Wawancara Khusus Dubes Vorobieva: Barat Ingin Hancurkan Rusia seperti Uni Soviet

24 Februari 2023 13:00 WIB
·
waktu baca 15 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sudah satu tahun berlalu sejak pertempuran antara Rusia dan Ukraina menggemparkan dunia pada 24 Februari 2022. Namun, titik terang menuju perdamaian antara kedua negara sesama pecahan Uni Soviet ini masih belum terlihat.
ADVERTISEMENT
Beberapa babak putaran negosiasi telah dilalui oleh delegasi asal masing-masing negara dan dimediasi oleh Turki serta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Hingga akhirnya, negosiasi damai antara Moskow dan Kiev terhenti — diiringi dengan semakin meningkatnya keterlibatan faktor asing dan eskalasi konflik pun terjadi.
Untuk mengetahui lebih lanjut terkait situasi terkini dalam perang yang telah menelan ribuan korban jiwa ini, kumparan berkesempatan untuk melakukan wawancara khusus dengan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Georgievna Vorobieva, dalam program To The Point.
Vorobieva menjelaskan bagaimana perbandingan situasi di medan perang saat ini dengan satu tahun lalu — ketika Presiden Rusia Vladimir Putin mengerahkan pasukannya pertama kali ke perbatasan Ukraina melalui Belarusia.
Tak hanya itu, Vorobieva turut mengungkap rencana Barat yang dipandang telah bertujuan untuk menghancurkan Rusia, sebagaimana yang sempat dilakukan kepada Uni Soviet di era Perang Dunia II.
ADVERTISEMENT
Kala itu, dunia terbagi menjadi dua kutub yakni Barat dan Timur. Uni Soviet yang lebih condong ke timur merupakan negara adidaya dan dianggap sebagai saingan oleh Amerika Serikat, selaku pemimpin kutub Barat.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Di akhir tahun 1991 — ketika Perang Dingin berlangsung, Uni Soviet pun runtuh akibat perpecahan internal yang menginginkan reformasi.
Sejarah seperti terulang lagi. Kali ini, Vorobieva memandang bahwa Barat — khususnya Amerika Serikat dan Sekutunya, berupaya untuk melemahkan dan menghancurkan Rusia dengan cara memanfaatkan Ukraina.
Bagaimana hal itu dapat terjadi? Lalu bagaimana Rusia bisa tetap mendanai perang di saat negaranya dijatuhi sanksi internasional?
Simak selengkapnya wawancara khusus program kumparan To The Point dengan Vorobieva berikut ini:
ADVERTISEMENT
Operasi militer khusus Rusia di Ukraina sudah berlangsung hampir satu tahun. Bisakah Bu Dubes sampaikan bagaimana kondisi terkini di lapangan saat ini?
Tentu saja, 24 Februari 2023 nanti akan menandai peringatan satu tahun sejak dimulainya operasi militer khusus di Ukraina.
Tentu saja saya bukan ahli militer, maka dari itu saya tidak bisa menjelaskan secara detail — pertanyaan itu sebaiknya disampaikan ke Kementerian Pertahanan Rusia.
Ngomong-ngomong, mereka sering mengadakan briefing secara rutin terkait situasi di medan perang. Tetapi, berdasarkan dari briefing-briefing itu, bisa disimpulkan bahwa tujuan dan sasaran operasi militer ini akan tercapai.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Saat ini pasukan kami bergerak maju di semua arah, secara perlahan tetapi setidaknya bergerak maju secara gigih. Angkatan Bersenjata Ukraina mulai mundur dalam pertempuran.
ADVERTISEMENT
Namun sayangnya pasukan mereka menembaki kota-kota yang dihuni rakyat sipil biasa, contohnya wilayah Donetsk yang saat ini masih diserang.
