Yos Suprapto: Salah Satu yang 'Diberedel' adalah Lukisan Raja Bermahkota Jawa

20 Desember 2024 14:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seniman Yos Suprapto memperlihatkan salah satu lukisan yang dilarang untuk dipamerkan, di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (20/12/2024).  Foto: Alya Zahra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Seniman Yos Suprapto memperlihatkan salah satu lukisan yang dilarang untuk dipamerkan, di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (20/12/2024). Foto: Alya Zahra/kumparan
ADVERTISEMENT
Pelukis Yos Suprapto menceritakan soal lima lukisannya yang "diberedel", tidak boleh tayang di pameran lukisan tunggal di Galeri Nasional Indonesia (Galnas) yang berlokasi di kawasan Gambir, Jakarta Pusat.
ADVERTISEMENT
Salah satunya adalah lukisan seorang raja bermahkota Jawa.
Yos mengawali ceritanya dengan pameran yang diundur dari tanggal 3 Desember 2024 menjadi tanggal 19 Desember 2024 (Kamis malam kemarin). Ternyata, itu pun "diundur" lagi.
"Saya mencurigai, oleh karena itu saya hubungi orang-orang seperti Erros Djarot yang dekat dengan kekuasaan. Mas Erros sudah lihat sendiri, dan enggak ada apa-apanya," kata Yos kepada wartawan, Jumat (20/12).
Yos menjelaskan bahwa lukisan-lukisannya adalah sebuah cerita kronologis yang bila dipotong di tengah, maka menurutnya akan menihilkan isinya.
"Terus masak hanya kulitnya saja yang disuguhkan? Kan, kasihan banget orang yang datang ke sini," ujar pelukis senior kelahiran Surabaya ini.

Raja Bermahkota Jawa

Yos menceritakan salah satu lukisan yang diberedel itu. "Ini ceritanya tentang sejarah terjadinya kehilangan kedaulatan pangan kita," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Yos melanjutkan, "Nah itu saya akhiri dengan lukisan yang menggambarkan penguasa, kekuasaan. Kedaulatan pangan tanpa kekuasaan itu omong kosong."
"Jadi itu gambar tentang bagaimana kekuasaan itu memperlakukan rakyat kecil. Segala sesuatu yang menanggung adalah rakyat kecil. Di bawah kaki sang penguasa itu adalah rakyat kecil. Itu lukisan itu. Tapi diinterpretasikan oleh sang kurator itu sebagai sesuatu yang vulgar," kata Yos.
Lukisan Yos Suprapto yang sedianya dipamerkan di Galeri Nasional. Judulnya Konoha 1. Foto: Dok. Istimewa
"Karena terdampak di situ ada lukisan bergambar seorang raja bermahkotakan mahkota Jawa yang menginjak kumpulan orang yang saling dengan kuat ekspresi kesakitan," ujar Yos. Lukisan itu diberi judul "Konoha 1."
Yos menuturkan, "Nah, ini saya kira kalau tidak ada relevansi antara ketahanan pangan dengan kekuasaan itu omong kosong. Contohnya misalnya impor beras, kalau enggak ada kekuasaan enggak mungkin itu terjadi. Nah, padahal ini semua adalah kita berbicara soal kedaulatan pangan."
ADVERTISEMENT
Lukisan Yos Suprapto yang sedianya dipamerkan di Galeri Nasional. Foto: Dok. Istimewa
Yos menjelaskan bahwa lukisan lain yang diberedel menceritakan soal "Konoha", budaya menjilat pantat "asal bapak senang".
"Sebelum pameran dibuka, kurator menuntut lagi tiga lukisan lain yang harus diturunkan," kata Yos.
"Ya bagaimana ini, itu adalah kronologi tentang terjadinya kehilangan kedaulatan pangan, cerita tentang petani, gambarannya lukisan petani menyuapi makanan di mulut orang berdasi yang berbaring. Kan, faktanya begitu," ujar Yos.
Lukisan Yos Suprapto yang sedianya dipamerkan di Galeri Nasional. Foto: Dok. Istimewa