Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Zelensky Dapat Dukungan dari Pemimpin Eropa usai Debat Panas dengan Trump
1 Maret 2025 16:27 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Usai debat panas dengan Presiden AS Donald Trump dan Wakil Presiden JD Vance di Gedung Putih, dukungan dari negara Eropa mengalir untuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky .
ADVERTISEMENT
Dalam waktu singkat, perdana menteri dan presiden dari utara, selatan, timur, dan barat Eropa menunjukkan dukungan terhadap Zelensky dan Ukraina di media sosial.
Dikutip dari Reuters, Sabtu (1/3), meski mereka tidak secara langsung mengkritisi Trump, komentar mereka kembali menegaskan keretakan besar antara AS dan Eropa yang merupakan sekutu lama atas konflik Rusia-Ukraina sejak Trump menjabat sebagai presiden.
"Ada agresor: Rusia. Ada orang yang diserang: Ukraina. Hormati mereka yang sejak awal telah berjuang. Karena mereka berjuang demi martabat, kemerdekaan, demi anak-anak dan demi keamanan Eropa," kata Presiden Prancis Emmanuel Macron lewat tulisan di media sosial X, yang beberapa waktu lalu bertemu dengan Trump.
Dukungan juga datang dari Polandia. Perdana Menteri Polandia Donald Tusk bahkan merupakan pemimpin Eropa pertama yang menyatakan dukungannya terhadap Zelensky.
ADVERTISEMENT
"Anda tidak sendirian," kata Tsuk di media sosial.
Dua petinggi Uni Eropa, Presiden Komisi Eropa Urusla von der Leyen dan Presiden Dewan Eropa Antonio Costa, menyatakan bahwa martabat yang ditunjukkan Zelensky menunjukkan keberanian rakyat Ukraina.
"Jadilah kuat, berani, dan tak kenal takut. Anda tidak pernah sendirian. Kami akan terus bekerja bersama anda untuk perdamaian yang adil dan abadi," kata mereka.
Sementara, Kanselir Jerman Olaf Scholz menyatakan tidak ada yang menginginkan perdamaian seperti yang dilakukan rakyat Ukraina. Demikian pula disampaikan pemimpin konservatif Jerman, Friedrich Merz, yang nantinya akan menggantikan Scholz.
"Kami bersama #Ukraina di waktu yang baik dan penuh ujian. Kami tidak boleh mencampuradukkan antara agresor dan korban dalam perang yang mengerikan ini," kata Merz.
ADVERTISEMENT
Tanggapan berbeda disampaikan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni. Meski Italia merupakan pendukung Ukraina, tapi Italia juga memiliki hubungan kuat dengan Trump.
Ia pun menyarankan digelarnya KTT yang melibatkan AS, negara Eropa dan sekutu untuk mendiskusikan bagaimana menghadapi tantangan besar hari ini, dimulai dengan Ukraina.
"Setiap divisi di Barat membuat kita lebih lemah dan menguntungkan mereka yang ingin melihat kemunduran peradaban kita," kata Meloni dalam sebuah pernyataan.
Namun, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, secara terang-terangan mengungkapkan Washington tidak bisa lagi memimpin dunia bebas.
"Hari ini menjadi jelas bahwa dunia yang bebas membutuhkan pemimpin baru. Kita, orang Eropa, harus menerima tantangan ini. Kami akan meningkatkan dukungan kami terhadap Ukraina sehingga mereka bisa melanjutkan perjuangan melawan agresor," kata Kallas.
ADVERTISEMENT
Di antara para pemimpin Eropa, hanya Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban yang mendukung AS.
"Orang kuat menciptakan perdamaian, orang lemah membuat peperangan. Hari ini Presiden @realDonaldTrump berdiri dengan berani untuk perdamaian. Meskipun sulit bagi banyak orang untuk menerimanya. Terima kasih, Presiden!" kata dia.
Kedatangan Zelensky ke Gedung Putih membawa harapan agar Trump dapat menandatangani perjanjian pengelolaan hak mineral Ukraina, agar mendapat jaminan keamanan dari AS dalam berperang melawan Rusia.
Namun, Zelensky meninggalkan Gedung Putih tanpa penandatanganan kesepakatan pengelolaan hak mineral. Zelensky malah terlibat dalam debat panas dengan Trump.
Trump menuduh Zelensky tidak menghargai AS. Trump juga menyebut Zelensky tidak siap untuk perdamaian.