Waspada Hoaks Pakai Template kumparan, Begini Cara Mengenalinya

18 Februari 2025 17:09 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Disinformasi konten kumparan. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Disinformasi konten kumparan. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Konten disinformasi yang menggunakan template kumparan semakin marak di media sosial. Sejumlah pihak tak bertanggung jawab memanfaatkan format visual khas kumparan untuk menyebarkan informasi palsu yang merugikan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Pada awalnya, disinformasi tersebut mungkin tampak sebagai humor atau satire. Namun, dalam banyak kasus, hoaks yang dikemas dalam bentuk meme, plesetan, atau konten satire semakin sulit dibedakan oleh audiens awam.
Kami menduga bahwa para penyebar disinformasi sengaja menyebarkan hoaks demi kepentingan tertentu, baik politik maupun komersial. Ada pula yang melakukannya sekadar untuk hiburan, tanpa menyadari dampak buruknya.
Sebagai contoh, ada sebuah posting-an bergambar wajah Prabowo yang dimanipulasi untuk kepentingan tertentu. Sedianya, narasi yang benar adalah 'Prabowo minta semua TV putar Indonesia Raya jam 6 pagi, tumbuhkan cinta tanah air'. Namun, konteks 'Indonesia Raya' diplesetkan jadi 'Musik Reggae' yang tentunya tidak berdasar sama sekali.
Disinformasi konten kumparan. Foto: kumparan
Barangkali Anda mungkin tidak mudah percaya dengan postingan-an satire semacam itu. Namun, kami khawatir bahwa akan ada saja orang yang percaya ketika melihatnya. Bayangkan: Ada anak kecil yang melihat itu dan meyakini bahwa Prabowo menyuruhnya menyetel musik reggae setiap hari. Ini berbahaya sekali.
ADVERTISEMENT
Kami menyadari betul bahwa di luar sana masih banyak pembaca yang belum terbiasa melakukan verifikasi informasi sebelum menyebarkannya. Akibatnya, disinformasi yang awalnya dianggap sepele dapat berkembang menjadi hoaks yang lebih berbahaya, terutama jika terus menyebar tanpa konteks yang jelas.
Maka, kami berharap masyarakat semakin waspada dan kritis dalam menyaring informasi yang beredar di media sosial. kumparan terus berkomitmen dalam menghadirkan jurnalisme berkualitas serta menjaga integritas informasi demi menciptakan ekosistem media yang sehat.
Lantas bagaimana mengenali konten kumparan yang asli atau hoaks?

1. Judul provokatif tanpa sumber yang jelas

Konten hoaks sering kali menggunakan judul yang bombastis atau berlebihan untuk menarik perhatian. Namun, jika tidak disertai dengan sumber yang kredibel, besar kemungkinan informasi tersebut tidak valid.
ADVERTISEMENT

2. Menggunakan desain khas kumparan, tetapi isinya berbeda

Beberapa pihak menyalahgunakan desain khas kumparan untuk menyebarkan informasi palsu. Periksa apakah isi berita benar-benar berasal dari kumparan dengan mengeceknya langsung di website maupun media sosial kumparan.

3. Tidak ada kutipan langsung atau sumber resmi

Berita yang kredibel selalu mencantumkan kutipan dari narasumber yang dapat diverifikasi. Jika sebuah konten hanya berisi opini atau klaim tanpa dasar, waspadalah terhadap kemungkinan disinformasi.
Jika sebuah informasi tersebar luas di media sosial tetapi tidak disertai tautan ke berita asli, ada kemungkinan itu adalah hoaks. Pastikan Anda selalu mengecek sumber asli sebelum mempercayai atau membagikan informasi tersebut.

5. Menggunakan foto atau video yang dimanipulasi

Hoaks sering menggunakan gambar atau video yang telah diedit atau diambil dari konteks yang berbeda. Lakukan pencarian gambar terbalik (reverse image search) untuk memastikan keasliannya.
ADVERTISEMENT

6. Bahasa yang cenderung emosional atau menghasut

Hoaks sering menggunakan kata-kata yang berlebihan, bernada emosional, atau bertujuan untuk memancing kemarahan dan ketakutan. Jika suatu berita terasa terlalu sensasional, sebaiknya periksa kebenarannya terlebih dahulu.

7. Berasal dari akun anonim atau tidak kredibel

Banyak hoaks disebarkan oleh akun tanpa identitas jelas atau situs berita yang tidak memiliki rekam jejak terpercaya. Pastikan untuk selalu mengecek sumber dan kredibilitas akun yang membagikan informasi tersebut.

8. Memanfaatkan isu yang sedang viral

Hoaks sering muncul berbarengan dengan isu yang sedang ramai diperbincangkan. Penyebarnya memanfaatkan momentum untuk mempercepat penyebaran informasi palsu, sehingga penting untuk selalu mengecek ulang kebenarannya.

9. Terlalu baik atau terlalu buruk untuk dipercaya

Jika sebuah berita terdengar terlalu fantastis, seperti klaim bahwa pemerintah membagi-bagikan uang tanpa alasan yang jelas, atau sebaliknya, cerita yang terlalu mengerikan, maka ada kemungkinan itu adalah hoaks.
ADVERTISEMENT

10. Menggunakan data atau statistik yang dipelintir

Sejumlah hoaks menyertakan angka atau data yang tampak meyakinkan, tetapi sebenarnya sudah dimanipulasi atau diambil di luar konteks. Selalu periksa sumber data dari lembaga resmi atau di website maupun media sosial kumparan.
Semua konten kumparan baik yang di publish di website maupun di seluruh akun media sosial kumparan telah melalui proses verifikasi ketat. Kami menjalankan verifikasi berjenjang untuk semua konten kami, termasuk konten di sosial media. Kami selalu memegang teguh prinsip kumparan Bicara Fakta Lewat Berita.