Xi Jinping Khawatir Gelombang Infeksi COVID-19 Menyebar ke Daerah Pedesaan China

19 Januari 2023 5:27 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden China, Xi jinping. Foto: Naohiko Hatta/Pool via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Presiden China, Xi jinping. Foto: Naohiko Hatta/Pool via REUTERS
ADVERTISEMENT
Presiden China, Xi Jinping, khawatir dengan gelombang COVID-19 yang menyebar ke daerah pedesaan dengan fasilitas medis yang kurang memadai di China, Rabu (18/1). Komentar ini muncul ketika jutaan pekerja perkotaan melakukan perjalanan pulang kampung untuk liburan Tahun Baru Imlek.
ADVERTISEMENT
Sebelum kedatangan pandemi COVID-19, Tahun Baru Imlek dikenal sebagai migrasi tahunan terbesar di China.
Kerumunan perantau berangkat dari kota-kota besar seperti Shanghai—yang menurut pejabat setempat sudah mencapai puncak infeksi corona—dan datang membanjiri daerah-daerah pedesaan yang penduduk lanjut usianya belum mendapatkan vaksin maupun terpapar COVID-19.
"Pencegahan dan pengendalian COVID China masih dalam masa stres, tetapi cahaya ada di depan, kegigihan adalah kemenangan," ungkap Xi dalam pesan sambutan Tahun Baru Imlek, dikutip dari Reuters, Kamis (19/1).
"Saya paling khawatir tentang daerah pedesaan dan petani. Fasilitas medis relatif lemah di daerah pedesaan, sehingga pencegahannya sulit dan tugasnya berat," sambung dia.
Pasien berbaring di tempat tidur dan tandu di lorong di unit gawat darurat rumah sakit, di tengah wabah COVID-19 di Shanghai, China, Rabu (4/1/2022). Foto: Staff/REUTERS
Sebagai langkah terakhir, para tenaga medis menggelar vaksinasi dari pintu ke pintu di sejumlah desa terpencil. Pemerintah juga ikut melengkapi klinik-klinik dengan oxygenator, serta mengarahkan kendaraan medis ke tempat-tempat berisiko.
ADVERTISEMENT
Selama tiga tahun terakhir, Xi telah memperjuangkan strategi ketat nol COVID-19 yang berimbas pada kondisi ekonomi dan psikologis di China. Setelah menghadapi protes nasional, dia kemudian membuang kebijakan itu di awal Desember 2022.
Sejak saat itu, virus corona kembali mengganggu aktivitas penduduk dan produksi pabrik dalam dua bulan terakhir di China. Namun, beberapa pengamat memperkirakan guncangan ini akan berakhir dengan pemulihan yang lebih cepat dari perkiraan.
Penumpang dari Xiamen China tiba di bandara Suvarnabhumi, Bangkok, Thailand, Senin (9/1/2023). Foto: Athit Perawongmetha/REUTERS
Pejabat Administrasi Imigrasi Nasional melaporkan, rata-rata setengah juta orang telah masuk atau keluar dari China setiap hari sejak perbatasannya dibuka kembali pada 8 Januari. Angka ini diperkirakan akan melambung menjadi 600.000 sehari setelah musim liburan dimulai pada Sabtu (21/1).
Beberapa orang sudah melupakan eksistensi virus corona saat mereka menuju gerbang keberangkatan. Para pelancong berkerumun melewati stasiun kereta api dan kereta bawah tanah di Beijing dan Shanghai, sambil mengangkut koper dan kotak berisi makanan dan buah tangan.
ADVERTISEMENT
"Dulu saya sedikit khawatir (tentang COVID-19). Sekarang tidak masalah lagi. Sekarang tidak apa-apa bila Anda terinfeksi. Anda hanya akan sakit selama dua hari saja," ujar seorang pekerja migran berusia 30 tahun, Jiang Zhiguang, yang menunggu di antara kerumunan orang di Stasiun Kereta Api Hongqiao di Shanghai.