Yusuf 'Dalipin' Arifin dan Cerita untuk Istri

28 Mei 2023 13:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Buku "Cerita untuk Istri" karya Yusuf "Dalipin" Arifin. Dok: M. Rizki/kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Buku "Cerita untuk Istri" karya Yusuf "Dalipin" Arifin. Dok: M. Rizki/kumparan.
ADVERTISEMENT
Yusuf "Dalipin" Arifin, Chief of Storytelling kumparan, kembali melahirkan karya buku.
ADVERTISEMENT
Kali ini, bukunya bertajuk "Cerita untuk Istri" yang sesungguhnya merupakan kumpulan tulisannya di kumparan selama 4 tahun (baca: Senandika Dalipin).
Kenapa judul bukunya begitu, karena memang Dalipin memiliki kebiasaan menulis buah pikirnya untuk istrinya, Liza Arifin, apalagi saat kondisi kesehatan Liza mulai menurun.
"Tulisanku untuk memudahkan dia (Liza) lebih mudah menyerap informasi akan apa yang ada di luar sana," kata Dalipin di Kota Yogyakarta, Minggu (28/5).

Diluncurkan di Yogyakarta

Cerita untuk Istri diluncurkan di Warung Sastra, sebuah kedai buku di Kelurahan Karangwaru, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta, Sabtu (27/5).
AS Laksana (kiri), Yusuf "Dalipin" Arifin, dan Prima moderator. Dok: M. Rizki/kumparan.
Budiono Darsono pendiri sekaligus Presiden Komisaris kumparan, dosen sosiologi Universitas Gadjah Mada Kuskrido "Dodi" Ambardi, hingga mantan wartawan Hamid Basyaib, berbaur dengan 50-an orang yang hadir di peluncuran buku tersebut.
Saat diskusi buku berlangsung di Warung Sastra. Dok: M. Rizki/kumparan.
Acara berlangsung santai diselingi banyak kisah ini-itu utamanya soal bagaimana Dalipin muda hingga ia bisa menjadi seperti sekarang ini.
ADVERTISEMENT
"Acara ini memang modus Pak Dalipin untuk bernostalgia," kata Prima yang jadi pembawa acara.

AS Laksana

Penulis kawakan, AS Laksana—yang oleh teman-temannya termasuk oleh Dalipin dipanggil Sulak, menjadi salah satu pembicara lantaran ia adalah editor buku Cerita untuk Istri.
AS Laksana pun bercerita tentang pengalamannya mengedit Cerita untuk Istri. "Saya takut mengedit punya Dalipin ini," kata AS Laksana.
Mereka yang menyimak diskusi buku. Dok: M. Rizki/kumparan.
Seorang editor, menurut Sulak, mestinya lebih paham tulisan—yang lagi dieditnya—daripada penulisnya sehingga akan terjadi diskusi, melahirkan karya yang bagus.
AS Laksana pun berkisah tentang pengalamannya belajar menulis.
"Orang yang mengajari pertama kali, Pak Boediono," kata AS Laksana merujuk Boediono Darsono.
"Tulisan saya yang ini dibilang jelek, yang itu juga dibilang jelek. Saat saya bertanya di mana jeleknya, Pak Boedi ini bilang 'Lho kok kamu enggak ngerti jeleknya di mana?' ya saya sampai mimisan diajarinya" kata AS Laksana yang langsung disambut gelak tawa hadirin.
ADVERTISEMENT