Warisan Ahok di Waduk Pluit: Kampung Kumuh Jadi Wisata Favorit Warga

15 Oktober 2017 12:53 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Waduk Pluit dahulu (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Waduk Pluit dahulu (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Empat tahun lalu, Waduk Pluit tak lain adalah tumpukan sampah, kumpulan eceng gondok liar tak terawat, dan perkampungan kumuh. Sampah berserakan dan bercampur dengan lumpur sungai merupakan pemandangan biasa yang ditemui di Waduk Pluit.
ADVERTISEMENT
'Pemandangan' ini makin sempurna dengan bau menyengat yang menyelimuti kawasan dengan luas total 80 hektar tersebut. Sekitar 1/4 dari 80 hektar Waduk Pluit merupakan perkampungan kumuh. Penduduk seakan sudah menyatu dengan sampah. Mengabaikan faktor kebersihan apalagi sanitasi.
Banyaknya enceng gondok membuat kedalaman waduk yang bisa mencapai 10 meter berkurang drastis menjadi 2 meter. Rentetan fakta ini membuat Waduk Pluit kehilangan fungsinya sebagai salah satu alat utama pengendali banjir di wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Pusat.
Puncaknya, pada awal 2013, banjir parah melanda Ibu Kota. Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (Satkorlak) DKI mencatat sebanyak 50 kelurahan terendam banjir. Sebanyak 6.200 warga DKI harus mengungsi akibat banjir.
Waduk Pluit dahulu (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Waduk Pluit dahulu (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Saat itu, pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama menelurkan sebuah kebijakan demi mengakhiri banjir di Ibu Kota. Ia memutuskan untuk melakukan normalisasi kali dan waduk yang ada di Jakarta. Waduk Pluit termasuk salah satunya. Pertengahan 2013, pengerukan di kawasan waduk seluas 80 hektar itu dimulai.
ADVERTISEMENT
Proses normalisasi tak berjalan mulus. Pada 9 November 2013, pengerukan waduk terhambat karena masalah kontrak kerja pihak pengeruk, PT Bramaputra dengan Pemprov DKI Jakarta. Tak hanya itu, pengerukan sempat terhenti karena adanya proses penghitungan ulang kubikasi lumpur yang telah diangkut.
Tantangan terbesar selama proses normalisasi ternyata adalah merelokasi warga yang tinggal di perkampungan kumuh. Jokowi dan Ahok, saat itu, sempat mendapatkan perlawanan warga yang menolak dipindah dari Waduk Pluit.
Ahok di Waduk Pluit (Foto: ANTARA News/Natisha)
zoom-in-whitePerbesar
Ahok di Waduk Pluit (Foto: ANTARA News/Natisha)
Relokasi warga kala itu memang terhambat karena terbatasnya rusunawa. Awalnya, warga akan dipindahkan ke Rusunawa Marunda. Namun mereka enggan dipindahkan ke sana dengan alasan jauh dari lokasi tinggal dan tempat kerjanya. Selain Rusunawa Marunda, para warga juga dipindahkan ke Rusunawa Muara Baru. Jokowi dan Ahok ngotot melakukan kebijakan mereka.
ADVERTISEMENT
Saat itu, ancaman banjir terlalu besar. Pembenahan Jakarta juga harus dilakukan.
Banyaknya penolakan warga akhirnya membuat Jokowi-Ahok berinisiatif mengajak perwakilan warga Waduk Pluit makan siang bersama di ruang rapat Balai Kota. Langkah ini kemudian dikenal dengan “Diplomasi Makan Siang”.
Langkah ini berhasil, warga bersedia direlokasi. Pemerintah pun memulai proses normalisasi dan kemudian renovasi total Waduk Pluit.
Waduk Pluit yang Sudah Bersolek
Waduk Pluit (Foto: Nadia Riso/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Waduk Pluit (Foto: Nadia Riso/kumparan)
Alunan lagu ‘Gangnam Style’ menggema di kawasan Waduk Pluit, Sabtu (7/10) lalu. Sekitar lima puluh ibu-ibu dengan luwesnya bersenam sambil sesekali bersorak.
“Satu, dua, ke kana. Ayo semangat. Mana suaranya,” ujar salah seorang ibu yang memimpin senam di atas panggung.
Tidak hanya para peserta senam yang dengan semangat mengikuti alunan musik sembari menggoyangkan badan ke kanan dan kiri, anak-anak kecil juga tampak lalu lalang berlari dan sesekali mengikuti gerakan senam.
