Warga AS Tidak Tahu Bendera Malaysia, Dikira Lambang ISIS

21 Maret 2018 10:36 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bendera Malaysia. (Foto: Dok. Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Bendera Malaysia. (Foto: Dok. Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
LSM Persatuan Kebebasan Sipil Amerika (ACLU) cabang Kansas, mengajukan gugatan atas nama seorang warga Malaysia, Munir Zanial. Gugatan dilayangkan karena Munir merasa bendera Malaysia telah dilecehkan beberapa warga AS.
ADVERTISEMENT
Pelecehan terkait tudingan sejumlah warga AS yang mengira bendera Malaysia adalah bendera AS yang telah diubah dan diganti dengan simbol Islam. Pelaku pun menuduh bendera tersebut merupakan salah satu simbol kelompok teror ISIS.
Menurut ACLU, tindakan warga AS sebagai perilaku rasialis dan diskriminatif terhadap suatu bangsa dan agama.
Kejadian tersebut bermula saat Munir membawa dan memampang bendera Malaysia ke suatu pesta di danau Wichita, Kansas, pada September lalu.
Pesta tersebut ternyata tidak disukai oleh pemilik properti dekat danau Wichita yaitu Spirit Boeing Employees Association (SBEA). Karena ketidaktahuan, beberapa pegawai SBEA menuding bendera Malaysia yang dipampang adalah bendera ISIS.
"Pada 2 September 2015, Munir menggelar pesta memperingati Idul Adha di danau Wichita, di pesta itu salah orang anggota SBEA melapor ke satpam bahwa mereka khawatir pesta yang digelar Munir terafiliasi dengan ISIS," sebut pernyataan resmi ACLU, seperti dikutip dari Strait Times,Rabu (21/3).
ADVERTISEMENT
"SBEA menuduh Munir dan tamunya membawa bendera AS yang sudah diubah dengan lambang ISIS," sambung ACLU.
Bendera Malaysia berkibar setengah tiang. (Foto: Dok Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Bendera Malaysia berkibar setengah tiang. (Foto: Dok Wikimedia Commons)
Atas tindakan tersebut ACLU menggugat SBEA ke pengadilan federal AS. Mereka menegaskan, apa yang dilakukan SBEA telah merugikan kehidupan pribadi Munir.
"Secara tak langsung tanpa berkomunikasi dengan Munir, SBEA sudah telah mengeluarkan tudingan, hal itu membuat Munir membuat stres dan cemas," papar mereka.
"Ia khawatir kejadian ini berpengaruh terhadap status permanent resident, dia sampai saat ini masih merasa tertekan dan terhina karena perilaku diskiriminatif terhadap etnis, ras, dan agama," tutur mereka.