Xi Jinping Temui Putin di Moskow, Bahas Proposal Damai Konflik di Ukraina

21 Maret 2023 11:34 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Rusia Vladimir Putin berjabat tangan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping selama pertemuan di Kremlin di Moskow, Rusia, 20 Maret 2023. Foto: Sputnik/Sergei Karpukhin/Pool
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Rusia Vladimir Putin berjabat tangan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping selama pertemuan di Kremlin di Moskow, Rusia, 20 Maret 2023. Foto: Sputnik/Sergei Karpukhin/Pool
ADVERTISEMENT
Presiden Rusia Vladimir Putin menyambut kedatangan Presiden China Xi Jinping di Moskow, pada Senin (20/3).
ADVERTISEMENT
Kepada mitra strategisnya itu, Putin mengatakan dia akan mendiskusikan proposal perdamaian yang diajukan oleh Beijing pada bulan lalu atas konflik berkepanjangan di Ukraina.
Dikutip dari BBC, dalam memulai kunjungannya selama dua hari ini Xi disambut secara hangat oleh band militer. Bersama Putin, dia kemudian dijamu oleh hidangan khas Rusia yang terdiri dari tujuh menu pada malam harinya.
Pada pertemuan itu, Putin memuji China yang dinilai telah mematuhi prinsip-prinsip keadilan sekaligus mendorong keamanan yang tak terbagi untuk setiap negara.
Sebagai balasannya, Xi pun turut melemparkan sanjungan kepada ‘teman baiknya’ itu.
“Di bawah kepemimpinan Anda yang kuat, Rusia telah membuat langkah besar dalam pembangunan yang makmur. Saya yakin bahwa rakyat Rusia akan terus memberikan dukungan penuh kepada Anda,” ungkap Xi.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, kedua pemimpin negara adidaya itu membahas soal proposal perdamaian berisi 12 poin yang diajukan oleh China pada Februari lalu. Proposal itu mencakup upaya melanjutkan perundingan damai dan menghentikan permusuhan.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Tiongkok Xi Jinping menghadiri pertemuan di Kremlin di Moskow, Rusia, 20 Maret 2023. Foto: Sputnik/Sergei Karpukhin/Pool
Proposal China tidak secara spesifik menyatakan bahwa Rusia harus menarik pasukannya dari Ukraina — yang mana menurut pemerintah Kiev, kondisi ini harus dipenuhi agar pembicaraan damai bisa terwujud.
Sebaliknya, proposal tersebut lebih menekankan pada imbauan untuk menghormati kedaulatan setiap negara, menyerukan agar semua pihak dapat bertindak rasional dan menahan diri, hingga secara bertahap dapat meredakan situasi.
Selain itu, proposal China juga mengecam penggunaan sanksi-sanksi sepihak yang selama ini dilakukan oleh Barat terhadap Rusia. Sebab sejauh ini, sudah ada 10 paket sanksi dalam berbagai sektor yang diberikan dengan harapan dapat menekan dana perang Rusia di Ukraina.
ADVERTISEMENT
Menanggapi proposal perdamaian China, Putin mengindikasikan bahwa dirinya dapat menerima inisiatif itu dengan baik. “Kami selalu terbuka untuk proses negosiasi,” ujarnya.
Namun, respons positif serupa tidak dimiliki oleh pihak Barat. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, justru memandang proposal perdamaian China perlu dicermati lebih dalam.
“Dunia tidak boleh tertipu oleh langkah taktis apa pun dari Rusia, yang didukung oleh China atau negara lain, untuk membekukan perang dengan caranya sendiri,” ungkap diplomat itu.
Presiden Tiongkok Xi Jinping menghadiri pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Kremlin di Moskow, Rusia, 20 Maret 2023. Foto: Sputnik/Sergei Karpukhin/Pool
Ukraina dan sekutu Baratnya khawatir bahwa dukungan China untuk Rusia yang selama ini didasarkan pada teknologi dan perdagangan, dapat berubah haluan menjadi bantuan militer guna membantu perang di Ukraina.
“Menyerukan gencatan senjata yang tidak mencakup pemindahan pasukan Rusia dari wilayah Ukraina secara efektif akan mendukung ratifikasi penaklukan Rusia,” sambung Blinken.
ADVERTISEMENT
Pertemuan kenegaraan antara Xi dan Putin berlangsung hanya beberapa hari sejak Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC) mengeluarkan surat perintah untuk menangkap Putin.
Perintah penangkapan itu terjadi menyusul tuduhan atas kejahatan perang dan deportasi paksa anak-anak Ukraina yang dilakukan oleh otoritas Rusia selama operasi militer khusus berlangsung.
Dengan kata lain, apabila Putin melakukan kunjungan ke 123 negara anggota ICC — maka dia kemungkinan dapat ditangkap dan dibawa ke Den Haag, Belanda, di mana yurisdiksi ICC berada.
Namun, belum jelas bagaimana prosedur penangkapan Putin akan terjadi lantaran badan peradilan internasional itu tidak memiliki kepolisiannya sendiri untuk menegakkan perintah tersebut dan baik Rusia, China, Amerika Serikat, maupun Ukraina bukan anggota ICC.