Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Pekan pertama pemberlakuan lockdown di Liberia berlangsung ricuh. Penindakan polisi yang terlampau ketat, misinformasi, serta abainya pemerintah terhadap pemenuhan kebutuhan dasar warga jadi pangkal masalah.
ADVERTISEMENT
Dilansir Reuters, polisi Liberia dengan tameng dan pentungan berjaga di seantero ibu kota Monrovia, Minggu (12/4). Aparat menindak keras warga yang terlihat masih banyak berkerumun di tempat umum seperti pasar dan bank.
Sebagian besar warga Liberia menganggap kebijakan lockdown yang diterapkan presiden George Weah justru dianggap bisa menimbulkan masalah baru.
"Bukan corona yang bakal membunuh orang-orang Liberia , tapi kelaparan," kata seorang pelajar bernama Jettroy Kolleh. Jettroy saat itu tengah antre berdesakan di depan ATM.
Situasi semakin buruk seiring munculnya misinformasi terkait detail kebijakan lockdown. Kabar bohong di media sosial menyebutkan jika karantina hanya berlaku pukul 3 sore hingga 6 pagi. Di luar waktu itu, warga bebas pergi kemanapun.
ADVERTISEMENT
Dalam menerapkan kebijakan lockdown kali ini, pemerintah Liberia berjanji bakal memperbaiki sisi teknisnya. Dari pengalaman saat pandemi Ebola merebak di Liberia 2014, lockdown justru memicu kerusuhan karena kelangkaan makanan dan air bersih.
Polisi mengaku kewalahan mengatur warga selama masa karantina. Juru bicara Kepolisian Liberia, Moses Cater, berharap warga dapat kooperatif. "Mereka benar-benar tak menuruti aturan. Bahkan sengaja menantang aparat," kata Moses.
Kasus virus corona di Liberia belum menunjukkan penambahan signifikan. Pada Minggu (12/4), terdapat 48 kasus terkonfirmasi dengan angka kematian mencapai 5 orang.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!