3 Kesalahan Pengendara Motor Matik dalam Melakukan Pengereman

16 Mei 2018 11:19 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengguna sepeda motor melintasi trotoar  (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pengguna sepeda motor melintasi trotoar (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Mengendarai kendaraan dengan transmisi otomatis memang menjanjikan kemudahan dalam pengoperasian jika dibandingkan kendaraan dengan transmisi manual.
ADVERTISEMENT
Namun sayangnya dalam beberapa kasus kemudahan yang ditawarkan transmisi otomatis ini malah membuat pengendara salah kaprah.
Contohnya untuk motor matik. Ya, kesalahan yang sering mereka lakukan adalah saat melakukan pengereman.
Pendiri Jakarta Defensive Driving Consulting Jusri Pulubuhu menguraikan setidaknya ada tiga kesalahan yang sering kali dilakukan pengendara motor matik ketika melakukan pengereman.
1. Menutup gas secara maksimal
Hal ini kerap ditemukan pada para pengguna skutik. Dengan anggapan sederhana, gas untuk maju dan rem untuk berhenti, maka saat bermaksud menghentikan laju sepeda motornya pengendara hanya berfokus menekan tuas rem.
Padahal menurut Jusri , seharusnya saat melakukan pengereman, gas juga harus diisi. "Pada saat ngerem gas tidak boleh tertutup maksimal, kalau itu dilakukan maka kondisinya sama seperti motor manual kalau koplingnya ditekan penuh," terang Jusri.
Test Ride Yamaha Lexi (Foto: dok. PT YIMM)
zoom-in-whitePerbesar
Test Ride Yamaha Lexi (Foto: dok. PT YIMM)
Jika hal ini terjadi maka pengereman tidak akan maksimal karena tidak dibantu oleh engine brake dan motor akan 'nyelonong' akibat tuas kopling yang ditekan secara penuh.
ADVERTISEMENT
2. Tidak membagi beban kerja rem
"Rata-rata pengendara sepeda motor matik itu tidak paham fungsi rem, jadi teknik pengereman masih kurang maksimal," ungkap Jusri membuka penjelasannya.
Menurut dia, sering ditemukan kasus pengemudi yang melakukan pengereman hanya terfokus pada rem belakang saja, padahal laju kendaraan sudah di atas 30 km/jam. Padahal seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya pada kecepatan antara 30-80 km/jam beban kerja harus dibagi untuk rem depan dan belakang.
Test Ride All New Honda Vario 150 (Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO)
zoom-in-whitePerbesar
Test Ride All New Honda Vario 150 (Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO)
"Kalau seperti itu roda belakang bis mengunci dan jadi berbahaya. Harus dipahami benar-benar proporsi pengereman," jelas Jusri.
3. Tidak memeriksa kondisi sekitar saat akan melakukan pengereman
Kasus yang satu ini sebenarnya tidak hanya dilakukan oleh pengguna motor matik. Hanya saja tendensinya cenderung lebih besar akibat kemudahan berkendara yang ditawarkan motor matik.
ADVERTISEMENT
Para pengemudi motor matik cenderung refleks menekan tuas rem saat dihadapkan dengan situasi tertentu di jalanan.
"Kalau mau ngerem seharusnya cek kondisi belakang dulu (lewat kaca spion). Kan ini di jalanan, bisa aja belakang bus atau metromini atau truk yang gak bisa ngerem mendadak," terang Jusri.
Jusri kemudian menereangkan adanya opsi lain berupa menghindar jika memang kondisi kurang aman untuk melakukan pengereman.
"Cek belakang dulu baru rem. Belakang aman baru rem. Kalau belakgan gak bisa rem, pilihannya menghindar. Bukan apa-apa ngerem," tutup Jusri.