Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Wawancara Khusus Ranjit Singh, Pemuka Agama Sikh di Indonesia
9 Mei 2017 11:54 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Akhir pekan kemarin, Minggu (7/5), Gubernur Terpilih DKI Jakarta Anies Baswedan mengunjungi Kuil Gurdwara, salah satu tempat ibadah pemeluk Sikh, di Pasar Baru, Jakarta Pusat. Di sana, Anies sempat mengenakan turban, penutup kepala khas orang-orang Sikh. Ia juga sempat mengucapkan pembukaan sambutan dengan bahasa Punjabi --dialek daerah asal Sikh di India.
ADVERTISEMENT
Sebelum ke Kuil Gurdwara, Anies baru saja mendatangi pengajian KH Arifin Ilham di Sentul. Lompatan kegiatan Anies dari satu kelompok agama ke agama yang lain ini, menjadi strategi inklusivitas pemerintahan yang akan dibawanya.
“Ini menunjukkan keberagaman," ujar Anies.
Dan memang, kepercayaan Sikh menjunjung tinggi keterbukaan terhadap segala lini masyarakat, tak peduli dari mana ia dan apa agamanya.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ranjit Singh, salah satu tokoh masyarakat Sikh di Indonesia. Kepada kumparan (kumparan.com), Senin (8/5), ia bicara banyak hal soal Sikh, dari sejarah masuknya ke Indonesia, budaya, hingga pedoman hidup yang dianut kaumnya.
Berikut petikan wawancaranya.
Apa betul muncul dan eksodusnya (ke Indonesia) itu tahun 1920?
ADVERTISEMENT
Bukan, tahun 1920 itu terjadi pembunuhan besar-besaran di Amrikhsar, itu termasuk terbesar di dunia. Waktu itu Inggris yang mengadakan pembunuhan terhadap orang Sikh pada tahun 1920. Jadi bukan eksodus.
Apa faktor yang mendorong masuk ke Indonesia?
Masuk ke Indonesia ini… ya sifatnya orang Sikh ini kan perantau juga ya. Kita hampir ada di seluruh dunia. Kalau masuk ke Indonesia ini sudah pada abad ke-19 sudah ada. Dia masuk dari Medan karena bertetangga.
Dulu karena India itu jajahan Inggris, Malaysia Singapura itu jajahan Inggris, jadi di mana ada jajahan Inggris di situ orang Sikh masuk, karena mereka itu kebanyakan di tentara, polisi, pengamanan itu. Jadi sampai ke Perang Dunia I maupun II, itu yang banyak mendukung tentara Inggris itu ada dari Sikh Regiment itu.
ADVERTISEMENT
Kalau dia ini, terciptanya Sikh ini kan 1400-an.
Falsafah agama Sikh sendiri?
Falsafah agama Sikh ini hidup berumah tangga. Kan nggak ada yang namanya kalau Kristen ada katolik, ada pendeta, suster begitu. Kalau orang Sikh itu harus hidup berumah tangga, harus mencari makan, dan selalu ingat kepada Tuhan.
Apa lagi kontribusi orang Sikh ke Indonesia?
Kan kalau duru orang Sikh mayoritas bertempat tinggal di Sumatera Utara. Pada zaman itu, lebih banyak orang Sikh di Sumatera Utara itu yang berternak sapi. Nah itu kan untuk usaha menjual susu. Jadi, yang keduanya, di situ ada sekolah yang namanya English School, didirikan oleh orang Sikh. Lalu banyak yang berkembang di usaha barang-barang olahraga.
ADVERTISEMENT
Jadi, orang Sikh ini menjual susu membuat orang Indonesia itu sehat. Orang Sikh ini mengajar Bahasa Inggris, membuat orang-orang Indonesia berpendidikan dan pintar. Yang ketiga, banyaknya toko sport ini membuat orang Indonesia ini berolahraga dan sehat. Jadi semua menunjang baik masyarakat Indonesia.
Ada beberapa atlet juga ya di tahun 62...
