Warga China Antre Perpanjang Paspor usai Pembatasan COVID-19 Dicabut

9 Januari 2023 17:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Orang-orang berjalan dengan barang-barangnya di jalan layang ke Stasiun Kereta Api Beijing, menjelang Tahun Baru Imlek, di Beijing, China, Sabtu (7/1/2023). Foto: Tingshu Wang/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Orang-orang berjalan dengan barang-barangnya di jalan layang ke Stasiun Kereta Api Beijing, menjelang Tahun Baru Imlek, di Beijing, China, Sabtu (7/1/2023). Foto: Tingshu Wang/REUTERS
ADVERTISEMENT
Setelah pemerintah China menghapuskan kontrol perbatasan terkait COVID-19, antrean untuk memperpanjang paspor mengular di luar kantor imigrasi Beijing pada Senin (9/1).
ADVERTISEMENT
Hingga 1,4 miliar penduduk tidak dapat bepergian selama tiga tahun terakhir akibat perbatasan ketat di China. Dalam momen bersejarah, protes terhadap kebijakan yang telah menyebabkan frustrasi di kalangan rakyat lantas meletus pada November 2022.
Sebagai langkah terakhir dalam pembongkaran rezim 'nol-COVID', negara ini kembali membuka perbatasannya pada Minggu (9/1).
Menunggu dalam antrean lebih dari seratus orang di kantor imigrasi ibu kota, pensiunan berusia 67 tahun bernama Yang Jianguo mengaku akan bepergian ke Amerika Serikat (AS). Dia berniat menemui putrinya untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir.
"Dia menikah tahun lalu tetapi harus menunda upacara pernikahan karena kami tidak bisa datang untuk menghadirinya. Kami sangat senang sekarang kami bisa pergi," ungkapnya yang berdiri di samping sang istri, dikutip dari Reuters, Senin (9/1).
Orang-orang memasuki Stasiun Kereta Api Beijing, menjelang Tahun Baru Imlek, di Beijing, China, Sabtu (7/1/2023). Foto: Tingshu Wang/REUTERS
Pendapatan pariwisata domestik China pada 2023 diperkirakan pulih hingga 70–75 persen dari tingkat prapandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Namun, jumlah perjalanan masuk dan keluar diperkirakan hanya akan pulih menjadi 30–40 persen dari tingkat prapandemi COVID-19.
"Hidup bergerak maju lagi!" tulis surat kabar resmi Partai Komunis China, People's Daily.
"Hari ini, virusnya lemah, kita lebih kuat," imbuhnya.
China masih mewajibkan tes corona negatif sebelum keberangkatan. Tetapi, keputusan untuk menghapus persyaratan karantina diharapkan dapat meningkatkan perjalanan ke luar negeri. Sebab, penduduk tidak harus menjalani karantina ketika kembali ke China.
"Sungguh melegakan bisa kembali normal, kembali saja ke China, turun dari pesawat, naik taksi dan pulang," kata seorang copy editor berusia 61 tahun di Beijing, Michael Harrold, setelah tiba dengan penerbangan dari Warsawa.
Harrold mengira dia harus melakukan karantina dan tes corona ketika pulang dari Eropa untuk liburan Natal pada awal Desember.
Orang-orang memakai pelindung wajah memasuki Stasiun Kereta Api Beijing, menjelang Tahun Baru Imlek, di Beijing, China, Sabtu (7/1/2023). Foto: Tingshu Wang/REUTERS
Walau begitu, jadwal penerbangan sedang langka dan beberapa negara menuntut tes corona negatif dari pengunjung dari China.
ADVERTISEMENT
Penerbangan langsung dari Korea Selatan ke China hampir terjual habis pada Minggu (8/1). Dalam waktu dekat, lonjakan permintaan ini akan terhambat minimnya jumlah penerbangan ke dan dari China.
Data Flight Master menunjukkan, China memiliki total 245 penerbangan internasional masuk dan keluar pada Minggu (8/1).
Angka tersebut berbanding jauh dengan 2.546 penerbangan pada hari yang sama pada 2019. Korean Air mengatakan, pihaknya juga mengurungkan niat untuk meningkatkan penerbangan ke China.
Sebagaimana banyak negara lain, Seoul menuntut hasil tes corona negatif dari pelancong dari China, Makau, dan Hong Kong.
Secara resmi, China melaporkan hanya 5.272 kematian terkait COVID-10 pada 8 Januari. Namun, WHO meyakini, angka tersebut tidak mencerminkan kenyataan di lapangan.
Pakar virus internasional pun memperkirakan lebih dari satu juta orang di negara itu bisa meninggal akibat corona sepanjang tahun ini.
ADVERTISEMENT