Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Worldcoin Pernah Eksperimen di Indonesia, Kumpulkan Warga di Sukabumi
5 Mei 2025 13:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Worldcoin, proyek kripto yang digagas oleh CEO OpenAI Sam Altman, gencar berekspansi ke negara-negara berkembang sejak resmi diluncurkan pada Juli 2023.
ADVERTISEMENT
Namun jauh sebelum peluncuran resminya, proyek ini sudah melakukan uji coba di berbagai negara berkembang, salah satunya Indonesia.
Investigasi yang dilakukan MIT Technology Review pada April 2022 mengungkap bagaimana Worldcoin memulai eksperimennya: menyisir desa-desa, halte, pasar, hingga kampus di negara-negara berpendapatan rendah untuk mengumpulkan data biometrik dari penduduk.
Salah satu lokasi yang disorot adalah Desa Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Di lapangan, perwakilan Worldcoin mendatangi warga dengan perangkat futuristik berbentuk bola logam—disebut Orb—yang digunakan untuk memindai iris mata.
Sebagai imbalan, warga dijanjikan uang tunai, token kripto, bahkan AirPods.
Para petugas juga mengumpulkan email dan nomor telepon peserta. Dalam beberapa kasus, mereka bahkan membayar pejabat desa agar proses berjalan lancar.
Worldcoin mengeklaim bahwa tujuannya mulia: menyediakan identitas digital global yang bisa diakses siapa saja, dan menjangkau populasi dunia yang belum tersentuh layanan keuangan formal.
ADVERTISEMENT
Tapi, laporan MIT itu mengungkap kesenjangan mencolok antara pesan publik perusahaan dan kenyataan di lapangan.
Pemasaran yang 'Menyesatkan'
Dari 450 ribu orang yang telah dipindai di 24 negara, 14 di antaranya adalah negara berkembang.
Para responden dari Indonesia, Kenya, Sudan, Ghana, Chili, dan Norwegia, mengaku tidak mendapatkan penjelasan yang cukup soal bagaimana data mereka akan digunakan.
Banyak dari mereka hanya tahu bahwa pemindaian mata akan memberi imbalan uang. Data Mei 2025, pemindaian per orang akan memperoleh USD 40 atau setara Rp 657 ribu.
Worldcoin juga diduga mengumpulkan lebih banyak data dari yang dijanjikan, termasuk gambar wajah dan tubuh.
Formulir persetujuan data mereka bahkan secara eksplisit menyatakan bahwa perusahaan “mungkin tidak sepenuhnya mematuhi GDPR”—regulasi ketat perlindungan data Uni Eropa—dan menyebut bahwa memperjuangkan hak privasi di pengadilan AS bisa jadi sulit.
ADVERTISEMENT
Mantan anggota Parlemen Eropa dan pakar kebijakan siber, Marietje Schaake, menilai dokumen persetujuan itu problematik.
Menurutnya, meskipun Worldcoin mengeklaim patuh GDPR, formulasi dalam dokumen mereka justru mengindikasikan sebaliknya.
Janji Global, Tapi Beban Lokal
Saat itu CEO Worldcoin Alex Blania mengakui proyeknya mengalami “gesekan” karena masih dalam tahap awal.
Namun menurut pengamat dari Universitas Northumbria, Pete Howson, pendekatan Worldcoin mencerminkan praktik “kripto-kolonialisme”: eksperimen digital yang dijalankan di masyarakat rentan, hanya karena mereka dianggap tidak punya pilihan untuk menolak.
Di tempat-tempat seperti Kenya, saat itu janji imbalan setara USD 0,5 sudah cukup untuk menarik minat masyarakat menyerahkan data biometrik.
Menurut penelitian 2023 berjudul “Worldcoin: A Decentralized Currency for a Unified Global Economy”, fokus Worldcoin pada inklusivitas dan aksesibilitas berpotensi menghadirkan layanan keuangan bagi populasi yang tidak memiliki rekening bank dan kurang memiliki rekening bank, terutama di negara-negara berkembang.
ADVERTISEMENT
“Dengan menyediakan akses ke alat dan sumber daya keuangan, Worldcoin dapat memberdayakan individu dan komunitas,” tulis penelitian tersebut.
Data perusahaan World menyebutkan, saat ini lebih dari 12 juta orang di dunia telah menerima pemindaian Orb. Total pengguna aplikasi World telah mencapai 26 juta, tersebar di lebih dari 160 negara.
Pada Minggu (4/5), Kementerian Komunikasi dan Digital Indonesia memutuskan membekukan sementara Tanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik (TDPSE) Worldcoin dan WorldID menyusul pengakuan seorang warga Bekasi yang mengaku menerima bayaran Rp800 ribu setelah iris matanya dipindai oleh Orb.