WHO: Booster Vaksin COVID-19 Belum Diperlukan

19 Agustus 2021 2:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penyuntikan booster dosis ketiga degan vaksin Moderna bagi para tenaga kesehatan, Jumat (16/7). Foto: Kemkes RI
zoom-in-whitePerbesar
Penyuntikan booster dosis ketiga degan vaksin Moderna bagi para tenaga kesehatan, Jumat (16/7). Foto: Kemkes RI
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan data yang ada saat ini tidak menunjukkan bahwa suntikan ketiga (booster) vaksin COVID-19 diperlukan. Mereka mengimbau, orang-orang yang paling rentan di seluruh dunia harus divaksinasi penuh terlebih dulu sebelum negara-negara berpenghasilan tinggi melakukan ‘upgrade’ perlindungan.
ADVERTISEMENT
"Kami yakin dengan jelas bahwa data hari ini tidak menunjukkan bahwa booster diperlukan,” kata Kepala ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan, dalam konferensi pers Jenewa dikutip dari Reuters.
“Diperlukan penelitian lebih lanjut,” tambah dia.
Penasihat senior WHO Bruce Aylward menyayangkan stok vaksin yang ada di dunia tak tersalur merata. Ini dia sampaikan dalam rangka menanggapi negara-negara berpenghasilan tinggi yang akan membagikan booster kepada warganya.
Ilustrasi ibu hamil lakukan vaksinasi atau divaksin. Foto: Shutter Stock
"Ada cukup vaksin di seluruh dunia, tetapi vaksin itu tidak dikirim ke wilayah yang tepat dalam urutan yang benar,” kata dia.
Menurut dia, kelompok rentan di seluruh dunia seharusnya sudah mendapat vaksin dua dosis, sebelum booster diberikan kepada orang-orang.
"[Dan] kita masih sangat jauh dari [target] itu,” tandasnya.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, AS berencana akan memberikan booster vaksin kepada warganya mulai 20 September 2021 untuk mengantisipasi serangan varian Delta. Booster akan diprioritaskan kepada tenaga kesehatan dan lansia.
Adapun beberapa minggu terakhir, beberapa negara lain juga telah memutuskan menawarkan booster vaksin kepada orang dewasa, lansia, serta orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah. Seperti Israel, Prancis, dan Jerman,