1), sebagaimana dilansir Antara.
Wapres didampingi Menteri PU dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Wagub Jawa Barat Deddy Mizwar, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan sejumlah pejabat lainnya juga meninjau langsung jalan layang tersebut.
Wapres mengatakan ke depan untuk pembangunan jalan layang lainnya juga harus diterapkan teknologi yang sama karena waktu yang diperlukan untuk pembangunan cukup singkat, hanya enam bulan, dan anggarannya bisa dipotong banyak dibandingkan yang konvensional.
ADVERTISEMENT
"Ada perhitungan kalau membuat satu flyover membutuhkan Rp100 miliar, tapi dengan teknologi ini anggaran lebih kecil, hanya Rp 30 miliar. Jadi nanti harus pakai ini karena anggaran kita terbatas," tambah Wapres.
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan jembatan layang tersebut sengaja dihias mural abstrak warna-warni agar lebih nyaman dan manusiawi.
"Kami bangga Bandung digunakan sebagai laboratorium inovasi. Mengenai nama kami mohon izin Pak Wapres untuk memberikan nama, kalau belum kami namai Overpass Pelangi karena warnanya warna-warni," ujar wali kota yang akrab disapa Emil itu.
Wapres JK kemudian memberi nama jembatan itu Jembatan Layang Pelangi.
Jembatan tersebut terletak pada dua kecamatan yaitu Kecamatan Kiaracondong dan Batununggal, Bandung, dan mulai dibangun pada 10 Juni 2016.
ADVERTISEMENT
Jembatan layang Antapani merupakan proyek percontohan teknologi "Corrugated Mortarbusa Pusjatan" (CMP) yang baru pertama kali diterapkan di Indonesia. Baja struktur yang digunakan pada jembatan layang Antapani berbentuk "corrugated" atau "armco" dengan tiga jumlah bentang.
Panjang untuk bentang tengah 22 meter dengan tinggi ruang bebas vertikal 5,1 meter dan lebar bentang lainnya (u-turn) sembilan meter. CMP adalah teknologi yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan (Pusjatan) Balitbang Kementerian PUPR. Teknologi ini merupakan pengembangan teknologi timbunan ringan mortar busa dengan struktur baja bergelombang.
Kelebihan CMP adalah masa konstruksi yang lebih cepat 50 persen, jika dibandingkan untuk konstruksi beton umumnya memakan waktu 12 bulan, sementara CMP hanya memerlukan enam bulan.
ADVERTISEMENT
Kelebihan lainnya adalah bentangan konstruksi jembatan panjang lengkungannya dapat mencapai 36 meter sehingga mampu mengakomodir hingga delapan lajur kendaraan di bawah jembatan.