Yenny Wahid Ingatkan Polisi: Jangan Terjangkit Trigger Happy, Mudah Tarik Pistol

21 Desember 2024 22:38 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Puteri kedua Gus Dur, Yenny Wahid, menyampaikan sambutan dalam Haul ke-15 Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu (21/12/2024). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Puteri kedua Gus Dur, Yenny Wahid, menyampaikan sambutan dalam Haul ke-15 Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu (21/12/2024). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Yenny Wahid, saat menyampaikan sambutan di Haul ke-15 Gus Dur, menyinggung kasus polisi menembak warga di Semarang dan di Palangka Raya.
ADVERTISEMENT
Yenny mengatakan, polisi harusnya menjadi pelindung masyarakat dari ancaman kejahatan. Bukan sebaliknya, jadi momok menakutkan. Menurutnya, hal itu adalah contoh kecil dari abuse of power polisi terhadap warga sipil.
"Tetapi fenomena sebaliknya justru terjadi pada aparat kepolisian. Polisi yang seharusnya melindungi rakyat justru menjadi ancaman di masyarakat. Gama Rizki Nata, siswa SMK 4 Semarang, Budiman Ari Sandi, warga Palangka Raya, Hariyono, saksi pelapor yang saat ini malah dijadikan tersangka," kata Yenny di kegiatan Haul ke-15 Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan, pada Sabtu (21/12).
"Mereka adalah contoh-contoh kecil dari para korban abuse of power dari aparat kepolisian," lanjutnya.
Yenny lalu mengungkap data Amnesti Internasional yang mencatat 116 kasus kekerasan yang dilakukan kepolisian sepanjang 2024.
ADVERTISEMENT
"Amnesti Internasional mencatat bahwa sepanjang tahun 2024 saja ada 116 kasus kekerasan yang melibatkan polisi, 29 di antaranya adalah extrajudicial killing atau pembunuhan di luar hukum. Dan 26 (?) adalah kasus penyiksaan dan tindakan kejam," bebernya.
Yenny kemudian mengajak semua pihak untuk merenungkan ketidak adilan tersebut. Ia menyebut, tidak semua pihak kesempatan yang sama dalam menghadapi hukum. Kadang ada masyarakat yang hanya bisa pasrah terhadap ketidak adilan yang menerpanya.
"Saya ingin mengajak kita semua untuk merasakan sejenak apa yang Gus Dur rasakan. Ketika ia melihat ketidakadilan, ketika ia melihat kebrutalan, ketika ia melihat masyarakat yang terabaikan dan tertindas. Bayangkanlah sejenak bagaimana perasaan kita jika kita berada di posisi mereka yang selalu dipinggirkan, yang suaranya tidak pernah didengar. Apakah kita akan biarkan begitu saja? Apakah kita akan membiarkan mereka terus berada dalam kesulitan?," bebernya.
ADVERTISEMENT
Polisi Harus Berbenah, Tak Mudah Tarik Pistol
Terkait wacana Polri di bawah kementerian, Yenny menilai hal itu kurang tepat. Ia menyebut Gus Dur telah memperjuangkan agar Polri memiliki posisi tersendiri.
Untuk itu, Yenny menilai, Polri saat ini harus berbenah. Tidak mudah menarik pistol saat berhadapan dengan masyarakat.
"Kita tentu tidak setuju dengan wacana polisi dikembalikan posisinya menjadi di bawah TNI atau di bawah kementerian tertentu. Karena ini adalah sebuah hal yang diperjuangkan oleh Gus Dur untuk memastikan adanya alat dari masyarakat sipil, yaitu kepolisian. Tetapi kita juga perlu mengingatkan aparat kepolisian untuk melakukan pembenahan secara menyeluruh dalam lembaganya agar tidak lagi terjangkit fenomena trigger happy atau terlalu mudah menarik pistol," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Terakhir, Yenny mengajak semua pihak untuk mengembalikan tugas utama Polri sebagai pelindung dan pengayom masyarakat.
"Tugas kita bersama adalah mengembalikan polisi dan semua lembaga negara pada fitrahnya. Menjadi pelindung rakyat bukan pelindung kepentingan sekeliling orang belaka," tandasnya.