Oleh karena itu, tugas yang paling mendesak saat ini — seperti yang saya pahami, adalah untuk memindahkan garis kontak sejauh mungkin guna menghentikan penembakan di kota-kota yang dihuni rakyat sipil biasa oleh Angkatan Bersenjata Ukraina.
Tahun lalu, kita juga sempat melakukan interview eksklusif soal operasi militer khusus Rusia, apakah Anda bisa membandingkan bagaimana kondisi kala itu dengan saat ini? Apa saja kemajuan dan rintangannya?
Tentu saja ada kemajuan dan itu terlihat jelas. Karena sebagian besar wilayah Republik Rakyat Donetsk (DPR) telah dibebaskan, Republik Rakyat Luhansk (LPR) telah dibebaskan.
Jika berbicara soal kendala, yang ingin saya katakan adalah bahwa Ukraina saat ini didukung oleh NATO dan didukung oleh senjata modern.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berbicara kepada para pemimpin melalui layar video selama pertemuan meja bundar pada pertemuan puncak NATO di Madrid, Spanyol, Rabu (29/6/2022). Foto: Manu Fernandez/AP Photo
Personel militer Ukraina dilatih dan dididik oleh negara-negara NATO. Bila saja itu bukan karena dukungan yang kuat dari negara-negara NATO, maka konflik telah usai sejak lama.
ADVERTISEMENT
Namun, kami melihat bahwa Ukraina digunakan sebagai senjata untuk melawan Rusia dengan tangannya sendiri secara hybrid dan tidak hanya melawan Rusia.
Anda bilang bahwa operasi militer khusus Rusia sudah tidak lagi melawan pasukan Ukraina, melainkan tentara bayaran dari negara-negara NATO. Menurut pandangan Anda sebagai seorang diplomat, apakah Anda sudah memperkirakan bahwa hal ini dapat terjadi cepat atau lambat?
Pertama-tama, kami (Rusia) melakukan operasi militer khusus bukan untuk melawan Ukraina ataupun rakyatnya.
Jadi saya tidak akan mengatakannya demikian. Kami, operasi militer khusus Rusia, bertujuan untuk membebaskan dan melindungi rakyat kami yang tinggal di Donbas, Luhansk, dan Donetsk yang mereka semua itu orang Rusia.
Karena telah dilakukan referendum, begitu pula di beberapa wilayah lain di Ukraina seperti yang Anda ketahui. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban kami untuk melindungi rakyat kami dan tentu saja masih terdapat beberapa tujuan, yaitu denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina.
4 Wilayah Ukraina Gabung Rusia Lewat Referendum Foto: kumparan
Tentu saja sangat banyak tentara bayaran dari negara-negara NATO — mereka menyatakannya sebagai mantan tentara dari negara NATO, tetapi tentu saja sebagian besar dari pernyataan ini adalah kemunafikan.
ADVERTISEMENT
Karena jelas bahwa mereka yang melatih tentara Ukraina dan bahkan memiliki dan memelihara peralatan militer NATO.
Mengenai pertanyaan apakah saya sudah memperkirakan bahwa hal itu dapat terjadi — Anda tahu, hampir tidak ada orang yang dapat memperkirakan bahwa akan ada reaksi semacam ini dari Barat terhadap operasi militer khusus kami.
Prajurit Ukraina menggelar latihan di perbatasan dengan Belarus, Ukraina, Jumat (3/2/2023). Foto: Viacheslav Ratynskyi/Reuters
Dan jika ada orang yang memiliki ilusi tentang tujuan dan sasaran yang dikejar oleh negara-negara NATO — yaitu untuk melemahkan Rusia dan menghancurkan Rusia, tidak ada lagi ilusi seperti itu sekarang.
Tentu saja, saya menggunakan istilah modern yaitu perang proksi yang dilancarkan NATO terhadap Rusia dengan menggunakan Ukraina. Maka dari itu, krisis ini bukan tentang Ukraina.
