Ada Tren Penurunan Harga Baterai, Mobil Listrik Bakal Makin Terjangkau

16 Agustus 2023 16:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Groundbreaking Ceremony fasilitas perakitan baterai mobil listrik oleh PT Hyundai Energy Indonesia (HEI) di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat (31/5/2023). Foto: Sena Pratama/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Groundbreaking Ceremony fasilitas perakitan baterai mobil listrik oleh PT Hyundai Energy Indonesia (HEI) di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat (31/5/2023). Foto: Sena Pratama/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia, Riyanto mengatakan harga mobil listrik berpotensi semakin terjangkau. Sebab, ada kecenderungan harga baterai yang terus turun dari tahun ke tahun.
ADVERTISEMENT
Baterai yang berfungsi menyimpan daya listrik untuk disuplai ke motor penggerak menjadi komponen termahal dari mobil listrik.
“40-50 persen biaya produksi mobil listrik itu memang ada di baterai. Ketika baterai itu murah, otomatis harga jual mobil listrik ikut murah,” kata Riyanto saat presentasi pada gelar wicara di gedung Kementerian Perindustrian (Kemenperin) beberapa waktu lalu.
Menurut pengamatannya, harga baterai mobil listrik berjenis lithium-ion menunjukkan tren penurunan dalam beberapa tahun terakhir dan akan diprediksi semakin rendah selama 10 tahun ke depan.
Hyundai mulai pembangunan pabrik sel baterai mobil listrik di Karawang, Jawa Barat, Rabu (15/9). Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden
“Penelitian dari Bloomberg, harga baterai lithium ion terus turun. Kalau sebelumnya itu sekitar 200-an dolar AS per kWh, nanti tahun 2030 sudah menjadi 60-an dolar AS per kWh-nya. Itu akan berpengaruh ke harga mobilnya,” tukas Riyanto.
ADVERTISEMENT
Riyanto menambahkan, tantangan bagi pabrikan otomotif berkaitan dengan menghadirkan mobil listrik yang punya daya serap pasar lebih luas adalah terkait harga jual yang ditawarkan. Terutama berbicara kasus di Indonesia.
“Masyarakat kita masih menimbang biaya operasional mobil listrik, jadi masyarakat kita kalau ditanya mengapa pilih EV, itu pasti jawabannya bukan karena pencinta lingkungan. Tapi faktor-faktor lain yang berkaitan dengan biaya,” katanya.
Riyanto bilang, pasar otomotif nasional yang gemuk bermain pada kisaran harga 30 ribu dolar AS atau sekitar Rp 400 jutaan. Sementara segmen yang masih diminati adalah mobil 7-penumpang dengan harga berkisar Rp 300 jutaan.
“Kalau mau membidik pasar lebih banyak, maka jual mobil listrik harga segitu dengan fungsi yang mirip. Jadi pertimbangan konsumen saat membeli kendaraan listrik itu ada dua, antara mampu dan mau. Kalau mereka mampu tetapi tidak mau kan percuma, begitu juga sebaliknya,” pungkas Riyanto.
ADVERTISEMENT
***