Suplai Harita Makanan Nickel

Warga Pulau Obi Pasok Bahan Makanan Puluhan Ribu Karyawan Tambang dan Smelter

26 Agustus 2024 10:32 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Para juru masak sibuk mengolah beraneka ragam bahan makanan. Di sisi lain, ada beberapa orang mengupas dan memotong sayuran. Semua kompak mengenakan masker, sarung tangan, hingga penutup kepala untuk menjaga higienitas makanan.
ADVERTISEMENT
Potret kesibukan ini mungkin biasa dijumpai di area dapur yang biasa mengolah makanan dengan partai besar. Termasuk pada dapur perusahaan tambang dan smelter yang menyediakan makanan bagi ribuan karyawan di satu tempat.
Human Resource & General Affair (HRGA) Superintendent Harita Nickel, Junaidi Arief (kiri) memantau bahan makanan untuk karyawan di area dapur kantin Harita Nickel. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Seperti di Pulau Obi, Maluku Utara, terdapat kurang lebih 30 ribu orang yang bekerja di Harita Nickel, perusahaan pertambangan dan pengolahan nikel terintegrasi berkelanjutan. Dari jumlah tersebut, 20 ribu orang merupakan karyawan Harita Nickel dan sisanya merupakan kontraktor.
Setiap harinya, perusahaan menyediakan 90 ribu porsi makanan untuk seluruh karyawan dan kontraktor. Khusus untuk karyawan smelter HPL yang merupakan bagian dari Harita Nickel, dibutuhkan 15 ribu porsi makanan setiap harinya.
Karyawan Harita Nickel mengantre mengambil makanan buka puasa di area kantin. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Dapur Harita Nickel terus ngebul 24 jam non-stop untuk memastikan pekerja tambang dan smelter mendapatkan makanan bergizi secara gratis.
ADVERTISEMENT
“Tentunya dari sisi pasokan makanan juga harus 24 jam itu terpenuhi. Sehingga tim dari kantin ini beroperasi selama 24 jam penuh. Untuk makanan pagi, siang, malam, termasuk juga untuk menu yang supper atau tengah malam, itu juga perusahaan menyediakan secara gratis ke karyawan,” jelas Junaidi Arief selaku Human Resource & General Affair (HRGA) Superintendent saat berbincang dengan kumparan beberapa waktu lalu.
Pekerja Harita Nickel menikmati makan malam di kantin usai bekerja. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Lantas, bagaimana perusahaan memastikan pasokan bahan makanan tersebut bisa selalu terpenuhi? Terlebih lokasi site Harita Nickel berada di remote area, sehingga kondisi cuaca kadang jadi tantangan pada proses pasokan bahan makanan.
“Tentu kami punya sedikit challenge dalam hal untuk memasok bahan makanan karyawan kami. Dalam hal ini kami mendapatkan pasokan bahan makanan tersebut, salah satunya dari supplier lokal,” terang Junaidi.
ADVERTISEMENT
Pemasok lokal yang dimaksud Junaidi adalah pihak-pihak yang bekerja sama dengan para petani sayur-buah dan nelayan ikan laut di Pulau Obi untuk memasok bahan makanan karyawan.
Misalnya, petani Desa Lauwi dan Jikotamo yang rutin memasok pare, timun, semangka, melon, dan berbagai sayuran-buah lainnya. Sementara ikan laut dipasok dari nelayan desa sekitar Harita Nickel.

