Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
ADVERTISEMENT
Yoon Suk-yeol telah dilantik sebagai presiden baru Korea Selatan pada Selasa (10/5/2022). Dalam pidato pelantikannya , Yoon dengan tegas menyerukan denuklirisasi Korea Utara.
ADVERTISEMENT
Yoon menyebut program senjata negara tetangganya sebagai ancaman. Dia lantas meminta mereka agar menyelesaikan proses denuklirisasi. Sebagai imbalan, Yoon menjanjikan bantuan ekonomi bagi Pyongyang.
"Sementara program senjata nuklir Korea Utara merupakan ancaman tidak hanya bagi keamanan kami dan Asia Timur Laut, pintu dialog akan tetap terbuka sehingga kami dapat menyelesaikan ancaman ini secara damai," jelas Yoon, dikutip dari Reuters, Selasa (10/5/2022).
"Bila Korea Utara benar-benar memulai proses untuk menyelesaikan denuklirisasi, kami siap bekerja dengan komunitas internasional untuk menyajikan rencana berani yang akan sangat memperkuat ekonomi Korea Utara dan meningkatkan kualitas hidup rakyatnya," tegas dia.
Yoon merupakan pemimpin konservatif pertama negara itu dalam lima tahun terakhir. Dia mengalahkan saingannya dengan selisih tipis pada Maret silam.
ADVERTISEMENT
Yoon memenangkan pemilihan sebab memainkan rasa frustrasi publik. Dia memanfaatkan retorika insensitif perihal ketidaksetaraan ekonomi dan gender.
Pria berusia 61 tahun itu juga kerap menyinggung Korut. Yoon mengisyaratkan garis keras terhadap negara itu. Namun, pidatonya kali ini menyoroti keterbukaan untuk dialog.
Pelantikan Yoon berlangsung di hadapan parlemen di Seoul. Upacara itu dihadiri oleh sekitar 40.000 orang.
Tiga ratus tamu asing meliputi Wakil Presiden China Wang Qishan dan Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi. Suami Wakil Presiden AS Kamala Harris, Douglas Emhoff, juga turut hadir.
Usai pelantikan, Yoon menghadapi dua masalah besar. Mantan jaksa itu perlu menangani ancaman uji coba nuklir Korut. Dia juga mengadang inflasi yang menggerogoti ekonomi Korsel.
ADVERTISEMENT
Perihal Korut, dia diperkirakan akan mengadopsi sikap keras. Langkahnya dikatakan berubah tajam dari pemulihan hubungan menjadi kebijakan penuh tekanan. Terlebih, Yoon menikmati hubungan kuat dengan AS.
Presiden baru itu akan mengadakan pembicaraan dengan Emhoff. Dia dikabarkan akan menegaskan kembali aliansi Korsel-AS. Sebab, ketegangan kian meningkat berkat uji coba rudal Korut.
Yoon juga akan bertemu dengan Presiden AS Joe Biden. Mereka berencana bertemu di Korsel pada 20 Mei.
"Saya berdiri di hadapan Anda hari ini, dengan rendah hati atas kepercayaan dan tanggung jawab yang telah Anda berikan kepada saya dan mengingat tugas serius saya untuk membangun kembali bangsa yang besar ini," tutur Yoon saat pelantikan di Majelis Nasional Korsel.