Apakah situasi di masa sekarang ini mengingatkan Anda pada era ketika Uni Soviet belum hancur dan NATO bertindak melawan Uni Soviet? Apakah menurut Anda situasi kala itu terulang lagi saat ini?
ADVERTISEMENT
Jika Anda berbicara soal Perang Dunia II, tentu saja dalam banyak hal, perang kala itu bukan hanya antara (Adolf) Hitler melawan Uni Soviet.
Kala itu, pasukan tentara Hitler banyak sekali diwakili oleh negara-negara Eropa dan secara umum lebih banyak lagi jika kita mengingat sejarah Eropa.
Maaf, tetapi apa yang mereka coba untuk tetap diamkan sekarang dan tutup-tutupi, justru sebagian besar negara-negara Eropa mendukung Hitler, sehingga bisa dikatakan paling buruk karena mereka hanya menyetujui apa yang sedang dilakukan.
Pimpinan nazi Adolf Hitler diikuti oleh panglima tertinggi Hermann Goering (ke-2 dari kiri) dan kepala SS Heinrich Himmler (ketiga dari kiri) berbaris di Berlin di sebelah hotel Excelsior yang merupakan markas Hitler di kota pada awal 1930-an. Foto: FRANCE PRESSE VOIR / AFP
Adapun sejarah yang lebih dekat dengan kita setelah Perang Dunia II, yaitu Uni Soviet adalah negara adidaya, tentu saja kala itu tidak ada upaya agresi terbuka terhadap Uni Soviet.
Sekarang upaya serupa bisa dikatakan diperbolehkan untuk dilakukan. Tetapi Barat telah mencoba menghancurkan Uni Soviet dengan cara lain dan secara umum, kita tahu bahwa upaya itu berhasil — Uni Soviet runtuh.
ADVERTISEMENT
Tapi sekarang ada upaya terang-terangan untuk melakukan agresi dan upaya untuk menghancurkan Rusia, untuk melemahkan Rusia — dengan memanfaatkan Ukraina dan rakyat Ukraina, sayangnya.
Apakah saat ini ada kekhawatiran bahwa Barat bisa meluncurkan serangan secara langsung ke Rusia?
Saya harap tidak ada politisi yang tidak masuk akal seperti itu di Barat — meskipun tentu saja saya pikir ada banyak keraguan tentang apa yang sedang terjadi di Barat untuk meluncurkan serangan terbuka terhadap Rusia.
Mari kita juga mengingat sejarah. Saya ingin meyakini bahwa ibu kota Barat mengingatnya. Apa yang terjadi dengan Napoleon yang menunda serangan ke Rusia?
Tentara berbaris selama latihan parade militer yang menandai peringatan kemenangan atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia Kedua, di Lapangan Merah, Moskow, Rusia, Sabtu (7/5/2022). Foto: Kirill Kudryavtsev/AFP
Ke mana pasukan mereka setelah itu pada tahun 1814? Pasukan Rusia di Paris, karenanya muncul kata ‘bistro’ seperti yang Anda ketahui (bistro dalam Bahasa Rusia artinya cepat).
ADVERTISEMENT
Karena sepertinya pelayanannya buruk saat itu di Paris, militer kami meminta cepat, cepat. Dari situlah kata cepat (bistro) berasal.
Apa yang terjadi ketika Hitler menyerang Uni Soviet? Di mana pasukan kita berakhir? Di Berlin. Di sini, kami benar-benar ingin rekan-rekan Eropa kami mengingat hal ini, dan Rusia tidak takut pada apa pun.
Kita lanjut ke pertanyaan berikutnya. Tujuan utama operasi militer khusus di Rusia yaitu demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina. Bagaimana Anda bisa paham, atau bagaimana Rusia bisa mengetahui bahwa tujuan itu telah tercapai? Apa petunjuknya?
Ketika ada sebuah negara di tengah Eropa yang pemerintahannya secara terbuka mendukung ideologi Nazi — ini adalah sesuatu yang sama sekali tidak mungkin dari sudut pandang situasi kami.
