Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Uji coba sudah dilakukan pada unit Toyota Innova. Bahkan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, bersama Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati sudah menjajalnya langsung, menyusuri kota Dumai.
"Saya bersama Ibu Dirut menaiki mobil yang sudah diuji dengan bahan bakar D100, dan hasilnya suara mesin halus. Ini sekaligus sosisalisasi hasil uji coba pengolahan RBDPO 100 persen," ucap Agus dalam keterangan resminya belum lama ini.
Ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo terkait program bahan bakar nabati (BBN). Produksi sawit kini mencapai 42-46 Juta Metric Ton, serapannya yang diolah memakai metanol atau fatty acid methyl ester (FAME) untuk biodiesel, sekitar 11,5 persen.
Kilang Plaju Pertamina juga akan membangun unit green diesel, dengan kapasitas produksi sebesar 20.000 barel per hari. Sebelumnya, pemerintah baru saja menerapkan penggunaan Biodiesel 30 atau B30, dan berencana akan beranjak ke B100.
ADVERTISEMENT
Lalu, apa perbedaannya B30, B100 dan D100? Berikut beberapa rangkuman singkatnya.
B30
Biodesel 30 atau B30, terdiri dari pencampuran 30 persen biodiesel yang terbuat dari minyak nabati atau lemak hewani melalui proses esterifikasi/transesterifikasi, dengan 70 persen bahan bakar minyak (BBM) berbasis fosil jenis Solar.
Selain dari Minyak Sawit (CPO), tanaman lain yang berpotensi untuk bahan baku biodiesel antara lain tanaman jarak, jarak pagar, kemiri sunan, kemiri cina, nyamplung dan lain-lain.
Diperuntukkan buat kendaraan diesel, B30 memiliki nilai cetane number yang sedikit lebih baik dibandingkan solar biasa, yang saat ini memiliki cetane number 48.
Terkait dengan harga B30 saat ini, dipasarkan Pertamina dengan harga sebesar Rp 5.150 per liternya.
Program ini berlaku per Januari 2020 sesuai Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 tahun 2015, tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri ESDM nomor 32 tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain.
ADVERTISEMENT
B100
Sementara B100 merupakan istilah untuk biodiesel yang merupakan bahan bakar nabati untuk aplikasi mesin/motor diesel FAME, yang juga melalui proses esterifikasi
Proses transesterifikasi adalah proses pemindahan alkohol dari ester. Namun yang digunakan sebagai katalis (suatu zat yang digunakan untuk mempercepat laju reaksi) adalah alkohol atau metanol.
Jenis ini nampaknya tak memiliki campuran BBM solar berbasis fosil. Direktur Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Syafrudin memperjelas, angka di belakang huruf B dimaksudkan buat menyatakan persentase Bio-Diesel, yang dicampur dengan Diesel Fuel (Minyak Solar).
D100
Sementara green diesel atau diesel biohidrokarbon (D100), merupakan hasil dari olahan Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO) 100 persen.
RBDPO adalah minyak kelapa sawit atau CPO, yang telah diproses lebih lanjut sehingga hilang getah, impurities dan baunya.
ADVERTISEMENT
Pengolahan RBDPO menjadi D-100 di kilang Dumai, dapat direaksikan dengan bantuan katalis dan gas hidrogen untuk menghasilkan product Green Diesel.
Katalis yang digunakan adalah Katalis Merah Putih, hasil kerjasama Pertamina Research and Technology Centre dengan Institut Teknologi Bandung.
Deputy CEO PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Budi Santoso Syarif menyebut, D100 Pertamina punya cetane number hingga 79.
Ini diyakini bisa menghasilkan performa kendaraan yang lebih baik sebagai campuran bahan bakar.
Namun saat ini, D100 belum memiliki harga jual karena belum dijual resmi Pertamina .
"Belum ke arah komersialisasi, karena masih perlu banyak support dari berbagai pihak," ungkap Manager Region Communication and CSR Kalimantan PT Pertamina (Persero), Heppy Wulansari.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona )
ADVERTISEMENT