Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Waspada! Spora Antraks Bisa Tahan 75 Tahun Kendati Terkubur Tanah
6 Juli 2023 15:23 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Untuk vaksin, kami sudah siapkan 25 ribu (dosis). Tentunya untuk hewan yang ada di daerah rentan, prioritasnya untuk daerah yang berbatasan dan punya (potensi) berdampak langsung," ujar Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Jateng Agus Wariyanto, Kamis (6/7).
Selain vaksin, pihaknya juga akan mengetatkan pemeriksaan hewan yang masuk ke Jawa Tengah. Jawa Tengah memiliki sejumlah pos lalu lintas ternak yang berbatasan dengan DIY, yakni di Bagelen di Purworejo, Salam di Magelang dan Klaten.
"Juga pengetatan pemeriksaan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH), atau asal hewan tersebut. Ini penting untuk menyekat sebaran hewan terutama dari daerah yang diduga menjadi episentrum penyebaran antraks," jelas dia.
Spora 75 Tahun
Meski dapat menular dari hewan ke manusia, Agus meminta masyarakat tidak panik namun tetap waspada. Ia meminta masyarakat untuk mengubur bangkai ternak yang diduga suspek antraks dengan baik. Sebab, spora yang ditimbulkan penyakit ini, bisa bertahan hingga 75 tahun, meski bangkai hewan yang tertular telah dikubur.
ADVERTISEMENT
"Memang penyakit ini zoonosis, bisa menular ke manusia. Tetapi upaya pencegahan penting, misal kalau terjadi antraks (bangkai hewan) dikubur, kalau perlu dicor dan ditandai. Karena sporanya bisa bertahan 75 tahun. Sehingga generasi berikutnya tahu di situ ada hewan yang tertular," tegas dia.
Agus mengatakan, saat ini Jawa Tengah masih dinyatakan bebas antraks. Namun demikian, ia tidak menampik kasus tersebut pernah terjadi di Jateng beberapa waktu silam.
Di antaranya, Kabupaten Klaten pada 1990, Kabupaten Semarang pada 1991, Kota Surakarta di tahun 1991 dan 1992. Selain itu wilayah Boyolali juga pernah terjangkit antraks pada tahun 1990 hingga 1992 dan terakhir 2012.
Adapula Karanganyar pada 1992, Kabupaten Pati pada 2007, Kabupaten Sragen pada 2010 dan 2011 , serta Kabupaten Wonogiri.
ADVERTISEMENT
"Kami imbau masyarakat tidak perlu panik tapi tetap waspada. Masyarakat cepat laporkan bila mana ada hewan yang sakit. Kalau ada manusia yang sakit (diduga tertular antraks) segera berobat. Tetap jaga kesehatan ternak, jikalau terjadi terapkan prosedur, semuanya harus bergerak dari pemerintah hingga masyarakat," kata Agus.
Sementara itu, Medik Veteriner Disnakkeswan Jateng Slamet, menjelaskan antraks dapat menular melalui berbagai media. Spora antraks dapat menular melalui kontak dengan hewan dan memakan daging hewan yang tertular bakteri. Ia pun meminta para peternak waspada jika menemukan hewan yang sakit dengan ciri ada pendarahan di lubang tubuh.
"Cirinya itu pada hewan yang sakit atau mati ada gejala darah yang keluar dari mulut, kuping, kemudian hidung, dubur dan alat kelamin," jelas Slamet.
ADVERTISEMENT
Kemudian, jika tertular ke manusia, ada ciri spesifik yang dilihat. Misalnya, munculnya keropeng atau borok di kulit. Jika tidak diobati, bisa menular ke bagian tubuh lain.
"Keropeng atau borok di kulit itu seperti huruf U (cekung). Segera berobat. Nanti di puskesmas atau di rumah sakit akan diambil sampel darah untuk memastikan darahnya tertular antraks atau tidak. Yang penting gaya hidup bersih pada ternak dan manusia. Dan Jangan sampai ternak yang sakit dan mati itu dimakan," pungkas Slamet.