Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
4 Orang Meninggal Tiap Jam Gegara Kecelakaan, Kebanyakan di Jalan Tol
30 Maret 2023 6:04 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan dan Penguatan Kewilayahan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno mengungkapkan angka fatalitas kecelakaan di Indonesia cukup tinggi.
ADVERTISEMENT
“Fatalitas akibat kecelakaan lalu lintas di Indonesia rata-rata per tahun mencapai 27 ribu jiwa. Itu setara dengan 3 sampai 4 orang meninggal setiap jam,” ungkapnya saat dihubungi kumparan beberapa waktu lalu.
Ia menjabarkan, jumlah fatalitas kecelakaan lalu lintas di Indonesia pada 2017 mencapai 30.894 jiwa. Dua tahun berturut-turut angkanya mengalami penurunan, di 2018 tercatat 29.083 jiwa dan 2020 mencapai 23.529 jiwa. Namun, di 2021 angkanya melonjak kembali menjadi 25.288 jiwa.
“Mayoritas korban kecelakaan lalu lintas itu usia produktif di angka 15 tahun hingga 59 tahun. Persentasenya mencapai 80 persen. Diikuti kalangan usia di atas 60 tahun sebesar 11 persen, dan sisanya 9 persen itu korbannya anak-anak usia 0 sampai 14 tahun,” katanya.
ADVERTISEMENT
“Jalan nasional menyumbangkan rasio kecelakaan per kilometer tertinggi, di angka 0,62. Sementara, jalan provinsi 0,46 dan jalan kabupaten atau kota 0,10,” ujarnya.
Kebanyakan di jalan tol dan karena melebihi batas kecepatan
Kemudian, ceroboh saat berkendara 32 persen, kondisi awal kendaraan 17 persen, melanggar lalu lintas 7 persen, melakukan aktivitas lain 7 persen, dan gagal memberi isyarat sebesar 4 persen.
“Tingginya angka kecelakaan lalu lintas ini membuat Indonesia mengalami kerugian ekonomi yang cukup besar, mencapai 3,1 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto), atau sekitar Rp 448 triliun hingga Rp 470 triliun,” katanya.
Berdasarkan temuan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), 80 persen kecelakaan didominasi oleh kelelahan. Ia menyarankan agar masyarakat tidak melanjutkan perjalanan kalau sudah lelah.
ADVERTISEMENT
“Istirahat ketika sudah lelah, maksimal 4 jam setelah mengemudi harus istirahat. Jangan meminum suplemen tambahan untuk memaksa agar bisa mengemudi, dan kalau mengemudi lebih dari 8 jam, saya sarankan ada dua pengemudi,” imbuhnya.
Pembangunan rest area yang layak juga perlu diperhatikan oleh pemerintah. Sebab, sopir bisa mendapatkan istirahat yang layak dan berkualitas. Peraturan seperti pemasangan Rear Under Protection (RUP) hingga stiker reflektor pada truk besar juga harus digalakkan.
“Kalau ada RUP, selain mencegah mobil masuk ke kolong, ini memberikan kesempatan bagi airbag untuk mengembang sehingga bisa menyelamatkan pengemudi, maupun penumpang di dalam mobil,” pungkasnya.