Yang Perlu Kamu Tahu soal Heat Wave, Indonesia Kena?

8 Mei 2024 8:20 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan pantauan suhu udara di Kantor BMKG, Jakarta, Senin (6/5/2024). Foto: Aprilio Akbar/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan pantauan suhu udara di Kantor BMKG, Jakarta, Senin (6/5/2024). Foto: Aprilio Akbar/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Cuaca ekstrem mengancam negara-negara di Asia Tenggara. Pemerintah Filipina bahkan telah mengambil tindakan darurat dalam menghadapi gelombang panas yang diduga mematikan.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, Filipina telah meliburkan sekolah. Sikap itu imbas laporan tentang tekanan darah tinggi, pusing, dan pingsan yang dialami siswa hingga guru akibat suhu yang mencapai 37 derajat Celsius.
Gelombang panas di Filipina juga membuat pemerintah daerah Kota Valenzuela meluncurkan dua mobil shower keliling yang bisa digunakan warga secara gratis. Mobil shower itu ditujukan untuk membantu penduduk yang tinggal di daerah yang berjuang melawan panas ekstrem dan menghadapi kekurangan listrik serta air.
Anak-anak menggunakan mobile shower yang disediakan pemerintah setempat, di tengah panas ekstrem di Valenzuela, Metro Manila, Filipina. Foto: Eloisa Lopez/REUTERS
Badan cuaca Filipina memperkirakan, indeks panas (cerminan suhu sebenarnya yang dirasakan oleh tubuh) dapat mencapai rekor 45 derajat Celsius. Angka itu dianggap berbahaya, terutama bagi kesehatan.
Di sejumlah negara lain di Asia Tenggara, situasi panas yang ekstrem juga menjadi perhatian serius. Di Thailand, suhu beberapa wilayah diperkirakan melampaui 40 derajat. Peringatan cuaca panas juga dikeluarkan di Malaysia, dengan 16 wilayah mencatat suhu antara 35 dan 40 derajat Celsius selama tiga hari berturut-turut.
ADVERTISEMENT
Sementara di Vietnam, suhu maksimum mencapai 44 derajat Celsius hingga masyarakat mencari perlindungan di pusat perbelanjaan ber-AC. Gelombang panas juga membuat ikan-ikan di waduk provinsi Dong Nai, Vietnam selatan, mati. Debit air di waduk itu juga menyusut.
Lantas Bagaimana dengan Indonesia?
Ilustrasi sakit saat cuaca ekstrem Foto: Shutterstock
Indonesia beberapa waktu belakangan dilanda fenomena udara panas. Namun menurut BMKG itu tidak bisa dikategorikan sebagai gelombang panas atau heatwave. Sebab rata-rata kenaikan suhunya belum bisa memenuhi syarat heatwave.
"Karena kondisi panas di Indonesia saat ini tidak memenuhi syarat heatwave," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, saat dikonfirmasi, Selasa (7/4).
Guswanto menjelaskan, heatwave mesti ditandai dengan adanya kenaikan rata-rata suhu maksimum hingga 5 derajat celsius selama 5 hari berturut-turut. Hal ini, menurutnya, belum terjadi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"(Heat wave) suhunya harus 5 derajat celsius di atas suhu rata-rata maksimum harian dan 5 hari berturut-turut terjadi," jelasnya.
Petugas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berada di dekat layar yang menunjukkan pantauan suhu udara di Kantor BMKG, Jakarta, Senin (6/5/2024). Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTO
Ia mengungkapkan, udara panas yang terjadi di Indonesia diakibatkan adanya gerak semu matahari. Fenomena ini juga normal terjadi setiap tahunnya.
"Secara karakteristik fenomena, suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya," ungkap Guswanto.
Guswanto mengatakan udara panas akan dirasakan masyarakat hingga September 2024.
Dia menjelaskan, sejak 21 Maret hingga 21 Juni mendatang, matahari bergerak dari garis ekuator menuju belahan bumi bagian utara, tepatnya di 23,5 derajat lintang utara.
ADVERTISEMENT
"Terus nanti dia (matahari) kembali lagi ke selatan, sampai ekuator itu 23 September sampai Indonesia kembali," terangnya.
Gerak semu matahari ini, menurut Guswanto, juga seiring dengan puncak musim kemarau yang akan terjadi di Indonesia.
"Sehingga, ini seiring dengan puncak musim kemarau di Indonesia itu diprakiraan BMKG Juli/Agustus. Kalau toh molor ya September lah," ungkap Guswanto.