Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
WNI Pro ISIS Suriah Ingin Pulang karena Merasa Dibohongi
17 Juli 2017 18:52 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Ratusan WNI yang dahulu pergi ke Suriah karena dirayu ISIS kini ingin kembali ke Indonesia. Mereka pun menyampaikan keinginannya agar bisa kembali hidup di tanah air. Lagipula, pemerintah Turki mendeportasi mereka.
ADVERTISEMENT
"Mereka sih minta pulang karena sedikit banyak yang kita dapat kabar bahwa merasa dibohoing dengan iming-iming janji. Ini testimoninya kita butuhkan, ternyata juga banyak janji-janji yang tidak sesuai harapan, oleh sebab itu ini juga baik buat kita, tapi nanti kita lihat kedepannya," jelas Kepala BNPT Suhardi Aliyus di kantor presiden, Jakarta, Senin (17/7).
Menurut Suhardi, dengan kepulangan para eks pro ISIS itu memang menghadapi dilema. Suhardi beralasan mereka sudah terpapar radikalisme.
"Termasuk anaknya ya, itu jadi pekerjaan kita. Dan sekarang UU Terorirsme belum ada mengatur itu dan di luar negeri mungkin bisa langsung masuk, tapi kita kan belum bisa seperti itu," beber dia.
Program yang ada, apabila mereka datang dari Suriah akan dimasukkan ke penampungan di Bambu Apus.
ADVERTISEMENT
"Kita berikan program deradikalisasi, kita serahkan ulama psikolog anak dan lain-lain, untuk mengurangi radikalismenya. Setelah itu dikembalikan ke masing-masing daerahnya. Di situ kita minta Pemda untuk proaktif menjemput, supaya kita tahu persis orang-orang ini kembalinya kemana, bergaulnya sama siapa," urai dia.
BNPT juga tidak bisa menjami apabila mereka ke luar dari Bambu Apus bisa langsung bebas dari pengaruh radikalisme.
Sedang terkait gerakan ISIS di Marawi, Filipina Selatan, Suhardi menyampaikan pada akhir Juli mendatang akan digelar konferensi di Manado.
"Nanti tanggal 29-30 Juli, Menkopolhukam menggelar pertemuan di Manado dan beberapa waktu lalu, saya juga berada di Manila bersama dengan Menlu dan Panglima TNI untuk mendiskusikan masalah tersebut dan itu adalah inisiatif Indonesia. Kita berkepentingan karena itu berbatasan langsung dengan kita, Maluku Utara, Sulawesi Utara, dan Kaltara, dan kemungkinan ada semacam infiltrasi dan sebagainya." tutup dia.
ADVERTISEMENT