ADVERTISEMENT
Kami tahu bahwa ideologi Nazisme dilarang dan dilarang di negara-negara Eropa, di Amerika Serikat — ini adalah hasil dari Perang Dunia II.
Ketika seluruh dunia mengutuk kejahatan Hitler adalah Pengadilan Nuremberg — seperti yang Anda ketahui, kejahatan perang Jerman di bawah kepemimpinan Hitler dikutuk.
Warga sipil bernyanyi dan memberi hormat fasis selama swastika selama pertemuan nazi. Foto: PRESSE VOIR / AFP
Fakta bahwa Ukraina secara terbuka mendukung ideologi Nazi tentu saja merupakan tindakan kriminal.
Kita tahu bahwa sekarang di antara pahlawan yang dipuja-puja oleh Nazi Ukraina adalah Bender dan Shukhevych — mereka adalah orang-orang yang telah membunuh ratusan ribu orang di Ukraina, termasuk orang Rusia dan Yahudi.
Saya yakin bahwa, tentu saja, cepat atau lambat krisis ini akan berakhir, konflik akan berakhir, jelas akan ada beberapa kesepakatan, dan yang pasti akan ada dokumen yang mungkin akan mencerminkan pernyataan yang harus ditinggalkan Ukraina terkait dukungannya terhadap ideologi Nazisme.
ADVERTISEMENT
Apa tujuan atau langkah yang ingin diambil dan diraih Rusia usai perang berakhir?
Tujuan utama kami adalah untuk hidup dalam perdamaian dan persahabatan dengan semua negara — terutama, tentu saja, dengan negara-negara tetangga kami. Kami ingin merasa aman dan tenteram, dan kami pikir ini adalah tujuan utama kami dan kami akan memastikan hal itu tercapai.
Menurut Anda, apakah hal itu akan terjadi ketika NATO tetap melakukan ekspansi ke wilayah timur Eropa?
Ya itu mau diekspansi ke mana lagi? Bagi kami, salah satu garis merah (batas wajar) — hanya mengapa operasi militer khusus diluncurkan yakni agar Ukraina tidak menjadi anggota NATO.
Karena seperti yang sudah kami sering bilang berulang kali kepada mitra kami di Eropa kala itu dan ketika Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengumumkan bahwa Ukraina ingin bergabung dengan NATO — ini adalah salah satu garis merah yang kami maksud.
Sebuah pesawat pengintai NATO AWACS mendarat di Pangkalan Airlift ke-90 Angkatan Udara Rumania, di Otopeni, Ilfov, Rumania. Foto: Inquam Photos/George Calin via REUTERS
Tentu saja, secara langsung kami tidak akan membiarkan hal itu terjadi karena ini adalah ancaman langsung terhadap keamanan kami, perbatasan kami dengan Ukraina sejauh 2.000 kilometer.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ukraina pada saat itu adalah salah satu negara terbesar di Eropa, terbesar kedua setelah Rusia. Oleh karena itu, ini adalah ancaman langsung untuk keamanan kami.
Saya ulangi sekali lagi bahwa kami telah membicarakan hal ini sejak lama dan banyak kepada mitra kami di Barat, bahkan kami menyiapkan pada Desember 2021 rancangan perjanjian yang sesuai, perjanjian tentang jaminan keamanan untuk Rusia ini, di mana, antara lain, ketentuan bahwa Ukraina tidak akan pernah menjadi anggota NATO.
Draf perjanjian itu telah diserahkan kepada pihak AS dan NATO tetapi kami sampai sekarang tidak mendapat jawaban. Kekhawatiran kami diabaikan.
