Warga Kampung Tongkol Berbenah karena Takut Digusur

23 Maret 2017 9:53 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kampung Tongkol sebelum dan sesudah "disulap". (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
Membangun hidup baru di tempat baru itu bagi mereka adalah sesuatu yang menakutkan. Mereka tidak bisa membayangkan jika penggusuran tersebut benar-benar terjadi.
ADVERTISEMENT
Data Lembaga Bantuan Hukum Jakarta menyebutkan 8.000 keluarga telah tergusur dari rumahnya pada tahun 2015. Korban penggusuran dikirm ke rusunawa yang jauh dari tempat yang telah ditinggali beberapa generasi. Pun demikian dengan warga Kampung Tongkol pernah mendapat surat peringatan dari Pemprov DKI pada tahun 2015.
"Segera kosongkan tempat ini dalam beberapa hari"
Begitu kira-kira pesan yang diterima oleh warga Kampung Tongko. Mereka betul-betul ketakutan.
Ketakutan tersebut menyadarkan warga dari gaya berpikir lama yang membiarkan kampung mereka kumuh. Saat itu juga mereka mulai berbenah.
Cerita warga Kampung Tongkol, Ancol, Jakarta Utara yang berhasil mengubah wajah perkampungan kumuh di bantaran Kali Ciliwung menjadi lebih tertata perlahan mulai tersohor.
ADVERTISEMENT
Kampung Tongkol (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
Motivasi yang muncul dari beberapa warga Kampung Tongkol untuk menata kembali lingkungan perkampungan itu mendapat apresiasi yang begitu besa dari berbagai pihak.
"Suami saya (Gugun Muhammad) bersama beberapa warga melakukan penataan ulang ini selain karena tidak ingin digusur, mereka juga ingin memotivasi warga yang lain untuk menata lingkungan tempat tinggalnya," Kata Ina saat ditemui kumparan (kumparan.com) di rumahnya pada Rabu (22/3).
Rumah Gugun Muhammad, warga Kampung Tongkol. (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
"Kami sadar, kampung kami ini dulu sempit, pengap, dan kotor, karena itu kami berinisiatif untuk menata ulang kembali kampung ini," sambung dia.
Upaya Keras Berbuah Hasil
Kegigihan warga Kampung Tongkol, untuk membenahi lingkungan kampung telah membuahkan hasil. Tidak hanya dari segi infrastruktur, tetapi juga dari segi tata lingkungan.
ADVERTISEMENT
"Dulu, di bantaran kali banyak sekali sampah karena warga pada buang sampah ke kali Ciliwung. Sekarang, sudah tidak ada lagi," kata Yayuk, salah seorang warga Kampung Tongkol..
Yayuk mengatakan, sampah-sampah organik warga Kampung Tongkol kini diolah menjadi pupuk kompos.
Kampung Tongkol lebih bersih setelah ditata (Foto: Bay Ismoyo/AFP)
"Untuk sampah organik, kami olah menjadi kompos basah dan kering buat kebun buah dan sayuran di depan rumah. Sementara, untuk sampah anorganik seperti plastik, ada yang dijadikan bahan kerajinan tangan contohnya tas dan tempat tisu, ada yang dijual kembali, ada pula yang langsung dibuang ke TPA," katanya.
Ningrum, warga Kampung Tongkol lainnya, menuturkan bahwa warga setempat telah mengurangi penggunaan kantong plastik sebanyak 100 persen.
"Kami selalu membawa tas belanja sendiri kalau berbelanja ke pasar, dan kalau belanja daging dan ikan, kita biasanya bawa wadah sendiri dari rumah untuk menyimpannya," ujar Ningrum.
ADVERTISEMENT
Warga Kampung Tongkol juga membenahi sanitasi lingkungannya dengan baik. "Kami mengaktifkan kembali saluran got, dan membuat septic tank di bawahnya dengan resapan untuk kotoran di samping septic tank itu," ujarnya.
Hasil kerajinan tangan warga Kampung Tongkol. (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
Tidak hanya itu, warga kampung Tongkol juga memiliki berbagai kegiatan di lingkungannya.
"Selain berkebun di depan rumah, biasanya hari Sabtu ada les bahasa Inggris untuk ibu-ibu dengan pengajar dari rujak, buat anak-anak mau diadakan juga, cuman guru les untuk anak-anak belum ada, dan untuk kaum pria melakukan kerja bakti membenahi kampung" tutur Yayuk..