Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2

ADVERTISEMENT
Sehari lagi pendaftaran Pilkada 2024 resmi ditutup. Namun ada yang sudah dipastikan tak berlayar di Pilkada teranyar.
ADVERTISEMENT
Tak berlayar artinya, mereka yang tadinya digadang maju tapi akhirnya tak dapat tiket melalui parpol.
Ada yang sudah dapat tiket, tapi kemudian dukungan dialihkan. Kata para politikus, politik itu dinamis.
Lantas, siapa saja yang gagal berlayar itu? Berikut kumparan rangkum, Kamis (29/8):
1. Anies Baswedan
Anies merupakan petahana dengan elektabilitas tertinggi di survei. Awalnya Anies masih bisa melenggang dengan PKS dan NasDem.
Duet Anies-Sohibul Iman pun mencuat. Namun PKS bermanuver dan bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju mendorong Ridwan Kamil dan kader mereka Suswono.
Drama tak sampai di situ. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 70 soal ambang batas kursi dihapus sempat membuka asa Anies. PDIP yang tadinya tak bisa mengusung calon karena hanya punya 15 kursi, jadi punya peluang.
Sempat ada angin segar. Anies pun sempat digadang akan dipinang PDIP. Ia pun sempat mengunjungi DPD PDIP Jakarta.
ADVERTISEMENT
Namun sehari sebelum pendaftaran situasi berubah cepat. PDIP mengumumkan duet Pramono Anung dan Rano Karno.
Peluang Anies pun pupus karena saat pendaftaran RK dan Suswono, seluruh parpol hadir. Artinya Anies tak punya kesempatan lagi didukung di Pilkada 2024.
2. Riza Patria-Marshel Widianto
Duet Riza Patria dan komika Marshel Widianto sejatinya sudah mendapat dukungan banyak parpol sejak Juni 2024 untuk maju Pilwakot Tangerang Selatan. Gerindra, Demokrat, PSI, PAN, hingga PKS, parpol di belakang keduanya.
Namun di batas awal pendaftaran situasi berubah begitu cepat. Parpol-parpol menarik dukungannya ke duet ini.
Berawal dari PKS yang memutuskan menarik dukungan dan mendorong Rumahaben dan Shinta. Berlanjut ke Demokrat dan Gerindra.
Kedua parpol disebut terakhir mengalihkan dukungannya ke Benyamin Davnie dan Pilar Saga. Bahkan Marshel sendiri yang menyerahkan dukungan ke Bang Ben pada Rabu (28/8) di DPC Gerindra Tangsel
ADVERTISEMENT
3. Kaesang Pangarep
Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep sempat bergerilya ke berbagai parpol jelang Pilkada 2024. Dari PKB, PKS, NasDem, hingga Golkar didatangi.
Namanya pun sempat melambung di survei Pilgub Jawa Tengah. Bersaing dengan bacalon yang sudah mendaftar Ahmad Luthfi dan Taj Yasin Maimoen.
Namun Putusan Mahkamah Konsitusi nomor 70 soal batas usia diketok. Kaesang yang baru berusia 30 tahun pada 25 Desember tidak bisa mendaftar Pilgub. Sebab, putusan mengatur, bacagub harus berusia 30 tahun saat penetapan, itu berarti 22 September.
Asa Kaesang pun pupus.
Meski di sisi lain, Sekjen PSI Raja Juli Antoni menyebut Kaesang tak pernah berniat maju di Pilkada. Katanya, hanya mau fokus keluarga dan bisnis.
4. Dico Ganinduto
Bupati Kendal sekaligus Politisi Golkar Dico Ganinduto mundur dari Pemilihan Wali Kota (Pilwakot) Semarang 2024. Dico disebut akan mendapat tugas lain di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Mundurnya Dico bukan tanpa alasan. Salah satunya adalah keputusan Koalisi Indonesia Maju (KIM) untuk mendukung calon yang lain. Partai-partai di KIM pun sepakat untuk meninggalkan Dico.
Mereka mendorong A.S Sukawijaya atau Yoyok Sukawi dan Joko Santoso dalam Pilwakot Semarang 2024.
Delapan partai pengusung pasangan Yok-Joss yaitu Gerindra, Demokrat, PKS, PKB, PSI, PAN, PPP, dan NasDem.
Padahal sebelumnya, PSI dan NasDem mendeklarasikan diri mendukung Dico Ganinduto bersama Partai Golkar.
5. Gusti Bhre
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara X atau Gusti Bhre mundur dari pencalonan Pilwalkot Solo menjelang hari pendaftaran ke KPU.
Keputusan ini membuat partai pengusungnya, yakni Gerindra, PKS, PSI, PKB, dan PAN kecewa. Namun mereka menghormati keputusan bangsawan Solo tersebut.
Ketua DPC Partai Gerindra Solo, Ardianto, mengatakan keputusan yang mendadak ini mengecewakan banyak pihak, terutama parpol yang sudah telanjur mengeluarkan rekomendasi.
ADVERTISEMENT
“Pasti ada (kecewa), tidak puas dengan keputusan Gusti Bhre," kata Ardianto kepada wartawan, Rabu (28/8/).
Kata Ardianto, parpol pendukung langsung melakukan konsolidasi untuk mencari pengganti Gusti Bhre. Akhirnya diputuskan untuk mengusung Ketua Hipmi Solo, Respati Ardi, dan Rektor Universitas Surakarta (Unsa) Astrid Widayani untuk Pilkada Surakarta (Solo).
"Kemudian muncul tiba-tiba Respati-Astrid. Ada yang kurang sependapat, itu hal wajar," kata Ardianto.
Terpilihnya Respati-Astrid di detik-detik terakhir itu, diakui Ardianto merupakan cawe-cawe dari Wakil Presiden Terpilih Gibran Rakabuming Raka yang juga mantan Wali Kota Solo.