Saat ini perang sudah berlangsung lama dan tentunya membutuhkan banyak dana. Pada saat bersamaan, Barat juga telah menjatuhkan sanksi — ribuan sanksi kepada Rusia, mereka berharap bahwa sanksi itu dapat menekan pertumbuhan perekonomian Rusia dan menghambat pendanaan perang.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Rusia sampai sekarang masih tetap berdiri teguh dan kuat. Berdasarkan apa yang Anda pernah bilang, sanksi tersebut tidak terlalu berdampak pada perekonomian Rusia bahkan sejak tahun 2014 ketika sanksi pertama kali dijatuhkan AS. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Mengapa Rusia bisa sangat kuat menghadapi sanksi-sanksi ini?
Tentang sanksi, mungkin akan memakan waktu lama untuk dibicarakan. Karena sudah ada sebanyak 14.000 sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia dan sekarang Uni Eropa sedang membahas paket sanksi ke-10 yang mana Anda tidak akan percaya — mencakup tukang pipa ledeng dan toilet.
Jadi tampaknya sekarang mereka sudah tidak tahu lagi sanksi lain apa yang bisa dijatuhkan kepada Rusia. Tentu saja tindakan itu benar-benar ilegal, tidak sesuai dengan prinsip pasar bebas apa pun dan seterusnya.
Pipa di fasilitas pendaratan pipa gas 'Nord Stream 1' digambarkan di Lubmin, Jerman, 8 Maret 2022. Foto: Hannibal Hanschke/REUTERS
Dan tentu saja berdampak pada pertumbuhan ekonomi Rusia — tidak mungkin sama sekali tidak berdampak ketika pembatasan seperti ini dilakukan pada keuangan, perdagangan, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Namun, tidak sebegitu berdampaknya hingga melemahkan perekonomian kami.
Data terakhir yang saya lihat, bahkan Dana Moneter Internasional (IMF) mengakuinya bahwa pada tahun lalu perekonomian kita menurun sekitar 2 persen, maka tahun ini diperkirakan akan tumbuh sebesar 1,7 persen — ini lebih besar dibandingkan perkiraan pertumbuhan PDB di Jerman yang seperti kita sudah ketahui tidak terdampak sanksi.
Lagi-lagi, apa tujuan dijatuhkannya sanksi? Untuk sebisa mungkin melemahkan Rusia dan untuk menimbulkan ketidakpuasan rakyat kami — bahkan hingga melibatkan tukang pipa ledeng. Apa itu tujuannya?
Para pemimpin G7 video call conference untuk bahas pemberian sanksi tambahan bagi Rusia. Foto: Twitter @G7
Ya mungkin dikira ada orang-orang di Rusia yang terbiasa menggunakan jasa tukang pipa ledeng dari Italia dan berharap bahwa mereka bakal kesal. Saya tidak tahu perhitungan apa yang mereka cantumkan dalam sanksi tersebut.
ADVERTISEMENT
Pertama-tama mengapa perekonomian kita berhasil bertahan dan tidak tercabik-cabik seperti kata Presiden AS Barack Obama tahun 2014.
Kita memiliki sumber daya yang sangat besar. Itu termasuk sumber daya energi sumber daya alam yang sangat besar. Bisa dikatakan jika Eropa ingin menghangatkan diri di musim dingin, ya silakan berkunjung ke Rusia. Rumah-rumah kami hangat.
Saya baru-baru ini melihat data bahwa 40 persen populasi kami telah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Ini adalah angka tertinggi di dunia.
Kami memiliki kemampuan teknologi yang tinggi, oke mungkin tidak secara keseluruhan. Tetapi, tahukah Anda jika kita mampu memproduksi senjata seperti, misalnya, Sukhoi 35, ya maaf saja untuk seukuran memproduksi toilet ya kita juga bisa lakukan sendiri.
ADVERTISEMENT
Ya, meski tidak segera tentunya. Ekonomi harus beradaptasi dengan kondisi baru — tapi hal itu juga sudah terjadi saat ini di negara kami. Kami melewati masa ketika perusahaan Barat telah meninggalkan pasar Rusia.