Menjaga Higienitas Makanan dan Asupan Gizi Karyawan

Karyawan Harita Nickel mengantre makanan prasmanan di area kantin. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Junaidi memastikan perusahaan menaruh perhatian lebih pada aspek quality control (QC) pada pasokan bahan makanan yang masuk ke dapur kantin perusahaan, mulai dari pemilihan bahan makanan yang segar hingga pengemasan yang sesuai standar kebersihan.
Hal ini demi menjaga higienitas makanan dan asupan gizi karyawan.
“Tentunya kami sangat memperhatikan aspek higienitas untuk menu yang dikonsumsi oleh karyawan. Pada saat bahan itu masuk tentunya akan di-QC oleh tim Kantin. Lalu, juga ada tim industrial hygiene yang memastikan aspek higienitasnya, pada saat mulai proses barang itu masuk sampai dengan diproduksi (dimasak) itu juga memenuhi kualitas yang sudah ditetapkan oleh manajemen,” terang Junaidi.
ADVERTISEMENT
“Sehingga pas pada saat itu dikonsumsi oleh karyawan, kami pastikan bahwa bahan dan masakan yang disajikan tersebut layak secara higienitas,” imbuhnya.
Human Resource & General Affair (HRGA) Superintendent Harita Nickel, Junaidi Arief. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Agar karyawan tidak bosan, perusahaan juga menerapkan pembagian menu makanan yang beragam dan bervariasi. “Kami sudah punya plan menu secara bulanannya sehingga karyawan tidak bosan dan bisa bervariasi termasuk kita juga ada program live cooking juga sebagai variasi agar karyawan tidak bosan,” papar Junaidi.
Sementara bagi karyawan yang memiliki alergi makanan tertentu, Junaidi memastikan, perusahaan akan tetap mengakomodirnya.
“Jadi karyawan bisa menukar menu ketika dia mungkin ada alergi dengan menu yang disajikan. Termasuk juga menu sehat untuk karyawan yang sakit juga perusahaan menyediakan itu. Misalkan ada karyawan yang sakit dirawat di klinik dan perlu menu khusus itu perusahaan juga menyediakan lewat kantin,” kata dia.
ADVERTISEMENT