ADVERTISEMENT
Olah raga sore ini memang rutin dilakukan saban Sabtu dan Minggu sore. Mereka berolahraga di atas lahan yang dulunya terdiri dari perkampungan kumuh, kumpulan enceng gondok, dan lumpur.
Waduk Pluit (Foto: Nadia Riso/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Waduk Pluit (Foto: Nadia Riso/kumparan)
“Memang tiap Sabtu-Minggu suka ada senam di sini. Saya ikut karena emang mau olahraga. Soalnya kan kalau hari-hari biasa mana sempet. Ngurus suami, anak, ngurus rumah tangga,” kata Ibu Lastri usai mengikuti senam kepada kumparan (kumparan.com), Sabtu (7/10) sore.
Semakin sore, Taman Waduk Pluit semakin ramai dikunjungi warga. Sebagian besar dari mereka datang bersama dengan keluarga. Jam kunjung Taman Waduk Pluit memang lebih lama di akhir pekan dibandingkan di hari biasa.
Taman Waduk Pluit dibuka sejak pukul 06.00 WIB hingga 21.00 WIB di Senin-Jumat. Sedangkan di akhir pekan, taman ini dibuka hingga pukul 23.00 WIB.
ADVERTISEMENT
Selain senam, warga juga bisa piknik ala kadarnya di rerumputan dengan pemandangan langsung ke arah waduk dan gedung-gedung tinggi yang berada di sekitarnya. Dengan bermodalkan tikar atau kain seadanya sembari membawa aneka minuman dan kudapan, mereka bisa bersantai bersama dengan orang yang mereka kasihi, bersenda gurau dan berbagi cerita.
Waduk Pluit (Foto: Nadia Riso/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Waduk Pluit (Foto: Nadia Riso/kumparan)
Warga juga tidak ada yang menyangka tempat yang dulu kumuh itu “disulap” menjadi salah satu tujuan warga Jakarta menghabiskan akhir pekan dengan keluarga.
“Keren sih menurut saya. Dulu kalau lihat fotonya, sedih aja kok kumuh banget. Dan juga gara-gara ketutupan rumah-rumah bedeng sama eceng gondok makanya dulu suka banjir, kan,” ujar salah seorang pengunjung bernama Fery.
Taman Waduk Pluit memang merupakan satu bagian proyek normalisasi Waduk Pluit yang dimulai pada pertengahan 2013.
ADVERTISEMENT
Pengerjaan Taman Waduk Pluit seluas 33.052 meter persegi itu dikerjakan dalam 4 tahap dan menghabiskan dana mencapai Rp 10 miliar. Dana tersebut tidak menggunakan dana APBD, melainkan bantuan corporate social responsibility (CSR).
Pembersihan waduk Pluit. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pembersihan waduk Pluit. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Taman ini juga dilengkapi berbagai fasilitas, seperti jogging track, lapangan basket, lapangan futsal, dan beragam alat fitness. Warga dapat dengan bebas memanfaatkan fasilitas tersebut, apalagi alat fitness yang letaknya berseberangan dengan lapangan basket menjadi “primadona” warga yang gemar berolahraga, khususnya anak-anak.
Mereka tampak asyik bermain dengan berbagai alat fitness yang telah disediakan di sana. Tentu saja, harus dengan pengawasan orang tua. Selain fasilitas yang memang telah disediakan, sejumlah warga pun memanfaatkan momen akhir pekan untuk menghasilkan keuntungan.
Berjalan ke sisi paling kiri taman, tersedia berbagai macam permainan yang dikhususkan untuk anak-anak, seperti bola air dan jasa penyewaan sepeda. Selain itu, ada juga jasa penyewaan sepeda motor dan mobil listrik, juga penyewaan becak mini.
ADVERTISEMENT
Taman Waduk Pluit kini menjadi salah satu destinasi pilihan warga Jakarta untuk menghabiskan akhir pekan. Pertimbangan lokasinya yang tidak begitu jauh, banyaknya fasilitas yang disediakan, serta aneka hiburan bagi keluarga menjadi alasan tempat ini diminati.
Saksikan live streaming pelantikan Anies-Sandi langsung dari Istana Merdeka, Senin (16/10) pukul 15.30 WIB di website kumparan. kumparan bekerjasama dengan NET. menyiarkan langsung momen-momen pelantikan pemimpin baru Jakarta.