Ada Fortuner Mild Hybrid, Toyota Indonesia Kembangkan Versi Flexy Fuel

7 September 2024 12:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
New Toyota Fortuner 2024. Foto: Sena Pratama/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
New Toyota Fortuner 2024. Foto: Sena Pratama/kumparan
ADVERTISEMENT
Tak ada versi berteknologi elektrifikasi ketika PT Toyota-Astra Motor (TAM) menghadirkan Toyota Fortuner terbaru. Padahal, di beberapa pasar mancanegara, SUV ladder frame itu memiliki varian mild hybrid.
ADVERTISEMENT
Fortuner hibrida ringan tersebut memang tergolong produk baru dalam katalog jenama triple elips itu. Di luar negeri, kehadirannya baru tersedia pada negera tertentu, salah satunya adalah Afrika Selatan.
Fortuner 'hybrid' tidak menggunakan sistem selayaknya model-model Hybrid Electric Vehicle (HEV) atau Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) Toyota lainnya. Ia memiliki konfigurasi dan cara kerja yang berbeda, pabrikan menamainya 48V System.
Mengutip dari akun YouTube resmi perusahaan, 48V System Toyota mengedepankan tiga aspek yakni proses start up kendaraan yang halus, peningkatan efisiensi bahan bakar, dan kemampuan berkendara.
Mesin 1GD-FTV kapasitas 2.8L yang dipakai di Toyota Fortuner. Foto: dok. Toyota
Dibanding dengan jenis strong hybrid, 48V System mild hybrid Toyota mengandalkan komponen yang jauh lebih kompak dan sederhana meliputi motor generator 48 volts, DC-DC Converter, dan baterai lithium berkekuatan 48 volts.
ADVERTISEMENT
Teknologi ini juga bakal disematkan ke produk-produk seperti Hilux dan Land Cruiser. Ada alasan mengapa jenis mild hybrid dianggap cocok untuk menemani lini mobil sasis tangga Toyota yaitu kemudahan pengaplikasian pada struktur rancang bangunnya.
Kemudian fleksibilitas berkendara off road yang mirip dengan mobil konvensional. Motor generator 48 volts dipasangkan pada bagian mesin yang bertugas menggantikan motor starter konvensional, sehingga mampu hasilkan torsi lebih banyak pada putaran tinggi.

Andalkan Toyota Fortuner Flexy Fuel

Toyota tengah gencar mengkampanyekan soal variasi teknologi elektrifikasinya, Direktur Pemasaran PT TAM Anton Jimmi Suwandy menegaskan, pihaknya masih mempertimbangkan untuk memboyong jenis teknologi elektrifikasi yang satu itu.
PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) peragakan mobil berbahan bakar bioetanol. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
"Kami melihat agak berbeda dengan negara lain. Tetapi catatan sekali lagi, itu mild hybrid bukan full hybrid teknologinya dan kami lihat apakah Indonesia lebih cocok mild hybrid atau flexy fuel," kata Anton ditemui saat sela peluncuran Fortuner terbaru di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Kondisi Indonesia, lanjut Anton, dalam fase pengembangan bahan bakar terbarukan atau utilitas energi baru terbarukan (EBT). Salah satu produk keluarannya adalah biofuel berupa bioetanol sebagai bahan bakar EBT bisa jadi solusi yang menawarkan banyak benefit.
"Tadi kami juga sempat katakan pemerintah arahnya ke flexy fuel. Sekarang ada B30, mungkin ke depan ada B35 dan lain-lain yang bisa mengurangi permintaan BBM. Jadi saya rasa yang penting tujuannya, bukan sekadar teknologinya," paparnya.
Istilah flexy fuel sendiri adalah salah satu bentuk alternatif dari Toyota pada produk-produknya yang mampu menenggak bahan bakar fosil dengan campuran bioetanol yang memiliki kadar tinggi. Sehingga komposisi minyak bumi dalam BBM tersebut mampu ditekan.
Indonesia, menurut Ahli Proses Konversi Biomassa Institut Teknologi Bandung (ITB) Ronny Purwadi bisa menghasilkan bioetanol dari berbagai sumber daya alam. Mulai dari bahan yang mengandung gula dari nira tebu, batang sorgum, atau batang sawit.
ADVERTISEMENT
Bisa juga dari bahan lain yang mengandung pati seperti singkong, jagung, sagu, dan sorgum. Pada inovasi berikutnya, bioetanol bisa dihasilkan dari tandan kosong sawit, bagase tebu, tongkol jagung, serbuk gergaji, dan jerami padi.
***