3 Alasan Mesin Bus Tetap Dinyalakan Saat Parkir dan Isi Solar di SPBU

19 Juni 2021 6:47 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah bus terparkir di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta, Senin (30/3/2020). Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah bus terparkir di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta, Senin (30/3/2020). Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
ADVERTISEMENT
Ada hal yang tak biasa ketika kita bepergian menggunakan bus. Utamanya saat di SPBU. Bila mobil penumpang biasa harus matikan mesin saat isi bensin, maka mesin bus tetap dinyalakan saat isi solar.
ADVERTISEMENT
Alasan pertama jelas Senior Executive Officer After Sales PT Hino Motor Sales Indonesia (HMSI) Irwan Supriyono, agar AC tetap hidup untuk menjaga kenyamanan para penumpangnya.
Sebab kerja kompresor AC yang bertugas mensirkulasikan freon AC digerakkan oleh pulley yang terhubung mesin. "Lebih kepada kenyamanan penumpang. Kalau dimatikan mesinnya, butuh waktu lama buat AC menstabilkan temperatur kabin," terangnya kepada kumparan belum lama ini.
Setiap pengisian solar, tangki bus bisa menenggak sekitar 250 liter lebih untuk ukuran bus besar. Makanya butuh waktu yang lama mengisinya sampai penuh, jadi bayangkan apabila mesinnya dimatikan, penumpang bisa protes karena pengap.
Alasan kedua para sopir kerap menghidupkan mesin saat isi solar bukan cuma itu, tapi untuk menjaga performa komponen turbo tetap optimal. Apabila langsung dimatikan, kerja turbo bisa terganggu.
Sejumlah penumpang melintasi area parkir bus di Terminal Jatijajar, Depok, Jawa Barat, Kamis (28/1/2021). Foto: Asprilla Dwi Adha/ANTARA FOTO
Karena pelumasan gerak turbin turbo menggunakan suplai oli dari mesin. Misalnya aliran oli langsung disetop karena mesin dimatikan, maka tak ada pelumasan saat turbin berputar kencang, akibatnya turbo bisa rusak.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu jarang sopir yang mematikan mesin saat isi solar. Apalagi ada semacam standar khusus untuk menghidupkan atau mematikan mesin bus, yang menjadikannya sebagai alasan ketiga sopir tak matikan mesin di SPBU.
Jadi tak seperti mesin bensin mobil biasa, yang saat dihidupkan bisa digeber dan dibawa jalan. Kalau mesin bus tidak. Untuk mematikan mesin paling tidak tunggu dulu beberapa saat selama 10 menit hingga suhunya menurun dan turbo tak berputar cepat.
Kemudian buat menghidupkan mesin juga tak boleh langsung dijalankan. Paling tidak sebut Technical Training & Support Center Dept. Head PT HMSI Suyadi, tunggu sekitar 5 sampai 10 menit untuk membuat mesin panas.
"Kan kapasitas mesinnya 9.000 cc, jadi butuh pemanasan lebih lama baru bisa jalan," katanya dihubungi terpisah.
ADVERTISEMENT
Maklum, mesin diesel bus bekerja efektif pada temperatur tinggi. Sebab pembakarannya dilakukan menggunakan kompresi tinggi dengan campuran bahan bakar, sehingga terjadi self ignition yang Lebih lanjut memberikan tenaga besar.
Misalnya belum panas atau baru banget dihidupkan, maka tidak semua solar terbakar, akibatnya tenaga yang dihasilkan terbatas. Untuk itu, karena proses menghidup dan matikan mesin relatif lama, para sopir memilih untuk tidak mematikan mesin bus sebelum sampai tujuan.