Waspada Penyakit PMK pada Sapi dan Kambing, ini Tips dari Ahli UGM

17 Juni 2022 10:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas Dinas Ketahanan Pangan Kota Tangerang memeriksa kesehatan sapi di salah satu lokasi peternakan di Periuk, Kota Tangerang, Banten, Selasa (14/6/2022). Foto: Fauzan/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Petugas Dinas Ketahanan Pangan Kota Tangerang memeriksa kesehatan sapi di salah satu lokasi peternakan di Periuk, Kota Tangerang, Banten, Selasa (14/6/2022). Foto: Fauzan/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Pemerintah telah menetapkan penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak seperti sapi dan kambing sebagai wabah sejak 7 Mei 2022 lalu.
ADVERTISEMENT
Menanggulangi wabah penyakit ini, Fakultas Kedokteran Hewan UGM memberikan sejumlah usulan seperti membentuk satgas untuk menghentikan penyebaran virus melalui tindakan karantina, pengawasan, pembatasan lalu lintas ternak, serta penutupan pasar hewan.
Dekan FKH UGM Dekan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM Prof. drh. Teguh Budipitojo, dalam keterangan yang dirilis UGM menjelaskan bahwa langkah yang perlu dilakukan selanjutnya adalah menghilangkan sumber infeksi.
Cara untuk menghilangkan sumber infeksi ini adalah dengan memusnahkan secara terbatas atau disebut stamping out pada hewan yang telah terpapar.
Lalu diterapkan pula biosekuriti mulai dari dekontaminasi kandang, peralatan, kendaraan, dan bahan lain yang berpotensi menularkan virus dengan penyemprotan larutan desinfektan.
"Jenis desinfektan yang efektif membunuh virus penyebab PMK di antaranya sodium hydroxide (2%), sodium carbonate (4%), citric acid (0.2%), acetic acid (2%), sodium hypochlorite (3%), potassium peroxymonosulfate (1%), dan chlorine dioxide" jelasnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, program vaksinasi massal juga perlu dilakukan untuk peningkatan kekebalan pada hewan ternak yang rentan tertular PMK. Selain itu, perlu pula dilakukan mitigasi pada daerah yang belum terjadi penularan. Lalu, perlu dibentuk kewaspadaan dini dan dilakukan disease resilience.
"Hal itu perlu dilakukan untuk melihat peta penyebaran penyakit sebagai dasar penentuan langkah pengendalian di samping melakukan komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada masyarakat peternak," bebernya.
Dijelaskan bahwa PMK ini dapat menyerang ternak mulai dari sapi, babi, domba dan kambing. Penyakit ini disebabkan oleh virus RNA beruntai tunggal, genus Aphthovirus yang termasuk famili Picornaviridae dengan materi genetik yang terdiri dari kurang-lebih 8.000 nukleotida dan tidak beramplop.
Pakar virologi molekuler FKH UGM Prof. Dr. drh. Aris Haryanto mengatakan bahwa virus ini dapat bertahan selama 2 minggu di luar tubuh hewan. Virus tahan selama berbulan-bulan di dalam semen, epitel, kelenjar limfa, dan makanan produk asal hewan serta olahannya.
ADVERTISEMENT
"Virus penyebab PMK juga tahan terhadap kekeringan dan angin. Hewan penderita PMK dapat mengeluarkan virus baru selama 50 jam dan menular ke ternak lain di sekitarnya pada radius 100 km," jelasnya.
Dijelaskan pula bahwa hewan penderita ini bisa menjadi carrier dan bertahan selama 8 sampai 24 bulan. Penularan penyakit ini sering terjadi melalui kontak langsung hewan penderita dengan hewan lain yang rentan. Kemudian tidak langsung melalui alat atau sarana transportasi, manusia yang terkontaminasi serta penyebaran melalui udara.
"Penyebaran melalui udara dapat menjangkau sejauh 170 km di darat dan 250 km di laut," katanya.
Untuk hewan ternak yang terpapar PMK ini, gejala yang dialami bisa seperti demam tinggi, lalu kehilangan nafsu makan, berlebihnya produksi air liur, terjadi lepuh-lepuh berisi cairan pada mukosa mulut, hidung, bibir, dan lidah.
ADVERTISEMENT
Kemudian hewan enggan bergerak karena lesi pada kaki, kuku, sela jari.
"Hewan yang terinfeksi dapat mengeluarkan virus melalui cairan vesikel, air liur, susu, urine, dan feses. Virus dapat dikeluarkan 1-2 hari sebelum hewan tertular menunjukkan gejala klinis, jelasnya.