Zainal Arifin: Dirty Vote Bukan Film Propaganda

13 Februari 2024 12:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Departemen Hukum Tata Negara UGM Zainal Arifin Mochtar yang turut terlibat di film Dirty Vote saat menjadi narasumber di kuliah umum Departemen Hukum Tata Negara Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa (13/2). Foto: Panji/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Departemen Hukum Tata Negara UGM Zainal Arifin Mochtar yang turut terlibat di film Dirty Vote saat menjadi narasumber di kuliah umum Departemen Hukum Tata Negara Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa (13/2). Foto: Panji/kumparan
ADVERTISEMENT
Departemen Hukum Tata Negara Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar kuliah umum perdana dengan nonton bareng film Dirty Vote dan diskusi kecurangan pemilu, Selasa (13/2). Kuliah digelar secara daring.
ADVERTISEMENT
Ketua Departemen Hukum Tata Negara UGM Zainal Arifin Mochtar yang turut terlibat di film Dirty Vote juga hadir sebagai narasumber.
"Ini bukan propaganda, nggak ada kaitan mau milih siapa. Tapi saya kira teman-teman bisa melihat isu terkini berkaitan dengan soal hukum tata negara," jelas Uceng sapaan akrab Zainal Arifin.
Di hadapan mahasiswanya, Uceng mengatakan untuk menonton film ini sebaiknya lepaskan dahulu baju sebagai pendukung paslon. Baik itu 01, 02, maupun 03.
Pakar Hukum Tata Negara UGM, Zainal Arifin Mochtar, ditemui usai acara Forum Cik Di Tiro di UII Kampus Cik Di Tiro, Kota Yogyakarta, Senin (5/2/2024). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
"Pakailah baju ketika melihat film ini adalah sebagai seorang pembelajar, orang yang sedang mau belajar tata negara karena sebenarnya tadi banyak sekali isu tata negara yang berseliweran mulai dari soal sistem presidensil, sistem pengawasan, keuangan negara, kelembagaan negara, bahkan ada soal mahkamah konstitusi, hukum acara mahkamah konstitusi, dan berbagai persoalan yang saya kira sampai akhir semester ini sebagian besar di antaranya akan kita perbincangkan. Kenapa itu kita tonton," katanya.
ADVERTISEMENT
Selain jadi pembelajar, jadilah seseorang yang kritis. Tak masalah bagi Uceng, karya seperti film mendapatkan kritik.
"Sebuah buku, sebuah kliping, sebuah karya bahkan sebuah film dibuat lalu dia menjadi milik semua orang yang tentu dia bisa mempersepsikan apa yang terjadi," katanya.
Sebagai seseorang yang ada di universitas, mahasiswa dipersilakan memperdebatkan film ini secara konsep hingga teori.
"Jadikan posisinya anda sebagai mahasiswa yang harus kritis," katanya.