AISI: Opsen BBNKB Bisa Bikin Pasar Motor Nasional Anjlok 20 Persen

16 Desember 2024 7:00 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas menyelesaikan produksi motor di pabrik Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) di Jakarta Timur. Foto: Dok. YIMM
zoom-in-whitePerbesar
Petugas menyelesaikan produksi motor di pabrik Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) di Jakarta Timur. Foto: Dok. YIMM
ADVERTISEMENT
Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) memaparkan simulasi penurunan pasar otomotif roda dua setelah penerapan tambahan pajak yang berlaku mulai Januari 2025. Ini lantaran harga motor baru bisa lebih mahal dari sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan simulasi dan kalkulasi pabrikan roda dua yang tergabung keanggotaan AISI, tambahan PPN 12 persen dan Opsen BBNKB (Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor) yang dibebankan pada pembelian baru, akan mengakibatkan penurunan pasar hingga 20 persen.
"Konsumen sepeda motor sangat sensitif terhadap kenaikan harga. Opsen pajak bisa menaikkan harga motor di segmen entry level lebih dari Rp 800 ribu," terang Ketua Bidang Komersial AISI Sigit Kumala melalui keterangan tertulis yang diterima kumparan.
Suasana peluncuran sepeda motor Honda PCX 160 di AHM Safety Riding & Training Center Deltamas, Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (6/12/2024). Foto: Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO
Lanjut Sigit kenaikan harga motor baru bisa bervariasi tergantung segmen. Rata-rata kenaikan harga motor baru sebesar 5 sampai 7 persen, atau dua hingga tiga kali lebih besar dari inflasi.
"Segmen menengah ke atas bisa naik hingga Rp 2 juta," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Keberadaan motor menurut asosiasi merupakan sarana transportasi produktif dan efisien bagi masyarakat. Inilah yang membuat penjualan sepeda motor nasional terus tumbuh meskipun kenaikannya tipis setiap tahunnya.
Ilustrasi pabrik Suzuki motor. Foto: Istimewa
Selama periode Januari-November 2024, AISI membukukan angka penjualan sebesar 5,9 juta unit, atau tumbuh 2,06 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ini menandakan sepeda motor terus diminati.
Dengan pertumbuhan tersebut semula AISI optimistis pasar roda dua pada tahun depan bisa mencetak penjualan 6,4 hingga 6,7 juta unit. "Namun karena faktor opsen pajak ini kami khawatir pasar justru akan tertekan hingga 20 persen tahun depan," lanjutnya.

Multiplier effect pemangkasan produksi motor hingga PHK

AISI juga telah mensimulasikan, dengan adanya penurunan penjualan di pasar domestik, bisa menimbulkan dampak dari sisi hulu hingga hilir di industri sepeda motor nasional.
ADVERTISEMENT
Dimulai dari penurunan permintaan karena harganya yang lebih mahal. Ini akan memaksa produsen memangkas produksi, yang kemudian berdampak pada industri suku cadang yang berada di rantai bisnisnya.
Ilustrasi pabrik Suzuki motor. Foto: Istimewa
Apabila dampaknya besar, tidak menutup kemungkinan akan timbul PHK di industri tersebut. Dampak yang sama juga bisa terjadi di rantai bisnis baik dari sisi penjualan, layanan purna jual, hingga industri pembiayaan.
Dari segi makro, efek dari penurunan pasar roda dua adalah daya saing industri yang tertekan, terutama di kawasan ASEAN. Pasalnya beberapa negara tengah menggenjot produktivitas produk otomotif untuk menaikkan daya saing.
Pabrik Yamaha di Indonesia Foto: dok. Istimewa
Misalnya di Vietnam, pemerintah memperpanjang kebijakan pengurangan PPN dari 10 persen menjadi 8 persen, yang berpotensi menjadikan negara tersebut sebagai magnet investasi industri otomotif di wilayah Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
Adapun di Indonesia, pengenaan PPN 12 persen bakal diterapkan sejak awal tahun, sementara Opsen BBNKB dimulai pada 5 Januari 2025 sesuai peraturan yang berlaku.
"Jika ini semua diberlakukan dan dipertahankan dalam jangka panjang, kami khawatir daya saing industri kita melemah. Ini kurang positif untuk iklim investasi," tutup Sigit.