Yahya Sinwar, Pemimpin Anyar Hamas yang Dicap 'Dead Man Walking' oleh Israel

7 Agustus 2024 10:52 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemimpin baru Hamas Yahya Sinwar. Foto: MOHAMMED ABED / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pemimpin baru Hamas Yahya Sinwar. Foto: MOHAMMED ABED / AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Misteri siapa pemimpin Hamas terbaru pengganti Ismail Haniyeh akhirnya terungkap. Orang itu adalah sosok senior yang disebut-sebut sebagai otak serangan besar ke Israel, Yahya Sinwar.
ADVERTISEMENT
Sinwar kini sudah menjadi pucuk tertinggi di Biro Politik Hamas. Sebelum terbunuh di Iran Haniyeh memegang posisi yang dipandang sebagai wajah Hamas di dunia internasional selama kurang lebih tujuh tahun.
Seorang pejabat senior Hamas kepada kantor berita AFP memastikan, penunjukan Sinwar sebagai sinyal kuat kepada Israel bahwa mereka akan melanjutkan jalur perlawanan.
Pemimpin baru Hamas Yahya Sinwar. Foto: MOHAMMED ABED / AFP
Bukan tanpa alasan, Israel menyebut Sinwar harus bertanggung jawab terhadap serangan Hamas ke negaranya pada 7 Oktober 2023 lalu. Aksi Hamas ketika itu menewaskan 1000 lebih warga Israel dan menyandera 251 lainnya.
Tindakan itu dijadikan alasan bagi Israel untuk menyerbu Gaza tanpa pandang bulu. Nyaris 40 ribu orang tewas di sana, mayoritas korban jiwa adalah warga sipil termasuk ibu, anak dan lansia.
ADVERTISEMENT
Kemarahan Israel atas Sinwar sampai-sampai mereka mencap pria itu sebagai 'dead man walking'. Idiom bahasa Inggris itu berarti individu yang tinggal menunggu eksekusi mati.

Misterius

Pemimpin baru Hamas Yahya Sinwar. Foto: Mohammed Salem / REUTERS
Tak seperti Haniyeh, yang diketahui tinggal di Qatar, di mana Sinwar berada sulit terendus. Sinwar langka menampakkan diri ke publik, khususnya usai perang 7 Oktober 2023 pecah.
Menurut riset dari peneliti Pusat Riset dan Studi Politik Arab (CAREP), Leila Seurat, tidak cuma keberadaan, setiap strategi perang disusun Sinwar dengan rahasia.
"Serangan 7 Oktober kemungkinan disusun satu atau dua tahun sebelum mengejutkan semua orang dan mengubah keseimbangan di lapangan," kata Seurat seperti dikutip dari AFP.
Kesaksian hampir serupa diungkap seorang pejabat Hamas yang pernah dipenjara berbulan-bulan dengan Sinwar di Israel, Abu Abdullah.
ADVERTISEMENT
"Sebagian besar saat dia membuat keputusan dia tenang, tapi ketika itu terkait mempertahankan kepentingan Hamas dia keras kepala," kata Abdullah.