Yahudi di AS Hanya 2 Persen, Tapi Mengapa Sangat Kuat?

25 Januari 2017 19:50 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Yahudi (Foto: Reuters/Baz Ratner)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Yahudi (Foto: Reuters/Baz Ratner)
Kekuatan pelobi Yahudi pro-Israel di Amerika Serikat luar biasa kuat. Pengaruh mereka bisa membuat AS menggelontorkan dana miliaran dolar untuk menjaga keamanan Israel.
ADVERTISEMENT
Tahun lalu AS menyepakati bantuan dana hingga 38 miliar dolar untuk Israel dalam 10 tahun ke depan, jumlah terbesar dalam sejarah hubungan kedua negara. Pemerintah AS juga hati-hati betul dalam membuat kebijakan jika menyangkut kepentingan Israel.
Penentangan sedikit saja terhadap Israel atau Yahudi bisa dicap anti-Semit. Warga negara AS seakan takut mengkritik Israel dan Zionisme. Salah satu tokoh dunia yang menyinggung hal ini adalah Desmon Tutu dari Afrika Selatan pada sebuah ceraman di Boston tahun 2002.
"Pemerintah Israel ditempatkan di atas tumpuan [di AS], dan mengkritiknya langsung disebut anti-Semit. Orang-orang di negara ini takut, untuk mengatakan yang salah itu salah karena pelobi Yahudi kuat--sangat kuat," ujar peraih Nobel Perdamaian tahun 1984 itu.
ADVERTISEMENT
Warga Yahudi di New York (Foto: Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Warga Yahudi di New York (Foto: Reuters)
Yahudi di AS hanya sekitar 6 juta orang, sekitar 2 persen dari total 318,9 juta populasi AS. Lantas mereka bisa sangat kuat?
Sejarawan dari University of Illinois, Mark Weber, dalam tulisannya di situs Institute for Historical Review (IHR), menjawab pertanyaan ini dengan mengutip beberapa ahli, salah satunya adalah profesor dari University of Chicago, Benjamin Ginsberg.
Dalam tulisannya berjudul "The Fatal Embrace: Jews and the State" pada tahun 1993, Ginsberg menuliskan bahwa Yahudi memang jumlahnya sedikit di Amerika, tapi peran mereka signifikan. Sejak tahun 1960-an, Yahudi mulai berperan di sektor ekonomi, budaya, pendidikan dan politik Amerika.
"Hari ini, hampir setengah dari miliarder adalah Yahudi. Direktur eksekutif dari tiga jaringan televisi dan empat studio film besar adalah Yahudi, dan pemilik jaringan koran terbesar negara ini adalah Yahudi," tulis Ginsberg.
ADVERTISEMENT
"Yahudi mencakup 25 persen dari jurnalis dan penerbit elite, lebih dari 17 persen dari pemimpin organisasi publik penting, dan lebih dari 15 persen pejabat tinggi negara," lanjut Ginsberg lagi.
Hillary Clinton di masa awal kampanye tahun 2015. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Hillary Clinton di masa awal kampanye tahun 2015. (Foto: Wikimedia Commons)
Dalam literatur lain berjudul "Jews and the New American Scene" terbitan Harvard University tahun 1995, Yahudi disebut mencakup 50 persen dari 200 intelektual terkemuka Amerika, 20 persen profesor di universitas paling ternama dan 40 persen pengacara di firma hukum New York dan Washington.
Orang-orang kaya Yahudi di AS juga tidak segan menggelontorkan dana untuk calon pemimpin AS, agar bisa mendahulukan kepentingan Israel. Salah satu donatur paling terkenal adalah Sheldon Adelson, miliarder Yahudi taipan hotel dan kasino.
Pemilik hotel Marina Bay Sands di Singapura ini mendonasikan uang 100 juta dolar AS atau lebih dari Rp 1,3 triliun untuk membiayai kampanye Trump. Adelson adalah orang terkaya nomor 8 dunia versi Forbes dengan kekayaan hingga 26 miliar dolar AS.
ADVERTISEMENT
Lalu ada yang namanya AIPAC - The American Israel Public Affairs Committee, lembaga pelobi Yahudi pro-Israel. Didirikan tahun 1963, AIPAC kini beranggotakan 100 ribu orang dan memiliki 17 kantor cabang di seluruh Amerika.
Tugas AIPAC adalah melancarkan lobi yang canggih terhadap anggota dewan di Capitol, Washington DC. Mereka tahu caranya menggiring keputusan anggota dewan sehingga menguntungkan Israel.
Donald Trump di AIPAC (Foto: Donald Trump di AIPAC)
zoom-in-whitePerbesar
Donald Trump di AIPAC (Foto: Donald Trump di AIPAC)
Dana mereka juga luar biasa besar, dari sumbangan para donatur Yahudi kaya. Tahun 2015 contohnya, mereka sudah merogoh kocek lebih dari 4,1 juta dolar AS untuk keperluan lobi.
Saking pentingnya AIPAC, setiap calon presiden yang akan maju dalam pemilu harus menyampaikan visi dan misi mereka kepada organisasi lobi ini. Hal ini dilakukan Donald Trump dan Hillary Clinton tahun lalu. Hanya Bernie Sanders, satu-satunya capres Yahudi, yang tidak datang dalam konferensi AIPAC Maret lalu.
ADVERTISEMENT
Ada memang lembaga pelobi Yahudi lainnya, seperti J Street dan Jewish Voice for Peace --keduanya mendukung perdamaian Israel-Palestina-- tapi tidak sebanding dengan AIPAC.
Secara politis bagi anggota dewan AS, menyerah pada lobi AIPAC sangat menguntungkan karena pendukung mereka banyak sekali. Menentang AIPAC berarti juga berhadapan dengan musuh raksasa yang sulit dikalahkan.