Antrean mengular di luar toko pakaian H&M yang membuka penjualan terakhir sebelum menutup operasi bisnisnya di Rusia, di pusat perbelanjaan Metropolis di Moskow, Rabu (3/8/2022). Foto: Natalia Kolesnikova/AFP
Tetapi tahukah Anda, perusahaan lokal yang sebelumnya kalah saing bisa menggantikan perusahaan-perusahaan milik Barat ini.
Dan sekarang jumlah perusahaan-perusahaan itu meningkat — pahami, saya tidak mengatakan bahwa kami mendukung isolasi dari dunia internasional.
Kami siap bekerja sama dengan semua pihak, tetapi jika situasi ini memaksakan kami memproduksi semuanya sendiri, ya tentu saja kami akan melakukan itu.
Seperti era Uni Soviet, selama 70 tahun berada di bawah sanksi namun menjadi negara adidaya. Jadi kami siap untuk bekerja sama dan kami memperluas kerja sama dengan mitra Asia kami — termasuk China, India, ASEAN termasuk Indonesia negara lain dan semua mitos tentang isolasi Rusia ya itu benar adalah mitos.
ADVERTISEMENT
Sekarang kita kembali ke pembahasan operasi militer khusus Rusia. Selama ini, negara-negara di dunia banyak mendukung berakhirnya perang. Contohnya Presiden Joko Widodo ketika mengunjungi baik Moskow dan Kiev guna mendorong terwujudnya dialog perdamaian antara Rusia dan Ukraina.
Namun, sampai sekarang sayangnya kami tidak melihat adanya perkembangan terkait pencapaian perdamaian. Apakah Anda bisa menjelaskan kesulitan apa saja yang dihadapi sehingga tujuan itu belum tercapai sampai sekarang?
Kami sangat berterima kasih atas upaya yang dilakukan Presiden Indonesia Joko Widodo dan telah terjadi pertemuan yang sangat baik dengan Presiden Vladimir Putin pada 30 Juni 2022 dan dialog masih berlanjut melalui telepon sebanyak tiga kali tahun lalu — seperti yang telah diketahui.
Mengenai dialog perdamaian dengan Ukraina — saya ingin mengingatkan Anda pada bulan Maret-April tahun lalu bahwa negosiasi perdamaian ini telah berlangsung di Turki.
Presiden Turki Tayyip Erdogan berbicara kepada negosiator Rusia dan Ukraina sebelum pembicaraan tatap muka mereka di Istanbul, Turki, Selasa (29/3/2022). Foto: Layanan Pers Kepresidenan Ukraina/Handout via REUTERS
Beberapa putaran dialog perdamaian berlangsung, kami telah menyiapkan dokumen perjanjian damai.
ADVERTISEMENT
Dan tahukah Anda apa yang terjadi? Mantan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson kemudian melawat ke Kiev dan segera setelah itu Zelensky memberikan perintah untuk menghentikan negosiasi ini sehingga delegasi Ukraina menolak pertemuan lebih lanjut dengan pihak Rusia.
Tak hanya itu, pada bulan September tahun lalu, Zelensky menandatangani dekrit yang melarang siapa pun untuk melakukan negosiasi damai dengan Rusia.
Di sisi lain, tentu saja, yang harus dipahami adalah Zelensky tidak independen. Dia memenuhi perintah dari Washington dan Brussels (markas NATO).
Barat tidak tertarik supaya konflik ini dihentikan. Oleh karenanya, mereka terus memasok Ukraina dengan persenjataan, mereka selalu mengatakan bahwa dialog perdamaian hanya dialog perdamaian hanya dapat terjadi usai Ukraina menang di medan perang.
Ekspansi NATO ke Eropa Timur. Foto: Tim Kreatif kumparan
Jadi mereka mendukung tersebarnya ilusi di Kiev bahwa Ukraina dapat memenangkan pertempuran — hal ini tentu saja tidak akan terjadi.
