Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Yenny Wahid soal Pembakaran Al-Quran di Swedia-Denmark: Ekstrem dan Radikal
8 Agustus 2023 14:29 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Yenny Wahid (48), turut mengecam aksi pembakaran kitab suci dan Al-Quran yang kerap terjadi di Swedia dan Denmark. Ia menyebut kebebasan ekspresi dengan membakar kitab suci sudah melanggar batas.
ADVERTISEMENT
"Ya, pembakaran Al-Quran itu kan tindakan yang ekstrem dan radikal, dan kita konsisten mengecam tindak ekstrem dan radikal atas nama apa pun, walaupun atas nama kebebasan berpendapat, berekspresi, tetapi ketika sudah melakukan pembakaran kitab suci itu sudah melanggar batas," kata Yenny di Gedung DPR, Senayan, Selasa (8/8).
Karena itu, ia menyebut Indonesia sebagai salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar harus memberikan tekanan.
"Kita harus melakukan pressure, tekanan agar lebih ada pemahaman bahwa ini tidak bisa ditolerir. Apa pun kitab suci itu adalah suatu yang sakral, dan kitab suci Al-Quran sakral sekali bagi lebih dari 1 miliar penduduk dunia. Jadi tolong ini dihargai," kata Yenny.
"Tindakan yang sangat provokatif, dimotivasi oleh tujuan politik, tetapi sudah melanggar batas-batas kepatutan, melanggar batas-batas kesakralan," lanjut pendiri The Wahid Institute— organisasi yang mengkampanyekan pemikiran Islam moderat dan mendorong terciptanya demokrasi, multikulturalisme, dan toleransi.
Ia pun berharap Swedia dan Denmark akan memberikan tindakan hukum kepada warganya yang membakar Al-Quran meski mereka menetapkan UU kebebasan berekspresi.
ADVERTISEMENT
"Bagi saya ini sebuah tindakan yang bisa dilaporkan secara hukum dan kita berharap tentu negara-negara yang bersangkutan itu mau melakukan tindakan hukum terhadap orang seperti ini. Karena dengan adanya ketegasan sikap, maka itu akan membuat efek jera," kata dia.
"Masalahnya, kan, di negara Barat ini dilindungi oleh kebebasan berpendapat dan berekspresi. Iya (sulit) Ketika saya berbicara di negara Barat saya katakan, kalian menuduh negara-negara, misalnya Indonesia radikal. Tetapi di sini tidak ada seorang pun yang melakukan pembakaran terhadap kitab suci apa pun. Di sini semua dilindungi. Jadi sebenarnya siapa yang radikal?" ujar Yenny retoris.