30 Menit Pertama Riding Moge Cafe Racer Moto Guzzi V7 III, Badan Auto Pegal?

26 Februari 2021 18:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Moto Guzzi V7 III meluncur di Indonesia. Foto: dok. Piaggio Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Moto Guzzi V7 III meluncur di Indonesia. Foto: dok. Piaggio Indonesia
ADVERTISEMENT
Motor cafe racer belakangan digandrungi karena karakternya yang unik, menggabungkan aliran motor sport yang dibalut gaya retro khas balapan zaman 60-70an.
ADVERTISEMENT
Karakteristiknya punya setang jepit (clip on), jok dibuat rendah, tangki bahan bakar ramping memanjang, posisi foot step dibuat tinggi supaya kaki menekuk, sampai buritan motor diberikan hornet buntut tawon supaya makin kental aura sporty-nya.
Desain jok Moto Guzzi V7 III Racer 10th Anniversary. Foto: dok. Piaggio Indonesia
Kombinasi tersebut membuat segitiga ergonomi mirip sportbike. Angle segitiganya melancip. Garis dari jok ke setang hampir mendatar, kondisi tersebut memaksa pengendaranya membungkuk buat mengendarainya.
kumparan pun penasaran dengan posisi riding tersebut, utamanya pada motor cafe racer sesungguhnya. Sekaligus mencari tahu, memang benar ya badan posisi duduknya bikin cepat pegal?
Moto Guzzi V7 III Racer 10th Anniversary. Foto: dok. Piaggio Indonesia
Guna menjawab itu, kami berkesempatan menjajal Moto Guzzi V7 III Cafe, salah satu motor anyar yang dirilis Piaggio Indonesia akhir tahun lalu. Namanya menjajal, rute dan waktu tempuh test ride tidak terlalu panjang dan jauh. Hanya riding di dalam kota sekitar 30 menit. Langsung saja, begini ceritanya.
ADVERTISEMENT

Badan condong ke depan, tidak membungkuk

Saat menaikinya pertama kali Moto Guzzi V7 III Cafe ini ramah terhadap orang berpostur 170-an cm. Postur saya 171 cm, kedua kaki saya bisa menapak sempurna.
Berdasarkan data teknis, tinggi joknya 770 mm. Ya mudahnya seperti membayangkan tinggi jok Honda Vario yang juga punya ketinggian jok serupa.
Test ride dan posisi riding Moto Guzzi V7 III Cafe. Foto: dok. Piaggio Indonesia
Lanjut bicara posisi badan. Sebenarnya tidak membungkuk, hanya condong ke depan supaya tangan bisa meraih handgrip. Badan baru membungkuk ketika berakselerasi maksimal, itu pun sesuai kondisi. Supaya badan tidak terdorong ke belakang.
Nah kemudian posisi tangan. Karena model setang jepit dan menekuk, jadinya tidak terlalu membuka lebar. Tapi posisinya mudah dikompromi, artinya bisa sedikit menekuk, tidak lurus tegang yang membuat cepat lelah.
Test ride dan posisi riding Moto Guzzi V7 III Cafe. Foto: dok. Piaggio Indonesia
Secara keseluruhan posisi berkendaranya sebelas-dua belas dengan motor sport fairing. Dalam catatan jika gaya berkendaranya cruising santai di dalam kota, ya, tidak mengejar akselerasi.
ADVERTISEMENT

Badan auto pegal?

Sebenarnya tidak semenakutkan itu. Berkendara setengah jam dari kawasan Senayan ke Antasari, dengan kondisi lalu lintas kombinasi ramai lancar padat merayap, badan masih bisa beradaptasi layaknya membawa motor sport biasa.
Buat meminimalisir pegal area tengkuk dan badan kaku, bisa lakukan peregangan ketika berhenti di lampu merah.
Test ride dan posisi riding Moto Guzzi V7 III Cafe. Foto: dok. Piaggio Indonesia
Beruntung bantingan suspensi Moto Guzzi V7 III Cafe punya peredaman yang baik. Meski tidak upside down, ketika melahap jalan yang 'keriting' getarannya bisa direduksi maksimal. Makanya area pinggang dan punggung tidak terasa pegal.
Mungkin beda cerita untuk test ride rute yang jauh dan waktu tempuh lama. Dalam kesempatan lain kumparan akan coba ulas menjawab hal tersebut.

Seperti tidak membawa moge

Oke, tidak afdal rasanya jika tidak sekaligus merasakan performa motor. Karena konfigurasinya V-Twin, jangan heran jika 'diblayer' akan terasa tendangan gerakan piston ke samping. Tapi dibawa jalan, hal tersebut tak terasa kok.
ADVERTISEMENT
Di atas kertas, mesin 744 cc bertenaga 52 dk pada 6.200 rpm dan torsi maksimal 60 Nm yang dicapai pada putaran 4.900 rpm itu, menawarkan sensasi tenaga yang berisi, padat di setiap putaran mesin.
Moto Guzzi V7 III Racer 10th Anniversary. Foto: dok. Piaggio Indonesia
Buat sampai di kecepatan tinggi mudah, mesin tidak sampai meraung pada rpm tinggi. Namun kenaikan lajunya tidak secepat motor sport 4-silinder.
Selain itu, bukaan gasnya harus besar supaya bisa merasakan jambakan torsinya pada putaran 4.000 rpm ke atas.
Dimensinya yang tidak terlalu besar ditambah bobot sekitar 209 kilogram, rasanya tidak terlalu mengintimidasi pengendaranya. Apalagi joknya juga tidak terlalu tinggi, setang pun punya radius putar kecil.
Tampilan tangki Moto Guzzi V7 III Racer 10th Anniversary. Foto: dok. Piaggio Indonesia
Sehingga dibawa menembus kemacetan Jakarta, meliuk-liuk di sela-sela mobil yang mengantre masih mudah dilakukan. Bahkan saking mudahnya, tidak terasa bahwa sedang mengendarai moge.
ADVERTISEMENT