3 Tugas Berat Kymco Penetrasi Pasar Indonesia

19 April 2019 9:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kymco Downtown 250i.  Foto: Gesit Prayogi/kumparan.com
zoom-in-whitePerbesar
Kymco Downtown 250i. Foto: Gesit Prayogi/kumparan.com
ADVERTISEMENT
Kymco, merek motor asal Taiwan ini bukan satu-dua tahun saja ada di pasar otomotif dalam negeri, tapi sejak 1998-an. Artinya sampai saat ini mereka sudah berusia 20-an tahun di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, PT Kwang Yang Motor Co, Ltd atau disingkat Kymco, keagenannya dipegang PT. Kymco Lippo Motor Indonesia (KLMI), sampai akhirnya sekarang beralih ke PT Smart Motor Indonesia (SMI).
Berada di bawah Kymco Motor Taiwan, SMI ingin bangkitkan lagi Kymco di dalam negeri. Selain membangun pabrik, mereka juga bakal mengembangkan jaringan. Namun, bermain di pasar otomotif terbesar ketiga di dunia ini tak mudah.
Kymco Like 150i. Foto: Istimewa
Neo Chen, President Director, PT Smart Motor Indonesia (Kymco Indonesia) mengakuinya. Setidaknya ada tiga kesulitan yang dihadapi, buat penetrasi pasar.

1. Promosi

Sadar kalau merek non Jepang tak begitu populer di Indonesia, Kymco tetap optimis dan berupaya keras buat mempromosikan diri ke masyarakat.
Mereka ingin masyarakat tahu kalau Kymco bukan merek abal-abal. Di Eropa saja, sepeti di Italia dan Spanyol, produk mereka terbilang laris.
ADVERTISEMENT
“Masalah kami pada promosi juga, kami ingin memberi tahu kalau Kymco sudah kembali walaupun tak pernah juga pergi dari Indonesia,” ucap Neo.
Bicara soal kualitas, bila mencoba merunutnya sejak pertama kali lahir di 1964, Kymco ternyata mendapat transfer teknologi dari Honda (know-how). Sampai akhirnya fasilitas produksi Kymco di Taiwan, menjadi salah satu pabrik Honda berkualitas baik di luar Jepang.

2. Riset Pasar

Kesulitan kedua mereka adalah soal riset pasar, untuk menentukan produk apa yang bisa dijual dan mendapat respon positif di masyarakat. Tak berhenti sampai situ, produk hasil riset itu juga jangan sampai head-to-head langsung dengan pabrikan Jepang.
Kymco Downtown 250i. Foto: Gesit Prayogi/kumparan.com
“Kami lihat TVS dahulu pernah gelontorkan produk skutik Dazz yang masuk di segmen Honda BeAT, itu sulit. Jadi kami berusaha untuk masuk di segmen atau golongan anti-mainstream,” kata Neo.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, kata Neo, mereka tak mengimpor CBU model yang dipasarkan di sini, tapi untuk dirakit secara lokal, di fasilitas Kymco Kawasan Industri KITIC Kota Deltamas Bekasi. Jadi perlu perhitungan yang matang.

3. Buka Jaringan

Neo menyebut, mereka harus banting tulang untuk bisa meyakinkan investor untuk membangun jaringan Kymco. Pasalnya kebanyakan mereka berorientasi pada pabrikan Jepang.
Pendiri Kymco Guang-Shu Ko bersama dengan Soichiro Honda. Foto: Kymco
“Saat ini yang kami pahami, Honda saja menguasai 75 persen, Yamaha 22 persen, Suzuki dan Kawasaki 1 persen. Seluruh market sudah dikuasai produk Jepang, Jadi kami sadar masuk ke market yang seperti ini sangat berat,” ucap Neo.
Namun SMI terus berusaha meyakinkan calon rekan bisnis mereka, kalau berinvestasi di Kymco menjanjikan ke depannya.