Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Wartawan Antara di Natuna Diintimidasi Oknum TNI
18 Mei 2017 9:18 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Seorang kontributor Kantor Berita Nasional Antara Biro Kepulauan Riau di Kabupaten Natuna, Cherman, mengaku mendapat perlakuan kasar oleh Oknum TNI. Ia diintimidasi saat bertugas meliput evakuasi para prajurit korban kecelakaan latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI pada Rabu (17/5).
ADVERTISEMENT
Peristiwa yang terjadi sekitar pukul 12.30 WIB itu, bermula saat Cherman mengikuti sebuah mobil ambulans yang membawa korban kecelakaan. Ia mengaku kameranya dan handphone-nya dirampas serta dipaksa untuk menghapus semua file dokumen liputan.
"Saya lagi ambil gambar suasana kesibukan evakuasi korban dari ambulans ke RSUD (Natuna). Tiba-tiba kamera saya dirampas dan diinterogasi terus handphone juga dirampas. Karena dia tidak bisa buka (file-nya), saya diamankan di satu ruangan dan dipaksa hapus dokumen," kata Cherman dilansir Antara, Rabu (17/5) malam.
"Sebelumnya, saya sempat mengabarkan ke rekan wartawan yang lain menggunakan pesan via WhatsApp). Kehadiran puluhan wartawan lain itu membantu saya untuk menghindar dari aksi intimidasi itu," imbuh dia.
ADVERTISEMENT
Cherman mengatakan dirinya juga sempat diinterogasi oleh oknum tersebut dan diancam akan dipukul. Ada tiga orang oknum TNI, kata dia, yang menariknya keluar dari ruangan resepsionis UGD saat ia melakukan liputan dan sempat melontarkan ucapan bernada ancaman.
"Kata dia 'Kamu siapa, wartawan tidak boleh ambil gambar, izin siapa? Hapus semua, kamu saya hantam nanti' seperti itu. Saya diuntungkan dengan suasana kodisi sibuk, dan beruntung saya diserahkan ke anggota lain yang sudah saya kenal dan akhirnya saya dibiarkan pergi," ujar Cherman.
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Kepri Ramon Damora, mengecam dugaan intimidasi dan perampasan kamera oleh oknum TNI kepada jurnalis tersebut.
ADVERTISEMENT
"Tanpa mengurangi simpati atas musibah yang terjadi, kami juga harus menegaskan, bahwa segala tindakan yang menghalang-halangi pers untuk mendapatkan informasi, tidak pernah bisa dibenarkan," kata Ramon.
Aksi sejumlah oknum personel TNI itu, kata dia, termasuk pelanggaran hukum. PWI Kepri menuntut agar TNI segera mengeluarkan pernyataan resmi atas dugaan kekerasan yang terjadi pada sejumlah wartawan Kepri.
Menurutnya, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo telah mengingatkan agar TNI dan pers saling menghargai tugas masing-masing agar insiden TNI versus wartawan yang tahun lalu berturut-turut terjadi di Medan, Madiun, dan Makassar, tak terjadi lagi.
PWI Kepri juga mengimbau kepada seluruh pekerja pers untuk memberitakan insiden Tanjungdatuk secara proporsional, berimbang, dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
"Kami menuntut agar TNI segera mengeluarkan pernyataan resmi atas dugaan kekerasan yang terjadi pada wartawan Kepri, dan sekaligus menginstruksikan para personelnya untuk tidak lagi mengancam pers menginformasikan musibah Tanjungdatuk," ujarnya.