Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Warga Muslim AS Kecewa Pilih Trump Gara-gara Kabinet Dipenuhi Zionis
16 November 2024 12:09 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Tokoh Muslim di Amerika Serikat (AS) mengaku kecewa kepada Presiden terpilih Donald Trump. Kekecewaan itu lantaran Trump memilih sejumlah sosok pro-Israel di berbagai pos penting.
ADVERTISEMENT
Sosok-sosok Muslim yang menyampaikan kekecewaan adalah pendukung Trump pada pemilu November 2024. Trump berhasil menang dari lawannya, Wapres saat ini, Kamala Harris.
Seorang warga Muslim mengaku kecewa atas sikap Trump adalah Rabiul Chowdhury. Investor asal Philadelphia itu adalah pemimpin gerakan Abandon Harris dan menggalang dukungan warga Muslim untuk memenangkan Trump di Michigan.
Michigan adalah satu dari tujuh swing state pada pemilu AS 2024 lalu. Trump berhasil menang meyakinkan di Michigan yang menjadi negara bagian yang punya populasi Muslim besar.
“Trump menang karena kami dan kami tidak senang atas pilihannya Menlu dan lainnya,” ucap Chowdhury seperti dikutip Reuters.
Trump telah memilih senator Marco Rubio untuk mengisi posisi Menlu AS. Rubio adalah pendukung garis keras Israel. Ia pernah menyebut tidak akan mendukung gencatan senjata Gaza. Rubio menginginkan Israel membasmi Hamas di Gaza.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Trump juga menunjuk eks Gubernur Arkansas Mike Huckabee sebagai Dubes AS untuk Israel. Selain pendukung Zionis, Huckabee dikenal penolak two state solution.
Kader Partai Republik Elise Stefanik juga diminta Trump menduduki posisi Dubes AS untuk PBB. Stefanik dikenal atas ucapannya bahwa PBB ialah kolam antisemit.
Menurut tokoh Muslim lainnya di AS, Rexhinaldo Nazarko, sebenarnya penduduk Islam berharap Trump memilih anggota kabinet yang berupaya menciptakan perdamaian.
“Ini sangat mengecewakan. Sepertinya pemerintahan ini dipenuhi oleh kaum neokonservatif dan orang-orang yang sangat pro-Israel dan pro-perang, yang merupakan kegagalan di pihak Presiden Trump, terhadap gerakan pro-perdamaian dan anti-perang,” ucap Nazarko.