Warga Kampung Megalitikum Adakan Ritual Zezu Api Usai Kebakaran

14 Agustus 2018 10:04 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perkampungan adat Megalitikum Gurusina di Flores, NTT terbakar, Selasa (14/8). (Foto: Doc. Nury Sybli)
zoom-in-whitePerbesar
Perkampungan adat Megalitikum Gurusina di Flores, NTT terbakar, Selasa (14/8). (Foto: Doc. Nury Sybli)
ADVERTISEMENT
Sebanyak 27 rumah adat di kampung megalitikum Gurusina di Flores, NTT, terbakar, Senin (13/8) sekitar pukul 16.00 WITA. Usai kebakaran, masyarakat memilih untuk tak keluar kampung.
ADVERTISEMENT
"Mereka semua rela tidur di lapangan sama-sama di situ, jadi belum ada istilah mengungsi sampai ada upacara ritual, kapan itu dilaksanakan, sampai ada musyawarah. Itu namanya Zezu Api, semacam upacara ritual tolak bala gimana caranya kita terhindar dari hal yang tidak diharapkan," kata pegiat literasi, Nury Sybli, saat dikonfirmasi kumparan, Selasa (14/8).
Meski ritual Zezu Api ini dilakukan untuk mencari tahu sumber permasalahan, namun kata Nury, masyarakat di perkampungan adat Gurusina sepakat untuk memaafkan karena menganggap peristiwa ini adalah musibah.
Perkampungan adat Megalitikum Gurusina di Flores, NTT terbakar, Selasa (14/8). (Foto: Doc. Nury Sybli)
zoom-in-whitePerbesar
Perkampungan adat Megalitikum Gurusina di Flores, NTT terbakar, Selasa (14/8). (Foto: Doc. Nury Sybli)
"Mereka tidak akan mencari persoalan, mereka tidak akan menggugat. Jadi pagi ini mereka mengadakan upacara Zezu Api itu sambil potong hewan," ucapnya.
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menolong masyarakat di sana untuk kembali membangun perkampungan megalitikum ini. Nury sudah menggalang bantuan untuk membeli sejumlah barang yang sangat dibutuhkan warga.
ADVERTISEMENT
"Saya sudah izin teman-teman yang di sana, saya sudah membuka rekening untuk penggalangan dana, jadi paling tidak ini mengawali apa yang bisa kita lakukan karena anak-anak harus tetap sekolah, jadi kita beli buku tulis, susu bayi, jadi yang paling urgent dulu. Tidak banyak mungkin orang bantuan pribadi kan," kata Nury yang ikut mendirikan rumah baca di perkampungan adat tersebut.
Nury berharap, seluruh pihak, khususnya pemerintah, memperhatikan kesejahteraan dan pemeliharaan rumah adat di seluruh Indonesia. Terlebih di Flores, yang memiliki banyak sekali rumah adat yang masih ditinggali warga.
Jadi memang mau merawat tradisi, meneruskan warisan leluhur, menurut saya ini sesuatu yang luar biasa ya. Jadi jangan terlalu lama membiarkan kampung adat ini dalam kondisi menjadi abu. Saya mengharapkan bantuan dari banyak pihak, saling bahu-membahu, bagaimana mengembalikan rumah adat Gurusina," tutup Nury.
ADVERTISEMENT