Ah, kalau atlet-atlet di Indonesia berkontribusi banyak, sebangsanya Caranggit Singh, Gurnam Singh, Darip Singh, dulu kan. Banyak kalau di olahraga bawa nama negeri ini kan.
Di manapun kita berada, kita tentu mengikut peraturan daripada negara tersebut. Dan yang paling pantang orang Sikh yang melanggar hukum, di mana negeripun itu.
Orang-orang Sikh sendiri bagaimana?
Masyarakatnya sangat terbuka. Jadi bukan tinggal di satu kampung begitu. Ada yang jaraknya terpisah-pisah 5, 10, 15 kilometer. Kalau nggak bisa berbaur, itu nggak mungkin hidupnya terpisah-pisah begitu kan. Beda sama yang lain, kalau bermukim sekelompok-sekelompok begitu kan. Kalau dulu orang Sikh ya di Pancarbatu ada 5 keluarga, di Tuntungan ada lima lagi, jadi ya terpisah-pisah. Jadi ya sedikit-sedikit saja dan pergaulannya membaur sekampung-sekampung begitu. Makanya orang Sikh itu tidak tertutup sikapnya.
ADVERTISEMENT
Kalau dokumen kependudukan? Kan agama yang diakui cuma enam, kalau orang-orang Sikh bagaimana?
Di Indonesia ini kebetulan di jaman itu kan hanya boleh lima yang ada. Hanya ada Islam, Kristen, katolik, Hindu, Budha, kan gitu. Jadi Sikh ini, karena dulu di jajahan Inggris di India sana, itu mereka mengatakan bahwa Sikh ini bagian daripada Hindu, walaupun sebenarnya tidak. Kita ini monoteisme, satu Tuhan, kan gitu.
Kita bilang Ek Onkar, Satu Tuhan, Tidak Berwujud, Tidak Lahir, Tidak Meninggal. Begitu. Kalau Sikh ini kan sifatnya monoteis, satu Tuhan, yang Maha Esa.
Jadi karena di sini waktu itu Sikh ya berada di bawah payung Hindu akhirnya. Bahkan yang lampau itu Direktorat Jenderalnya di Jakarta pun Hindu-Budha kan. Di direktorat cuma ada empat kan, Islam, Katolik, Kristen-Protestan, sama Hindu-Budha kan. Cuma sekarang dirjen Budha tersendiri dan Hindu tersendiri.
ADVERTISEMENT
Pernah Jimmly Ashidiq itu bertanya kepada saya, kami kan mau bikin perayaan dulu tentang agama Sikh ini minta izin mau mengundang Presiden Habibie waktu itu. Nah, Pak Jimmly mengatakan apa sebetulnya Sikh ini. Saya bilang, “Sikh ini monoteisme, Pak.” Sedangkan dalam kitab suci kami itu ada lima sufi yang mempunyai tasawuf yang kita panut juga.
Jadi sufi dulunya kan dari agama Islam, di tasawuf itu. Nah, kenapa nggak bikin Islam-Sikh, pertanyaannya beliau itu. Ya kalau kita bilang Hindu-Sikh itu mungkin pada akhir hayat kami itu dikremasi, pak, nanti kalau Islam-Sikh orang Islam tidak akan menerima kita itu dikremasi.
Jadi sekarang yang tertulis di KTP?
Hindu. Nah kita memang pernah mengajukan di KTP itu supaya ada, misalnya Konghucu kan sudah ada. Tapi KTP-nya kan masih Budha juga kan mungkin. Iya kan? Saya pun nggak tahu itu mereka sudah dapat KTP Konghucu atau belum. Padahal Gus Dur kan sudah mengakui lebaran Imlek bagi yang beragama Konghucu. Tetapi di KTP-nya saya nggak tahu apa mereka gimana menyikapinya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana persebaran orang Sikh di Indonesia?
Kalau profesi ya salah satu contoh pemeluk Sikh yang prominen ya HS Dillon ya. Kalau yang lain ya profesinya ada yang sebagai guru, ada yang sebagai dosen, pengusaha, peternak. Dan itu membaur dengan masyarakat. Kalau saya sendiri bahkan istri saya Siregar.