ADVERTISEMENT
Oleh karenanya, semua pernyataan yang disampaikan Zelensky tentang perdamaian, atau rencana perdamaian yang terdiri dari 10 poin (Peace Formula) — itu hanya kata-kata saja, sebuah tindakan seorang publik figur yang tidak ada maknanya.
Bila saja Ukraina — saya bahkan tidak akan sebut Ukraina, karena Zelensky sendiri tidak mampu menepati perjanjian. Bila saja Barat ingin agar konflik ini berakhir, maka seharusnya pihaknya mendorong Kiev untuk bernegosiasi. Namun, justru yang dilakukan Barat adalah sebaliknya.
Kalau begitu, menurut pandangan Rusia, kapan konflik ini dapat berakhir?
Ketika Rusia berhasil menang.
Baik. Anda bilang, Zelensky tidak mampu menepati perjanjian dan dia tidak mampu berkomitmen, maka siapa yang bisa kalau begitu?
Anda tahu, waktu akan menjawab itu. Untuk saat ini sangat sulit memprediksi bagaimana situasi dapat berkembang. Saya mengacu pada berapa lama Zelensky akan tetap berkuasa dan saya tidak berani memprediksinya.
ADVERTISEMENT
Saya hanya dapat mengatakan, tidak ada keraguan bahwa Ukraina tidak dapat menang di medan perang. Dan negara-negara Barat tidak akan menerima itu.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Dan menurut saya itu sudah terlihat jelas bagi semua orang. Hanya saja yang terjadi sekarang adalah semacam — bukan apa yang terjadi, tetapi apa yang mereka katakan.
Ini seperti tabir asap, pada kenyataannya, jelas bagi semua orang bahwa Ukraina tidak akan dapat mencapai kemenangan militer.
Terkait bagaimana situasi dapat berkembang, saya tidak berani memprediksinya secara detail lebih lanjut soal siapa yang mampu.
Tentu saja, konflik akan berakhir. Tentu saja, kesepakatan akan tercapai — ini juga. Namun jelas bahwa kesepakatan ini akan dicapai dengan persyaratan Rusia, bukan dengan persyaratan Barat, tak peduli bagaimana NATO dan AS berusaha untuk mencapainya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana pendapat Anda, apakah posisi Zelensky harus diganti dengan pemimpin yang bisa lebih netral?
Sebenarnya pada akhirnya itu urusan rakyat Ukraina, siapa yang mereka lihat sebagai pemimpin mereka — seseorang yang mengikuti perintah Barat dan menarik negara lebih dalam dan lebih dalam menuju bencana, atau orang lain.
Oke, karena sebelum Zelensky naik ke tampuk kekuasaan, Ukraina dan Rusia sempat dekat, betul?
Era pemerintahan Zelensky bisa dikatakan sudah menjadi tahap terakhir. Saya ingin mengingatkan Anda pada tahun 2014, ketika semua hal ini terjadi ketika Barat mendukung kudeta inkonstitusional di Ukraina.
Dan kala itu, eks Presiden Ukraina Petro Poroshenko mulai berkuasa. Nah saat itulah mulai bermunculan kelompok politik anti-Rusia (russophobia).
Presiden AS Joe Biden disambut oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky selama kunjungan di Kiev, Ukraina, Senin (20/2/2023). Foto: Dimitar DILKOFF / AFP
Dan ngomong-ngomong, Zelensky menang pemilihan umum sebagai pemuka partai perdamaian. Dia berjanji akan membangun dialog dengan Rusia dan bahwa perdamaian akan muncul di Ukraina.
ADVERTISEMENT
Karena sekali lagi, saya ingin mengingatkan Anda bahwa sejak 2014, Ukraina telah mengobarkan perang melawan Donbas.
Zelensky kemudian menggantikan Poroshenko dan berkuasa dengan suasana perdamaian. Meski begitu, perdamaian itu tidak terjadi dan Zelensky tidak menepati janjinya sendiri.