Zelensky Sebut Referendum Wilayah Ukraina Gabung ke Rusia Sebagai Lelucon

23 September 2022 15:20 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang anggota komisi pemilihan lokal memasang spanduk di pintu-pintu tempat pemungutan suara menjelang rencana referendum tentang bergabungnya Republik Rakyat Donetsk ke Rusia, di Donetsk, Ukraina. Foto: Alexander Ermochenko/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Seorang anggota komisi pemilihan lokal memasang spanduk di pintu-pintu tempat pemungutan suara menjelang rencana referendum tentang bergabungnya Republik Rakyat Donetsk ke Rusia, di Donetsk, Ukraina. Foto: Alexander Ermochenko/REUTERS
ADVERTISEMENT
Empat provinsi di Ukraina yang telah dikuasai oleh separatis secara serentak menggelar referendum untuk bergabung ke wilayah Rusia pada pekan ini.
ADVERTISEMENT
Tindakan itu dikecam oleh Presiden Volodymyr Zelensky dan sekutu. Mereka menilainya sebagai perampasan tanah yang melanggar hukum.
Dalam pesan video hariannya pada Kamis (22/9), Zelensky juga mengejek referendum itu sebagai lelucon. Di saat bersamaan, ia juga menyanjung Barat atas tindakan mereka yang mendukung Ukraina dan turut mengecam langkah Rusia.
Anggota komisi pemilihan lokal berkumpul di tempat pemungutan suara menjelang rencana referendum tentang bergabungnya Republik Rakyat Donetsk ke Rusia, di Donetsk, Ukraina. Foto: Alexander Ermochenko/REUTERS
“Saya berterima kasih kepada semua orang di dunia yang mendukung kami, yang jelas-jelas mengutuk kebohongan Rusia lainnya,” kata Zelensky, seperti dikutip dari AFP.
Pihak berwenang di provinsi Republik Rakyat Donetsk (DPR), Republik Rakyat Luhansk (LPR), Kherson, dan Zaporizhzhia secara serentak memulai pemungutan suara pada Jumat (23/9) hingga Selasa (27/9) mendatang.
Hasil pemungutan suara itu nantinya akan dijadikan referendum, apakah keempat provinsi itu ingin menjadi bagian (subjek federal) Rusia sebagai negara independen dan merdeka.
ADVERTISEMENT

Ditanggapi dengan Kecaman Keras dari Barat

Langkah Rusia dikecam keras oleh dunia internasional, lantaran ini bukan pertama kalinya pemerintah Moskow melakukan aneksasi serupa.
Penyelenggaraan referendum juga pernah dilakukan pada 2014 lalu, yang mengakibatkan wilayah Ukraina, Krimea, dicaplok oleh Rusia.
Barat menyatakan pemungutan suara itu tidak sah dan menjatuhkan paket sanksi tambahan sebagai tanggapannya. Hal itu disampaikan dalam sesi sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Kamis (22/9).
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berbicara pada konferensi pers di Hotel Fairmont di Jakarta, Selasa (14/12). Foto: Olivier Douliery/Pool via REUTERS
“Kita tidak bisa, kita tidak akan membiarkan Presiden Putin lolos begitu saja,” kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken.
“Tatanan internasional yang kita kumpulkan di sini untuk dijunjung tinggi sedang dirusak di depan mata kita. (Membela kedaulatan Ukraina) adalah tentang melindungi tatanan internasional di mana tidak ada negara yang dapat menggambar ulang perbatasan negara lain dengan paksa,” tegas Blinken.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, penyelenggaraan referendum disambut baik oleh LPR. “Kami telah menantikan referendum ini sejak tahun 2014. Ini adalah impian dan masa depan kita bersama,” kata pemimpin LPR, Leonid Pasechnik, seperti dilansir dari TASS.