Ya banyak juga ya pembauran itu, bukan hal baru lagi.
Apakah ada diskriminasi karena pakaian khas orang Sikh?
Nggak ada masalah. Itu kan sebetulnya harus bedakan antara adat dengan agama. Jangan campur baurkan agama dengan adat. Itu sebetulnya pakaian adat.
Nah, coba kalau Sikh betul dia itu yang dia harus itu rambutnya panjang. Sedangkan saya sendiri ya nggak panjang, karena kita ya sudah tidak 100 persen mengikuti. Orang Sikh itu tidak diperkenankan memotong rambut, janggut, segala bulu di badan nggak ada boleh dipotong.
ADVERTISEMENT
Itu ketentuan orang Sikh. Ya macam orang Islam harus bersunat, begitu. Orang Sikh nggak boleh apapun, kecuali kuku itu lain ceritanya.
Apa yang membedakan keturunan India Hindu dan India Sikh?
Kalau orang Sikh itu kalau laki-laki harus memelihara janggut panjang dan rambut di badan, tidak ada yang boleh dipotong. Itu satu.
Duanya, dia harus memakai lima hal. Sisir rambut. Lalu gelang banyak di tangan. Sejenis pisau keris, kirpan itu ya.
Pokoknya 5K itu, yang saya sebut tadi. Kenga itu sisir rambut, kera itu gelang tangan, kirpan itu pisau, lantas kesh itu rambut harus utuh semuanya, yang kelima itu harus memakai pakaian dalam yang disebut kesera (atau kachha berdasarkan sumber lain).
Ajarannya sendiri betul-betul berbeda?
ADVERTISEMENT
Dengan Hindu? Ya tentu. Karena ini kan suatu agama yang sendiri, punya aksara sendiri, punya pemahaman sendiri, punya pengikut sendiri. Tapi di dunia ini adanya 40 jutaan lah orang Sikh, di seluruh dunia. Kalau di Indonesia ya kurang lebih sejutaan.
Bagaimana menyikapi agama-agama lain?
Satu lagi yang mungkin basic itu, Sikh ini sebetulnya agama yang paling damai. Karena waktu Guru Nanak itu kan dia punya asisten atau teman yang akrab, satu orang muslim satu seorang Hindu, itu kemanapun bersama. 47 tahun itu dia dengan temannya yang beragama Islam itu, namanya Baimardana, berjalan terus mengembangkan agama Sikh.
Waktu meletakkan batu pertama pembangunan kuil emas atau Golden Temple itu, yang meletakkan batu pertama itu seorang muslim, namanya Mian Mir. Nah, temple tersebut pun dibangun dengan empat pintu, maksudnya dari segala sisi itu satu pintu, kenapa? Bahwa tempat ibadah ini terbuka bagi segala mazhab: Islam, Kristen, Hindu, Budha diperkenankan dan welcomed masuk ke tempat ini.
ADVERTISEMENT
Kedua, dalam makan itu kita selalu duduk bersila di satu lantai. Bahkan waktu zamannya guru kami yang ketiga itu, Raja Akbar itu, diundang makan bersama itu duduk satu lantai, menunjukkan, “Di sini tidak ada tingkatan lagi.” Karena dalam Hindu itu kan ada kastanya kan, dalam Sikh ini kita tidak memandang kasta-kasta lagi. Makan makanan yang sama, tidak memandang itu raja kah atau pembantu.
Makanannya sama di tingkat yang sama. Itu yang perlu diekspose. Makanya kalau kita lihat siapa saja makan dan vegetarian, biar bisa dikonsumsi segala agama dan segala kasta, biar tidak ada pantangan bagi siapapun. Makanya kalau kita lihat di Golden Temple itu kan tiap hari kita menyiapkan makanan untuk seratus ribu orang, itu ramai terus, kalau makan ya silakan makan. Dan tidak ada perbedaan, orang Islam ya makan di situ, Kristen ya silakan makan. Empat pintu itu terbuka di Golden Temple.
ADVERTISEMENT