Waspada Gangguan Metabolisme di Remaja, Berawal dari Obesitas hingga Picu Stroke

9 Januari 2023 19:08 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Obesitas. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Obesitas. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kondisi obesitas atau kelebihan berat badan pada remaja bisa menyebabkan penyakit gangguan metabolisme. Bila metabolisme terganggu maka berbagai penyakit bisa muncul, mulai dari darah tinggi, stroke hingga jantung.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FKKMK UGM dr Ahmad Hamim Sadewa dalam jumpa pers di acara Winter Course 2023 bertema Healthy Lifestyle for the Prevention and Management of Metabolic Disorder di UGM, Senin (9/1).
"Jadi penyakit metabolik itu berawal dari obesitas, sebagian besar. Kalau kita melihat dihitung prevalensi sekitar 20 persen metabolik disorder. Kenapa begitu? Karena obesitas di masa remaja di SMP-SMA di Indonesia antara 10-15 persen," kata Ahmad.
Ahmad menjelaskan obesitas akan menyebabkan gangguan kerja insulin yang biasanya diikuti dengan gangguan kolesterol dan vaskular. Jika tak ditangani, lambat laun penyakit gangguan metabolik akan berkembang seiring bertambahnya usia.
"Ketika sudah mencapai usia dewasa 30-40 mulailah muncul gejala klinis, misalnya saja hipertensi sudah banyak muncul. Kemudian diabetes banyak muncul. Diabetes itu sekitar 5-6 persen di keseluruhan populasi di Indonesia. Mulai muncul juga kolesterol tinggi itu sekitar 8-10 persen di Indonesia. Sehingga totally (gangguan metabolisme) mendekati 20 persen," katanya.
ADVERTISEMENT
Dari jumlah tersebut, beberapa persen di antaranya mengalami komplikasi misalnya stroke, serangan jantung, gagal ginjal dan sebagainya.
"Pada usia 50-60 tahun. Perlu waktu panjang, tidak terasa tahu-tahu sekian tahun kalau tidak ada penanganan stroke, serangan jantung, gagal ginjal," katanya.
Waspadai Tsunami Penyakit Gangguan Metabolik
Dekan FKKMK UGM dr Yodi Mahendradhata menuturkan pandemi COVID-19 juga berperan pada meningkatnya penyakit gangguan metabolisme.
Saat 1-2 tahun awal pandemi, banyak layanan kesehatan yang fokus pada penanganan COVID-19. Selain itu, banyak pula masyarakat yang takut ke fasilitas kesehatan. Akibatnya banyak pasien gangguan metabolisme tak tertangani.
"Dikhawatirkan ke depan terjadi tsunami penyakit tidak menular berhubungan dengan metabolik ini karena menumpuk pada 1-2 tahun COVID-19 itu karena tidak tertangani dengan baik," kata Yodi.
ADVERTISEMENT
Gangguan metabolisme ini salah satu faktor risikonya ada pada gaya hidup seperti mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak sehat. Diakui, banyak gerai-gerai fast food yang menyasar pada anak-anak.
Bahkan promosi makanan seperti itu digencarkan sedini mungkin pada anak-anak.
"Sejak awal diperkenalkan, kemungkinan besar seumur hidup dia akan terbiasa dengan itu. Kalau kita lihat banyak sekali produk-produk itu sifatnya bisa dikatakan adiktif. Biasa dengan taste itu maka sampai besar dia akan terbiasa dengan taste itu sehingga dia akan menjadi konsumen tetap untuk tahun-tahun ke depan. Jadi sangat strategis untuk disasar," katanya.
Maka dari itu, dengan kegiatan Winter Course 2023 bertema Healthy Lifestyle for the Prevention and Management of Metabolic Disorder ini, FKKMK UGM menggandeng sejumlah pihak seperti Fakultas Kedokteran Gigi, hingga Fakultas Farmasi untuk memberikan advokasi, implementasi, dan pembekalan pengetahuan terkait penurunan risiko gangguan metabolisme pada masyarakat dan generasi muda.
ADVERTISEMENT
"Masalah-masalah seperti ini tidak bisa satu disiplin saja," jelasnya.