Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Sampah menjadi persoalan yang sulit dipecahkan manusia di era modern. Sulit terurai, menumpuk, dan cemari lingkungan. Namun, persoalan sampah sebenarnya bisa dimulai dari diri sendiri. Melalui kreativitas, niat, tekad.
ADVERTISEMENT
Sosoknya ramah dan murah senyum, seorang seniman lukis asal Yogyakarta. Dia adalah Iskandar Hardjodimuljo. Dia mengubah sampah yang ditemuinya menjadi karya. Wayang uwuh namanya. Uwuh sendiri berarti sampah dalam bahasa Jawa.
"Awalnya tahun 2013, nah saya waktu itu menjadi relawan di bantaran Ciliwung, membikin kampung yang kampung tadi kampung enggak tertata kumuh dengan penyadaran banyak melibatkan masyarakat untuk melukis bersama," kata Iskandar saat ditemui di rumahnya di Sapen, Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Jumat (13/1).
Saat itu, banjir besar terjadi di Ciliwung. Sampah dari sungai berserakan. Ternyata tumpukan berbagai sampah itu jadi ide baginya untuk berkarya. Kebetulan dia memang diajak temannya mengisi sebuah pameran di Jakarta yaitu Jakarta Biennale.
"Saya berpikir padahal duit tipis sekali untuk membikin karya berbiaya, mungkin nyerah. Tapi ingat pas banjir Ciliwung itu kan membawa material ada plastik seperti ini, terus membawa tripleks membawa seng membawa botol mineral kardus dan sebagainya," katanya.
ADVERTISEMENT
Akhirnya ide membikin wayang muncul. Selain karena dari kecil suka wayang, Iskandar merupakan pecinta alam. Menurutnya, mengolah sampah menjadi karya juga ikhtiar dalam menjaga lingkungan.
Prosesnya tak gampang. Khususnya plastik botol. Iskandar sempat gagal membuat lembaran dari plastik botol karena langsung rusak saat disetrika. Rangkaian kegagalan itu menemukan hasil, dia mengakali dengan memberikan lapisan kain dan koran pada botol saat disetrika.
Setelah menjadi lembaran-lembaran, barulah disketsa dan dibuat aneka karakter wayang. Wayang itu juga sempat ditampilkan di sebuah pertunjukkan di bantaran sungai Ciliwung.
Berbagai macam sampah bisa diolah menjadi Wayang Uwuh. Tak hanya plastik biasa tetapi juga logam hingga Tupperware bekas.
"Jadi kalau saya menemukan sampah itu nemu langsung ada ide. Yang dari Tupperware itu, disambung-sambung. Ini dari bekas bungkus roti. Ada yang kotak itu saya bikin wayang," katanya.
ADVERTISEMENT
Pameran di Bangkok
Tak hanya di Jakarta, Iskandar juga memamerkan Wayang Uwuh dan lukisan kaca di Bangkok, Thailand. Dia juga mengisi workshop pembuatan Wayang Uwuh dengan peserta dari Eropa, India, Sri Lanka, Jepang, Kanada, Amerika, Australia, dan lain sebagainya.
"Dari yang pameran di Bangkok alhamdulilah laku, wayang laku lukisan laku," katanya.
Melalui media sosial dan WA, karya-karya Iskandar ini juga dijual. Harganya mulai dari Rp 25 ribu hingga yang tak terhingga. "Ada juga yang ngasih sampai jutaan (rupiah) katanya menghargai karya," jelasnya.
Karya Iskandar ini juga dibagikan secara gratis ke sejumlah sekolah. Harapannya Wayang Uwuh bisa jadi media pembelajaran dan memberikan makna kepada siswa tentang melestarikan lingkungan.
Kembali ke Yogyakarta
Sepulang dari Jakarta pada 2021, Iskandar membuka Angkringan Wayang Uwuh di rumah. Tak hanya kuliner, tapi turut menjadi lokasi workshop Wayang Uwuh. Dia pun siap memberikan ilmunya kepada masyarakat yang mau. Terlebih saat ini Yogyakarta darurat sampah.
ADVERTISEMENT
Dia ingin, masyarakat bisa membuat wayang seperti dirinya dan harapannya bisa menjadi tambahan pendapatan buat mereka.
"Syukur-syukur pemerintah membantu marketing, maka masyarakat bisa punya tambahan penghasilan. Kadang saya di sini ngasih workshop ke anak-anak untuk mendidik anak-anak mencintai lingkungan," katanya.