Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Antisipasi Truk Mundur di Jalan, Belajar dari Kecelakaan Tol Cipularang
6 Januari 2025 15:00 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
“Itu masih dalam penyelidikan, penyebab dia (truk) mundurnya. Untuk informasi awal dari sopir, dia enggak kuat menanjak, jadi mesinnya mati, mundur ke belakang. Tapi masih kita selidiki,” kata Kasatlantas Polres Purwakarta AKP Dadang Supriadi saat dikonfirmasi, Minggu (5/1).
Ini tentunya seolah mengulang insiden serupa yang pernah terjadi di Tol Pandaan-Malang KM 77+200 arah Malang akhir tahun lalu. Lalu, apakah sebenarnya jenis peristiwa serupa dapat benar-benar diantisipasi?
Instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu mengatakan, hal yang seperti itu tak bisa 100 persen dihindari. Tetapi, mengurangi risiko kerusakan hingga jatuh korban jiwa lebih banyak sangat mungkin dilakukan.
"Ini memang agak berbeda ya, tetapi antisipasi itu adalah sesuatu yang harus ditanamkan, harus menjadi mindset atau pola pikir dari setiap pengemudi ketika mereka di jalan. Pertama sudah pasti dari kita itu harus terlebih dahulu tertib berkendara," buka Jusri kepada kumparan, Minggu (5/1).
ADVERTISEMENT
Lanjut Jusri, hal yang perlu disepakati bersama di sini adalah bahwa jalan raya adalah ruang publik yang tidak 100 persen aman. Jadi, pengemudi yang tertib berlalu lintas untuk keselamatan diri sendiri, juga perlu antisipasi potensi kecelakaan dari perilaku pengendara lain.
"Jalan raya itu tidak pernah aman, itu harus ditanamkan pada pemahaman kita. Makanya itu kenapa kita disuruh tertib seperti jaga jarak, kemudian kompetensi membaca situasi, dan juga ini penting bagaimana kita melakukan respons mitigasi," imbuhnya.
Menurutnya, pengendara yang kompeten akan mampu dengan cepat mengidentifikasi apa yang terjadi di sekitarnya, termasuk dari arah depan. Kemudian diikuti proses merespons, melakukan kalkulasi, hingga pada akhirnya mengambil keputusan terbaik.
"Itu semua dilakukan dengan cepat, menggunakan indera penglihatan dan juga motorik bagaimana kita mengendalikan kendaraan. Misalnya kita sudah jaga jarak dan dari depan ada sebuah truk atau kendaraan dengan gelagat yang tak wajar, pasti kita sudah bisa identifikasi," papar Jusri.
ADVERTISEMENT
Dengan kemampuan seperti itu, Jusri bilang pengendara yang di belakang mampu menghindar dan risiko fatal yang ditimbulkan tidak akan parah. Misalnya dengan jaga jarak, kendaraan jadi punya ruang lebih banyak untuk menghindar atau tak sampai tertabrak seluruhnya.
"Pertanyaannya kembali lagi, apakah semua pengendara di Indonesia kompeten? Belum tentu. Kadang hanya sekadar bisa membawa kendaraan, tapi ketika situasi darurat terjadi segala bentuk mitigasnya kacau balau," terangnya.
Sebagai tambahan, Jusri menyarankan soal kemampuan identifikasi dan antisipasi sebagai bagian dari aksi preventif selama berkendara, dalam konteks ini belajar dari kasus kecelakaan truk mundur seperti di atas.
Yakni dengan cara memperhatikan gerak-gerik dan mewaspadai kendaraan berat terutama yang Over Dimension Over Loading (ODOL) agar tak berada persis di belakangnya. Terutama pada saat menanjak. Dalam artian memposisikan di lajur lain.
ADVERTISEMENT
***