Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Yang Perlu Diketahui Terkait Permintaan Maaf Sukatani atas Lirik 'Bayar Polisi'
22 Februari 2025 5:55 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Grup musik asal Purbalingga, Sukatani , ramai diperbincangkan di jagat maya usai mereka membuat video permintaan maaf atas lagu mereka yang berjudul Bayar Bayar Bayar. Lirik lagu itu berbunyi sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Mau bikin SIM bayar polisi
Ketilang di jalan bayar polisi
Touring motor gede bayar polisi
Angkot mau ngetem, bayar polisi
Lalu, permintaan maaf Sukatani diunggah di akun instagram pribadi mereka. Isinya, mereka minta maaf kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit dan Institusi Polri, karena menyinggung 'bayar polisi'.
Publik menduga, mereka dapat tekanan dan intervensi dari polisi, sehingga membuat video itu. Bantahan pun keluar dari Polri, katanya, mereka hanya minta klarifikasi soal lagu tersebut.
Seperti apa duduk perkaranya? Berikut kumparan rangkum.
Polda Jateng Akui Temui Sukatani, Bantah Intervensi
Polisi akhirnya buka suara soal viral permintaan maaf band Sukatani. Mereka mengakui, menemui band tersebut untuk meminta klarifikasi.
"Iya kemarin (Kamis, 20 Februari), kami melakukan klarifikasi pada band Sukatani karena lagunya viral. Kami mendatangkan mereka hanya untuk mengetahui tujuan dari pembuatan lagu tersebut," ujar Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Artanto, Jumat (21/2).
ADVERTISEMENT
Tapi mereka membantah meminta band yang diawaki oleh Muhammad Syif Al-Lutfi dan Novi Citra Indriyanti untuk minta maaf.
"Oh tidak ada, nihil, jadi klarifikasi itu hanya sekadar ingin mengetahui tentang maksud dan tujuan terkait pembuatan lagu tersebut. Enggak ada (intervensi)," tegas dia.
Menurutnya, video klarifikasi yang terdapat permintaan maaf merupakan inisiatif mereka untuk memberikan informasi lanjutan kepada masyarakat.
"Itu mereka merasa memberikan informasi lanjutan ya kepada pihak, kepada masyarakat, tidak ada intervensi sama sekali," jelas Artanto.
Lagu Bayar Bayar Bayar boleh Beredar Lagi
Selain pengakuan dan bantahan, Polda Jateng juga mempersilakan jika band Sukatani hendak mengedarkan lagunya lagi.
"Ya monggo saja silakan (diedarkan lagi)," ujar Kabid humas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto, Jumat (21/2).
ADVERTISEMENT
Polisi juga tak melarang bila lagu itu kembali dinyanyikan oleh band beraliran punk new wave asal Kabupaten Purbalingga itu.
"Ya monggo-monggo saja (manggung pakai lagu Bayar Bayar Bayar)," jelas dia.
Sekaligus, mereka juga mengklarifikasi bahwa mereka tak minta lagu itu untuk ditarik.
"Bukan, enggak ada permintaan (menarik lagu dari polisi)," ujar Artanto.
Propam Periksa Anggota Siber Terkait Permintaan Maaf Band Sukatani
Divisi Propam Polri memeriksa anggota Ditressiber Polda Jateng terkait ramai Sukatani Band yang mengunggah video permintaan maaf atas lagu ciptaannya yang berjudul 'Bayar Bayar Bayar'. Lagu tersebut berisi kritikan ke polisi.
"Untuk memastikan profesionalisme dalam penanganan kasus ini, Biropaminal Divpropam telah melakukan pemeriksaan terhadap anggota Ditressiber Polda Jateng guna mengklarifikasi permasalahan tersebut," demikian dikutip dari akun X resmi Divisi Propam Polri, Jumat (21/2).
ADVERTISEMENT
Namun, tak dijelaskan ada berapa anggota Ditressiber Polda Jateng yang diperiksa.
Kata Divisi Propam Polri, pemeriksaan ini dilakukan untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas dalam tubuh Polri.
"Kami berkomitmen untuk terus mendengarkan masukan dari masyarakat dan memperbaiki diri demi pelayanan yang lebih baik. Terima kasih atas perhatian dan dukungannya," ujarnya.
Kapolri soal Band Sukatani: Kami Tidak Antikritik
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo juga berkomentar soal lagu itu. Katanya, ada hal yang perlu diluruskan.
"Tidak ada masalah. Mungkin ada miss namun sudah diluruskan. Polri tidak antikritik sebagai masukan untuk evaluasi," ujar Sigit dalam keterangan tertulis yang diterima kumparan, Jumat (21/2).
Ia juga mengakui, bahwa lagu itu bermuatan kritik untuk institusi yang ia pimpin. Bagi Sigit, daripada memonitor lagu punk lebih baik melakukan perbaikan.
ADVERTISEMENT
"Yang penting ada perbaikan, dan kalau mungkin ada yang tidak sesuai dengan hal yang bisa disampaikan, bisa diberikan penjelasan," kata Sigit.
Pembatasan dan Pembredalan adalah Ciri Khas Orde Baru
Dugaan intervensi Polri yang menyebabkan band Sukatani minta maaf disoroti oleh Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia (PBHI). Mereka menyebut, jika betul terjadi intervensi yang melarang lagu itu diedarkan, ini adalah bentuk pembredelan.
"PBHI menilai intimidasi terhadap karya seni band Sukatani tersebut adalah pelanggaran HAM yang sistematis dan terstruktur," ujar Julius dalam keterangan rilisnya kepada wartawan, Jumat (21/2).
PBHI, kata Julius, mengingatkan pembatasan dan pembredelan terhadap kebebasan berekspresi dalam bentuk karya seni adalah ciri khas dari rezim otoriter Orde Baru.
"Karenanya seniman dan karya seni yang mengkritik pemerintah pasti dibredel dan dikriminalisasi, penerbitan dan publikasinya dilarang hingga dimusnahkan. Sebut saja nama Iwan Fals. Represi terhadap Band Sukatani adalah repetisi rezim otoriter Orde Baru, pendekatan berbasis intelijen yang senyap tersembunyi adalah kekhasan Pangkopkamtib Orde Baru," kata dia.
ADVERTISEMENT
PBHI mendesak kepada lembaga-lembaga negara, khususnya Kementerian Kebudayaan bersikap dan bertindak tegas untuk menjamin hak kebebasan berekspresi serta karya seni dari band Sukatani.
Juga meminta kepada Komisi Nasional HAM (Komnas HAM) untuk bersikap aktif baik memantau dan menyelidiki terhadap adanya dugaan pelanggaran HAM yang sistemik dan terstruktur, dan bekerja sama dengan Kompolnas atas pelanggaran etik dan profesionalitas hingga adanya tindak pidana dalam pengekakangan kemerdekaan band Sukatani di perjalanan pulang.