Zulhas: Diplomasi Adalah Kunci Pertama Atasi Hambatan Perdagangan Global

28 Juni 2024 19:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mendag Zulhas. Foto: Kemendag RI
zoom-in-whitePerbesar
Mendag Zulhas. Foto: Kemendag RI
ADVERTISEMENT
Dalam kunjungannya ke Universitas Katolik Parahyangan Bandung, pada Jumat (28/6), Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) membahas soal hambatan perdagangan yang masih dialami Indonesia dalam skala global.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasinya, Zulhas menyampaikan hal pertama yang mesti diselesaikan adalah urusan diplomasi. Hal tersebut disorotnya sehubungan dengan adanya tarif dalam melakukan transaksi perdagangan ke luar negeri.
“Pertama, kita harus diplomasi agar tidak ada hambatan perdagangan,” kata Zulhas, Jumat (28/6).
Sebagai contoh, Zulhas membandingkan tarif untuk produk-produk yang diekspor Indonesia.
“Kalau di Lampung ada nanas, ada pisang, mau kirim ke Jepang kena 17 persen. Sementara kalau Filipina kirim [produk] yang sama 0 persen tarifnya. Kalau dari Bandung ada Nike dikirim ke Eropa kena 5 persen tarif. Kalau dari Vietnam, Nike 0 persen,” sambung dia.
Meski begitu, Zulhas mengungkapkan bahwa hambatan yang demikian sangat mungkin diselesaikan. Sebab menurutnya, Indonesia memiliki peluang yang besar.
ADVERTISEMENT
“Tetapi kita punya peluang. Karena kita ini bisa masuk Blok Barat dan Timur,” katanya.
Zulhas juga menyebut bahwa upaya diplomatis untuk memperlancar perdagangan Indonesia dalam skala global memiliki progres yang positif.
Dia mengaku telah menyelesaikan urusan tersebut dengan sejumlah negara di Asia Selatan, India, Pakistan, serta Bangladesh. Bahkan, diplomasi juga telah terjalin dengan negara yang berada di Amerika Latin, yakni Chile.
“Kita sudah selesaikan setidaknya dengan UEA, kalau Amerika Latin kita sudah selesaikan dengan Chile. RCEP sudah, dengan Tiongkok sudah, dengan Korea Selatan sudah, Jepang sudah,” tuturnya.
Meski begitu, membangun hubungan dagang negara-negara di kawasan Timur Tengah diakui Zulhas. Dia mengatakan ada banyak hambatan untuk itu.
“Untuk masuk ke Timur Tengah hambatannya banyak sekali. Jadi kalau Bapak-Ibu pergi ke Timur Tengah, makan sambal-sambalnya dari Thailand, makan sayur-sayurnya dari Vietnam, gak ada yang dari kita,” ujar dia.
ADVERTISEMENT