Berdayakan Petani dan Nelayan Obi

Ketua Kelompok Tani Pancorang Indah Alatif yang mendapat pendampingan program CSR Harita Nickel di bidang pertanian memperlihatkan timun hasil produksi kebun kelompok taninya. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Harita Nickel berkomitmen pada peningkatan ekonomi masyarakat Pulau Obi. Salah satunya melalui program CSR dengan memberdayakan petani dan nelayan, termasuk dalam rantai pasok bahan makanan ke perusahaan.
Untuk jangka panjangnya, Harita Nickel berupaya mendorong desa-desa di lingkar operasional untuk menerapkan konsep “one village, one product”. Jadi masing-masing desa akan menghasilkan produk khusus yang sesuai dengan potensi daerah tersebut untuk kemudian dijual maupun dipasok ke perusahaan.
Ketua Kelompok Tani Bumi Hijau Obi Mayor, Bambang Pujiyanto, turut mendapat pendampingan program CSR Harita Nickel di bidang pertanian memperlihatkan pare hasil produksi kebun kelompok taninya. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Community Development Superintendent Harita Nickel Suryo Aji mengatakan, keberadaan petani dan nelayan lokal memang sangat penting bagi pasokan bahan makanan karyawan. Sehingga proses pendampingan terus dilakukan Harita Nickel.
“Di sekitar perusahaan, kan ada petani, ada nelayan yang juga berproduksi yang kita dampingi. Nah ini tentunya kebutuhan makanan tadi kita berharap semaksimal mungkin dari masyarakat di sekitar perusahaan,” jelas Suryo kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
“Desa-desa di sekitar perusahaan cukup banyak, ada kurang lebih 10 desa ring satu. Nah ini, kita akan mendorong desa-desa ini akan memiliki one village, one product. Sehingga nanti ada pasokan ke area kawasan industri dari masing-masing desa,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Terkait program pendampingan kepada petani, Suryo menjelaskan pihaknya memberi pendampingan mulai dari rencana tanam, pemilihan jenis tanaman, proses penanaman, perawatan tanaman dan penanganan hama, hingga proses panen dan pemasaran.
Sementara pendampingan untuk nelayan tak beda jauh dengan petani. “Mereka kita dampingi untuk bisa bagaimana mengolah hasil tangkapan sampai penyimpanan. Ada pelatihan juga yang kita berikan. Selain juga pendampingan berupa support untuk peralatan, untuk nelayan,” imbuh Suryo.
Selain itu, Suryo mengatakan, perusahaan turut mendampingi masyarakat yang menjadi pelaku UMKM produk olahan pisang, singkong, tempe, dan tahu. Pendampingan ini termasuk untuk proses pengemasan dan pemasaran produk, serta pelatihan sertifikasi halal.
ADVERTISEMENT
“Untuk pemasaran, kalau untuk yang olahan pisang tadi, kita ada semacam oleh-oleh begitu ya untuk karyawan. Karena ditempatkan di Hop Mart, Kalau yang tempe dan tahu ke kantin perusahaan,” jelas Suryo.
“Nah, ini pemasaran tadi memang lebih banyak untuk men-support penyediaan kebutuhan bahan makanan untuk karyawan,” terangnya.
Ketua Kelompok Tani Bumi Hijau Obi Mayor, Bambang Pujiyanto. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Petani dan nelayan Pulau Obi merasakan betul manfaat pendampingan yang dilakukan Harita Nickel. Ketua Kelompok Tani Bumi Hijau Obi Mayor, Bambang Pujiyanto, menjelaskan ada beberapa hal baru yang petani dapatkan usai mendapatkan pendampingan dan itu bermanfaat.
“Misalnya, yang tadinya saya beli pupuk kimia itu harganya mahal karena sudah diajari bikin kompos. Makanya masih bisa mengurangi biaya untuk pupuk dan juga insektisida juga bisa diajarin untuk alami juga,” terang Bambang kepada kumparan di kebun kelompok taninya di Desa Akegula.
Ketua Kelompok Tani Bumi Hijau Obi Mayor, Bambang Pujiyanto bersama tim CSR Harita Nickel memperlihatkan produksi cabai di kebun kelompok taninya. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Terkait menjaga kualitas pasokan bahan makanan untuk karyawan Harita Nickel, Bambang menjelaskan petani bersama pemasok lokal selalu menerapkan QC sayuran terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
“Contohnya semangka, supplier ambil itu yang di atas 2 kilogram, 2 kilogram ke bawah enggak diambil. Seperti juga cabai, kalau kelihatan sudah keriput juga saya pisahkan, karena enggak diambil,” paparnya.
Untuk sayuran yang tak memenuhi QC, kata Bambang, akan dijual ke pasar maupun masyarakat sekitar.
Hal yang sama turut dirasakan Alatif selaku Ketua Kelompok Tani Pancorang Indah dari Desa Jikotamo, Alatif merasa bantuan dan pendampingan dari Harita Nickel mendongkrak produksi pertanian kelompok taninya, yakni pare, timun, kacang panjang, kangkung, cabai, dan tomat.
Ketua Kelompok Tani Pancorang Indah Alatif bersama anggotanya memanen kangkung di kebun kelompok taninya. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Sayuran tersebut, kata Alatif, selalu dijaga kualitasnya sebelum dipasok ke Harita Nickel. Proses pengecekkannya pun dilakukan secara rutin.
“Misalkan ini timun yang kita produksi, kita potong, belah, kita lihat kemudian kita bawakan kita punya dari sini kemudian belah dan mereka (supplier) bilang kalau yang ini cocok. Kangkung juga seperti itu. Jadi selama yang kita masukkan sama mereka, belum ada penolakan sama sekali,” papar Alatif.
Ikan laut segar hasil tangkapan nelayan Desa Kawasi yang turut dipasok ke dapur kantin Harita Nickel Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Selain sayuran dan buah, pasokan ikan didapat Harita Nickel dari hasil melaut nelayan Desa Kawasi, seperti ikan tuna, cakalang, hingga fufu. Untuk menjaga kualitas ikan tetap segar, ada beberapa hal yang perlu dilakukan para nelayan.
ADVERTISEMENT
“Alhamdulillah ikannya bagus-bagus. Karena yang kita dapat ikan segar itu. Karena ikan yang kita dapat harus kita rawat baik-baik. Jadi bawa ke Harita Nickel itu minimal diberi es yang banyak. Kalau kita tidak bawa es, ikan bisa rusak,” kata seorang nelayan bernama Lamulyadi Usman kepada kumparan di pondok penyimpanan ikan miliknya.
Lamulyadi Usman, nelayan di Desa Kawasi memindahkan ikan hasil tangkapannya ke dalam ice box untuk menjaga kesegaran kondisi ikan. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Dengan adanya kontribusi dari petani dan nelayan Pulau Obi dalam memasok bahan makanan ke Harita Nickel, perputaran ekonomi masyarakat juga terus meningkat. Per bulan bisa mencapai Rp 13 miliar, mencakup program pertanian hingga perikanan.
Penyediaan makanan yang berkualitas dan bergizi dirasa jadi upaya untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan, sementara pelibatan petani dan nelayan lokal dalam rantai pasok bahan makanan turut meningkatkan perekonomian desa setempat.
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten