Zulhas: Ada Cebong vs Kampret, Buzzer vs Kadrun, 76 Tahun Merdeka Kenapa Mundur?

19 Agustus 2021 16:36 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan memberi sambutan saat acara HUT ke-22 PAN, di DPP PAN, Jakarta, Minggu (23/8). Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan memberi sambutan saat acara HUT ke-22 PAN, di DPP PAN, Jakarta, Minggu (23/8). Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (Zulhas) mengingatkan kemerdekaan Indonesia bukan untuk satu golongan, tetapi untuk semua golongan sebagaimana yang sudah ditulis dalam UUD 1945. Zulhas mengaku prihatin dengan keadaan bangsa saat ini yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan 76 tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan bagaimana perbedaan antar masyarakat yang terus ditajamkan. Pikiran politik pun diracuni political electoral yang cenderung menghalalkan segala cara, termasuk dengan memecah belah bangsa.
"Memecah belah bangsa dengan politik SARA, identitas, perbedaan keimanan kembali dipersoal, kesukuan, wacana Tionghoa-pribumi dimunculkan kembali, mayoritas-minoritas dibenturkan, aku Pancasila dibenturkan dengan aku bukan Pancasila," kata Zulhas ketika menyampaikan pidato kebangsaan dalam Perayaan 50 Tahun CSIS Indonesia, Kamis (19/8).
Zulhas juga menyebut pengkotak-kotakan masyarakat lewat cebong-kampret dan buzzer-kadrun. Menurutnya, yang terjadi saat ini merupakan kemunduran.
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan menyampaikan paparan dalam Mentoring Kebangsaan di Amanat Institute, Jakarta, Sabtu (22/8). Foto: Aditya Pradana Putra/Antara Foto
"Cebong vs kampret, buzzer vs kadrun. Sedih kita. Padahal kita sudah 76 tahun merdeka, kenapa mesti mundur lagi?" tuturnya.
Ia menjelaskan 76 tahun yang lalu para pendiri bangsa tidak berbicara mayoritas dan minoritas, pun tidak bicara suku, melainkan bagaimana melindungi seluruh rakyat Indonesia. Cita-cita kemerdekaan yang melindungi warga negara tanpa memandang agama, suku, etnis, dan ras adalah hal yang diharapkan pendiri bangsa.
ADVERTISEMENT
"Semua rakyat Indonesia harus sejahtera. Tidak ada yang telantar, tidak ada yang kesulitan, tidak ada yang miskin, tidak ada yang menderita. Kemudian mencerdaskan kehidupan berbangsa karena bangsa yang cerdas menampilkan masyarakat yang cerdas, berbudaya, beradat, luhur budi pekertinya, bisa bersaing di pentas global," jelasnya.
Untuk itu, Zulhas mengajak semua pihak meneguhkan kembali janji kebangsaan yang dirumuskan pendiri bangsa. PAN, kata dia, berkomitmen untuk melanjutkan cita-cita itu.
"Oleh karena itu, PAN hadir sebagai partai yang terbuka, tengah, moderat. Kami akui berbasis Islam yang modern, yang tengah, yang moderat. PAN merangkul semua pihak dan golongan dengan pikiran terbuka memajukan Indonesia," pungkasnya.