Wiranto Minta Maaf ke Warga Ambon Soal Pengungsi Gempa Jadi Beban

4 Oktober 2019 15:59 WIB
comment
20
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam), Wiranto bersama beberapa masyarakat Maluku di Kantor Kemenkopolhukam, Jumat (4/10/2019). Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam), Wiranto bersama beberapa masyarakat Maluku di Kantor Kemenkopolhukam, Jumat (4/10/2019). Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
ADVERTISEMENT
Publik mengkritik pernyatan Menkopolhukam Wiranto yang menyatakan, warga Ambon, Maluku, yang mengungsi karena gempa 6,8 magnitudo, membebani pemerintah. Ia pun meminta warga untuk kembali ke rumah masing-masing.
ADVERTISEMENT
Atas pernyataan itu, Wiranto pun meminta maaf. Ia mengaku tak sengaja mengucapkan pernyataan yang dirasa telah melukai perasaan warga Ambon.
"Beberapa hari yang lalu saya telah menyampaikan konpers masalah pengungsi dan penjelasan saya masalah pengungsi yang sudah saya jelaskan panjang lebar dan mendapat tanggapan yang cukup ramai di media sosial," jelasnya di Kemenkopolhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (4/10).
"Maka dalam kesempatan ini saya sampaikan bahwa kalau ada ucapan dan kalimat yang saya sampaikan apabila dirasa mengganggu perasaan masyarakat Maluku dan menyakiti hati, dan sebagainya itu pasti bukan karena saya sengaja untuk menyakiti hati dan menyinggung perasaan masyarakat Maluku. Tapi apabila kalau ada yang tersinggung dan sakit hati secara tulus saya minta dimaafkan," imbuhnya.
Orang tua siswa menjemput anaknya usai gempa mengguncang Ambon, Kamis (26/9/2019). Foto: AFP/AISYAH PUTRI
Wiranto menegaskan pemerintah tengah fokus dalam membantu warga yang mengungsi. Menurutnya, masih banyak warga yang tinggal di hutan dan gunung untuk menghindari gempa susulan dan ancaman tsunami.
ADVERTISEMENT
"Sekarang yang terpenting kita fokus pada bagaimana kita berusaha untuk melakukan aksi untuk membantu saudara kita yang terdampak. Dari laporan yang saya terima masih ada saudara yang masih tinggal di hutan, gunung karena ada rasa takut terhadap adanya gempa susulan dan tsunami yang lebih dahsyat," ungkapnya.
Kepanikan warga akibat gempa di Ambon, Kamis (26/9/2019). Foto: AFP/AISYAH PUTRI
Menurut Wiranto, pihak berwenang seperti BMKG telah memastikan tak ada potensi adanya gempa susulan hingga tsunami. Mengingat kondisi ini, ia pun mengimbau warga kembali ke rumah masing-masing.
"Karena tempat pengungsian tempat yang jauh dari permukiman maka jaminan kesehatan, penyakit menular, sanitasi itu menjadi problem yang bisa menyebabkan satu hal yang lebih sulit bagi para pengungsi," pungkasnya.
Rumah rusak berat di Desa Toisapu Kecamatan Leitimur Selatan akibat gempa di Ambon. Foto: Twitter/@BNPB_Indonesia
Wiranto sempat mengimbau warga Ambon kembali ke rumah masing-masing usai gempa yang terjadi pada Kamis pagi (26/9). Sebab, situasi sudah aman dan pemerintah harus menanggung kehidupan mereka di pengungsian.
ADVERTISEMENT
Pernyataan ini disampaikan Wiranto saat konferensi pers di Kemenkopolhukam pada Senin (30/9).
"Diharapkan masyarakat bisa kembali ke tempat tinggal masing-masing untuk mengurangi besaran pengungsi, pengungsi terlalu besar ini sudah menjadi beban pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah," kata Wiranto.
Menko Polhukam Wiranto memberikan keterangan pers di Gedung Kemenko Polhukam RI, Jakarta, Selasa (24/9). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Wiranto juga mengatakan, banyaknya pengungsi karena beredarnya informasi hoaks soal potensi gempa susulan dan tsunami. Hal itu membuat warga memilih mengungsi.
"Dari laporan yang disampaikan (Kepala BNPB Letjen Doni Monardo) memang banyak jumlah pengungsi dan tidak sebanding dengan kerusakan di daerah. Karena pengungsi ditakuti oleh informasi tidak jelas akan ada gempa susulan yang lebih besar dan tsunami," kata Wiranto
Sayangnya, pernyataan itu disesalkan warga Ambon. Wali Kota Ambon, Richard Louhenapessy, kecewa atas pernyataan Wiranto atas bencana yang menewaskan 30 orang itu. Menurutnya, banyak warga yang berada di lokasi pengungsian akibat trauma dan ketakutan akan terjadi tsunami.
ADVERTISEMENT
"Selaku Walikota, saya merasa malu. Karena memang pemerintah pusat itu memberikan perhatian bahwa ternyata pungungsi yang banyak dan ada itu bukan karena dampak dari pada gempa secara langsung tapi ini karena ketakutan dan trauma," ungkap Richard kepada wartawan, seperti dikutip dari Ambonesia --media partner 1001 kumparan.